Apa yang bisa saya lakukan? Biasanya, saya mencari momen yang pas sesuai suasana hati kapan saya harus membaca. Karena saya yakin, tidak ada seorang pun yang mau 'dipaksa' untuk membaca. Kemudian saya mulai membaca sampai rasa jenuh dan bosan itu tiba. Hal terakhir yang saya lakukan adalah menulis apa yang telah say abaca sebelumnya. Selain informasi dari buku yang telah saya dapat, saya pun mendapat keahlian dan kepekaan rasa dalam menulis.
Batas bahasamu adalah batas duniamu
Ludwig Wittgenstein
Percaya atau tidak, dengan membaca kita semakin cerdas dalam berargumen. Berargumen yang saya maksud bukanlah beragurmen kosong tanpa disertai dasar yang kuat, tetapi berargumen yang solutif. Semakin banyak buku yang kita baca, semakin kaya pula referensi kita. Apalagi, jaman IoT, buku sekarang tidak mahal dan dapat kita dapatkan secara daring, bahkan gratis. Lantas apa kendala dalam menumbuhkan minat baca?
Jawabannya adalah diri kita sendiri. Jaman semakin mudah, serba instan, kitapun lebih menyukai informasi yang instan pula, seperti dari video, broadcast message atau pesan berantai yang kita pun belum tahu kebenarannya. Coba bayangkan, jika kecanggihan internet dan teknologi dapat dipadukan seirama, tentu akan menghasilkan kualitas bangsa yang kuat, peka dan juga solutif. So, jangan gagap lagi ya dalam berliterasi, semua pasti dapat dilakukan asal kita mau dan kita suka.
Salam literasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H