Mohon tunggu...
Ambardewi
Ambardewi Mohon Tunggu... Dosen - Pecinta seni, buku dan musik

Menulis adalah selera... Mengembangkan ide yang menjadi sebuah tulisan yang menginspirasi adalah tabungan ilmu yang bermanfaat tidak hanya bagi diri sendiri melainkan untuk orang lain.. Jangan memenjarakan ide.... keluar,,, dan tulislah!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menulis, Buku dan Tulisan

23 Mei 2020   04:49 Diperbarui: 23 Mei 2020   05:08 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cdn.pixabay.com/photo/2015/07/02/10/40/writing-828911_960_720.jpg

Menulis, menurut cara pandang pribadi saya adalah sebuah kegiatan merangkai sebuah gagasan yang abstrak kemudian dikonkritkan kedalam bentuk tulisan, dimana tulisan tersebut sarat makna dan pengetahuan bagi pembacanya. 

Yang menarik disini adalah munculnya unsur gagasan dimana jika seseorang memiliki sebuah gagasan, pemikiran baik itu berupa pendapat atau saran yang ditujukan bagi kemaslahatan, tentu saja ini adalah buah pikir dan hak kekayaan intelektual bagi sang penulis. 

Tak heran jika perilaku plagarisme merupakan perilaku yang sangat dibenci oleh para penulis seantero jagat raya.Korelatif antara menulis dan membaca adalah sebuah keniscayaan. 

Di era yang katanya serba 'canggih' ini, sayangnya budaya untuk membaca sangat rendah. Apalagi mengingat Indonesia mendapat bonus demografi yang cukup tinggi. Apa jadinya jika generasi muda Indonesia tidak memiliki minat untuk membaca dan seringkali terlibat 'pencarian' instan yang seringkali membuat analisa dan kerangka berpikir semakin rendah. 

Dengan membaca, minimal kita menjadi mengerti bahwa kita ini tidak mengerti apa-apa. dampaknya adalah, kita semakin haus akan bacaan yang setiap hari akan semakin bertambah. Ya,, ini adalah pengalaman pribadi saya tentang betapa pentingnya literasi.

" Aku rela di penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas"
-Mohammad Hatta-

Kiranya adalah benar perasaan bung Hatta kala itu. Memang, dengan kita membaca banyak buku, seakan imajinasi kita 'liar', bebas dan ingin mencoba beberapa hal baru yang belum kita lihat sebelumnya. 

Betapa sangat persuasifnya isi dari sebuah buku yang bagus. Sesaat setelah membaca, pasti pikiran kita seakan ter-otomatisasi menjadi sebuat kerangka-kerangka gagasan baru, entah itu setuju atau kontra akan suatu hal.

Menulis itu bukan sekedar mendapat pengakuan dan rekam jejak digital saja. Kadang, beberapa saya temui sebuah tulisan yang terkesan 'dipaksakan' tanpa melihat esesensi kemanfaatan bagi khalayak luas. 

Ujung-ujungnya adalah tulisan yang menyangkut isu SARA, politis praktis dan kebencian. Hal itulah yang harus dihindari dari seorang penulis. Literasi apapun yang terdapat pada buku cetak maupun daring memiliki peranan yang penting dan utama terkait dengan proses kerangka pikir yang sistematis. Jika ingin membuat tulisan yang runtut, alangkah baiknya diawali dengan membaca.

Candu dalam Menulis
Dikala memiliki waktu luang atau bagi orang yang telah merasakan 'nikmat'nya menulis dan merangkai kata, pasti merasakan 'candu' saat menulis. Menulis itu seperti yang telah saya katakan tidak hanya bertujuan sebagai improviasasi diri, tetapi lebih dari itu dan memiliki proses yang sangat panjang.

Diawali dari proses penemuan gagasan dari menelaah bahan bacaan, artikel atau buku. Dari situ kita tahu apa yang ingin penulis sampaikan dalam buku yang sedang kita baca. Alhasil, kita mempunyai pemikiran untuk pro dan kontra akan maksud atau ide dalam sebuah buku. Nah, proses penemuan ide tadi, jika kita sadari merupakan proses penemuan yang sangat berharga kedua dari proses penemuan gagasan yang bersumber dari pengalaman. Candu pertama yang kita rasakan adalah kenikmatan belajar yang hakiki.

Setelah mendapatkan gagasan, tentu ada rasa keinginan untuk berbagi. Di tahap ini, kita berusaha untuk menuangkan gagasan kita kedalam sebuah tulisan dengan harapan tulisan ini bermanfaat bagi orang lain. 

Tujuan yang sangat peri kemanusiaan bukan? Tentu benar. Esensi manusia adalah menjadi pribadi yang bermanfaat bagi sesame. Tidaklah penting kecerdasan dan tingginya Intellegence Quotient (IQ) seseorang jika hanya disimpan sendiri atau mendistribusikan kepintarannya untuk ditukar dengan materi bahkan uang. Menurut saya, sangat disayangkan pribadi yang bermental seperti itu (banyak sekali dijumpai).

Nah, saat menulis, tentu tidak sekedar langsung menuliskan gagasan seperti hal nya kita curhat atau menulis buku harian. Jika tulisan yang kita buat tadi berfokus pada kemanfaatan sebuah ilmu atau mengajah seseorang untuk berpikir, maka kita akan memasuki fase untuk menggabungan intuisi, pengalaman dan kecerdasan dalam tulisan kita. Candu kedua ini disebut candu untuk meng-upgrade diri menjadi pribadi yang kreatif dan bermanfaat.

Setelah tulisan tersebut menjadi sebuah artikel yang naratif dan penuh dengan gagasan, masuklah dalam tahapan pre review. Saya pribadi sering mengatakan bahwa tulisan tersebut adalah 'tulisan yang isinya daging semua'. Karena tahapan pre review ini adalah tahapan yang paling menentukan layak dan tidaknya tulisan kita untuk dibagi kepada pembaca. Setelah menimbang antara kemanfaatan dan ketidakmanfaatannya bagi pembaca, barulah naik cetak atau tayang. 

Alhasil, jika tulisan kita berisi 'daging', akan terbukti dengan sendirinya dari tingakatan page viewer yang di dapat, hal ini berlaku sebaliknya. Candu ketiga dan yang paling saya nikmati adalah disaat tulisan kita diapresiasi dan diberikan komentar dari pembaca. Wah, rasanya letihnya dalam menulis terbayarkan seketika.

Hargailah prosesnya

Layaknya simbiosis mutualisme, kualitas tulisan kita akan menyesuaikan proses yang kita lewati setiap harinya. Dengan membaca banyak buku, sering aktif dalam kegiatan diskusi dan melatih kerangka berfikir ini juga sangat berpengaruh bagi tingginya kualitas sebuah tulisan. 

Alangkah baiknya jika kita sebagai pembaca turut urun dalam memberikan apresiasi minimal dengan tidak melakukan pragiarisme dan mencantumkan nama si penulis jika memang pembaca setuju akan gagasan yang telah ditulis. Karena memang, saya akui, plagiarism sangat menyakitkan. Hehe..

Tulisan yang berisi candu dalam menulis ini berlaku pada semua genre tulisan. Baik itu tulisan maupun karya ilmiah ataupun tulisan opini atau sosial di media massa. Jangan pernah takut untuk menulis, mulailah terlebih dahulu, gugah minat literasi anda dan tentukan arah tulisan anda.

Salam Literasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun