Mohon tunggu...
Ambardewi
Ambardewi Mohon Tunggu... Dosen - Pecinta seni, buku dan musik

Menulis adalah selera... Mengembangkan ide yang menjadi sebuah tulisan yang menginspirasi adalah tabungan ilmu yang bermanfaat tidak hanya bagi diri sendiri melainkan untuk orang lain.. Jangan memenjarakan ide.... keluar,,, dan tulislah!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

"Healing Escape" dengan Berpuasa Media Sosial

1 Maret 2022   04:39 Diperbarui: 1 Maret 2022   04:48 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kecanggihan teknologi adalah sebuah keniscayaan. Canggihnya teknologi di era 5.0 membuat manusia 'bermigrasi peradaban' berdampingan dengan internet. Ya, Internet of Thing (IoT). Era disrupsi semakin membuat manusia beradptasi dan merubah paradigma sejalan dengan kemudahan yang ditawarkan oleh berbagai pengembang aplikasi dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, dari moda transportasi, berbelanja kebutuhan pokok hingga maraknya penyedia aplikasi pinjaman online. Tetapi, diantara beberapa kemudahan yang disinggung sebelumnya, forum media sosial yang menjadi juara untuk mencari hiburan atau bahkan hanya mencari informasi yang sedang trend saat ini.

Dunia dalam genggaman sebagai tagline yang pas jika diibaratkan oleh atvitas manusia yang saat ini sangat mengandalkan kecanggihan teknologi, gadget dan juga jaringan internet yang memadai. Dikutip dari laman CNBC Indonesia, Pada Januari 2021, pengguna internet di Indonesia sebanyak 202,35 juta pengguna atau 76,8%. literasi digital Indonesia dari Kementerian Kominfo dan Katadata Insight Center. Salah satunya media sosial yang digunakan, Tiktok mengalami peningkatan dari 16,7% pada 2020 menjadi 29,8% tahun 2021.

Media sosial sangat beragam jenisnya, ada yang khusus untuk upload foto atau gambar, ada yang khusus untuk 'mencuit' atau memberikan 'insight' tertentu, ada yang khusus share video dan ada pula yang kombinasi dari keduanya. Bahkan yang sedang trend saat ini adalah menguplaod video dengan durasi tertentu.

Tapi tahukah anda, bahwa sejak pandemi Covid-19, minat dan kebutuhan masyarakat terhadap media sosial meningkat. Hal tersebut pasti berdampak positif dan negatif bagi Kesehatan mental hingga perilaku masyarakat yang sebagian besar mengkonsumi informasi dari media sosial. Dari data yang diambil dari jurnal tentang "Dampak Peggunaan Media Sosial Terhadap Kesehatan Mental Dan Kesejahteraan Sosial Remaja Dimasa Pandemi Covid-19" yang ditulis oleh Nila Zaimatus Septiana ditemukan bahwa terdapat pengaruh antara  penggunaan  media  sosial  terhadap  kesehatan  mental  dan  kesejahteraan sosial remaja dimasa pandemi covid-19.

Meskipun penggunaan media sosial juga berdampak positif bagi penggunanya, namun hal tersebut juga tidak baik jika dilakukan secara berulang dan akan cenderung ketergantungan. Hal tersebut secara tidak langsung juga akan mengalami perspektif si pengguna terhadap apa yang mereka lihat di dunia maya, seperti halnya kekayaan, barang yang mahal, keberhasilan hingga hal-hal yang tidak seharusnya menjadi konsumsi publik. Bagi para penikmat media sosial yang apatis terhadap dampak jangka panjang yang disebabkan oleh bermedia sosial maka bisa jadi akan menimbulkan stress dan depresi.

Secara pribadi, ingin saya katakan bahwa self healing yang luar biasa adalah mampu mencintai dan berdamai dengan diri sendiri tanpa berusaha menyalahkan siapapun bahkan keadaan. Konteks cinta dan damai dalam hal ini merupakan hakikat filsafat yang harus kita temui dan maknai untuk dapat hidup lebih tenang dan lebih menerima. Selanjutnya, ada baiknya kita mengurangi candu media sosial dengan cara 'berpuasa media sosial". Saya pribadi telah melakukannya kurang lebih 2 tahun terakhir. 

Saya memulainya dengan membatasi konsumsi media sosial dalam satu hari hanya selama 2-3 jam saja. Dan itupun saya bagi antara pagi, siang dan malam. Pagi adalah agenda wajib untuk melihat email dan meihat adakah pesan yang belum terbaca. Setelah itu, prioritas saya bukanlah pada media sosial tetapi lebih fokus pada aplikasi komunikasi dan aplikasi pembaca buku online.

Pada intinya, self healing yang paling mudah kita lakukan adalah mencoba membatasi apa yang dapat kita kontrol untuk masuk kedalam pikiran kita. Salah satunya adalah membatasi penggunaan media sosial dan mengalihkannya kepada hal-hal yang lebih bermanfaat, seperti membaca buku, bertemu seseorang untuk berkomunikasi secara nyata atau menulis dan mengabadikannya kedalam platform digital publik atau milik pribadi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun