Mohon tunggu...
Ambardewi
Ambardewi Mohon Tunggu... Dosen - Pecinta seni, buku dan musik

Menulis adalah selera... Mengembangkan ide yang menjadi sebuah tulisan yang menginspirasi adalah tabungan ilmu yang bermanfaat tidak hanya bagi diri sendiri melainkan untuk orang lain.. Jangan memenjarakan ide.... keluar,,, dan tulislah!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Antisipasi Euforia Berlebih

24 Juni 2018   03:34 Diperbarui: 24 Juni 2018   03:51 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagian orang termasuk saya pribadi pernah merasakan sensasi "seksi" dari sebuah euforia. Bisa saja bersumber dari sesuatu yang kita suka atau kita idamkan sejak lama atau suatu fenomena yang diciptakan oleh massa sehingga menimbulkan euforia berjamaah. 

Pasalnya, jika kita amati, sensasi atau rasa ini muncul pada pribadi yang meluapkan rasa kebahagiaannya secara berlebihan dan biasanya tidak bertahan lama. 

Saya melihat pada diri saya sendiri, seorang wanita yang memang 'penggila' tas. Nah, di saat saya mengetahui ada produk baru di toko langganan yang biasanya saya membeli tas, wah.. rasanya seperti meledak-ledak keinginan untuk membeli dan alhasil sesudah saya mendapatkan barang tersebut, tiba-tiba ada perasaan bosan dan malas untuk 'membahas atau mengagumi' lagi tas yang baru saja saya beli.

Hmmmm,,, itu baru tas,,, belum perhiasan, buku atau hal lainnya. Kadang saya berpikir, 'penyakit euforia' saya sudah mulai muncul nih... hehehe

Euforia/eu*fo*ria/ /uforia/ n perasaan nyaman atau perasaan gembira yang berlebihan, sementara arti euforia dalam perspektif psikologi adalah sebuah rasa kebahagiaan yang meluap-luap secara berlebih dan terjadi secara terus menerus  pada suatu rentang waktu. Biasanya rentang waktu ini terjadi secara singkat. Mungkin bisa dibayangkan, seperti anak kecil yang diberi permen atau bahkan seperti saat kita sedang dahaga kemudian diberikan air es yang adem, nah.. itu rasanya. Benar-benar bahagia, fun, bawaannya ingin mengagumi dan anggap saja dunia cukup dinikmati dengan sesuatu yang menyebabkan euforia tadi.

Ilustrasi: Happyshock
Ilustrasi: Happyshock
Ciri orang yang mengalami kondisi 'euforia'

Nah, menurut pendapat saya, itupun dari pengamatan kondisi diri sendiri, teman bahkan keluarga, saat kita dalam kondisi euforia biasanya :

  1. Sangat exited terhadap sesuatu, bisa barang, orang, perasaan tertentu dsb.
  2. Cenderung histeris dan fanatik.
  3. Berani melakukan apa saja untuk mendapatkan hal yang disukainya.
  4. Biasanya, orang tersebut akan puas akan pencapaiannya dan berpikiran bahwa miliknyalah yang terbaik.
  5. Satu atau dua hari, pengamatannya tidak terlepas dari hal yang disukainya tersebut.
  6. Saat mulai bosan, dengan mudahnya mencampakkan hal yang memicu perasaan bahagia tadi.

Euforia dan Histeria

Kita tidak asing lagi dengan kata Histeria; histeria/his*te*ria/ /histria/ n Psi gangguan pada gerak-gerik jiwa dan rasa dengan gejala luapan emosi yang sering tidak terkendali seperti tiba-tiba berteriak-teriak, menangis, tertawa, mati rasa, lumpuh, dan berjalan dalam keadaan sedang tidur.Luapan emosi yang tidak terkendali inilah yang biasanya kita temukan pada orang yang sedang terkena sensasi euforia yang berlebihan tadi. 

Tidak usah jauh-jauh, saya sendiri jika sedang mendapatkan apa yang benar-benar saya inginkan dan nantikan selama bertahun-tahunpun pasti mengalami kondisi euforia sesaat, seringkali diikuti dengan efek histeria. Saking senangnya, saya memberikan tanda melalui gerakan dari emosi yang meluap-luap dan terkadang sedikit tidak terkontrol. Alasannya apa, ya,, saya lagi bahagia. Euforia...

Apakah berbahaya?

Jawabannya adalah tidak berbahaya tetapi harus mewaspadai. Kita ambil contoh saja seperti kondisi-kondisi di masyarakat yang menyebabkan suatu euforia yang akhirnya melahirkan sebuah kondisi histeria. 

Banyak loh, seperti fenomena gim online, tumbuh-tumbuhan yang dulu sempat hits, fenomena batu-batuan untuk cincin hingga yang mengarah pada konteks pribadi yaitu ketika kita sedang jatuh cinta. Ecieee,,,..

Hal-hal yang manis pada awalnya, memang tidak bisa semulus paha ayam. Maksudnya adalah kita memiliki rasa kagum yang luar biasa hingga menimbulkan kondisi histeria, jika kita tidak bisa memanage diri, alhasil kita terarahkan kepada kondisi dimana kita bisa fanatik terhadap suatu hal.

Jadi menurut saya, sebagai manusia biasa, kita tidak bisa menghindarkan dan berlindung dari godaan sensasi euforia tadi, hanya saja kita harus selalu sadar dan tawakal agar dapat kembali ke kehidupam real atau nyata. Itu.. hehe

Tips setelah 'euforia' berlalu

  1. Tetap sadar dan waspada bahwa kondisi kebahagiaan tersebut adalah sesaat. Tujuannya adalah tubuh dan otak kita masih bisa merespond dan kembali ke rytme tubuh sedia kala sebelum terjadinya euforia.
  2. Disiplin. Mengapa harus? Ya karena hanya dengan kedisiplinanlah, kita terbiasa untuk membedakan mana prioritas dan mana yang bukan, sehingga sensasi euforia dapat kita manage lebih baik.
  3. Fokus,, fokus,, dan fokus. Saat kita tetap fokus terhadap sebuah tujuan, misal saat membeli barang yang kita suka, kita tahu bahwa ada tujuan mulia dibalik terbelinya sebuah barang tersebut sehingga kita tidak punya cukup waktu untuk tenggelam dalam sensasi euforia tersebut.

Kesimpulan

Memang nikmat sekali saat kita sedang mengagumi sesuatu tanpa batas, perasaan bahagia yang meluap-luap dan akhirmya perasaan lelah dan bosan datang begitu cepat. Anomali setiap individu memang berbeda saat menghadapi kondisi ini, ada yang mengikuti tapi biasa saja, mengikuti dengan mengamati bahkan mengikuti dengan begitu fanatik. 

Nah tergantung kita seperti apa. Alangkah bahagianya, jika kita menyadari bahwa kondisi bahagia atau sedih harusnya dapat kita rasakan dan kita ekspresikan sewajarnya saja. Cukup adalah baik. Sehingga disaat kondisi euforia tadi sudah berlalu, kita tidak terlalu kaget dan menyesali akan apa yang telah kita peroleh. 

Dengan selalu waspada, kontrol diri tetap ada dan fokus dalam menjalani tujuan hidup kita yang sudah kita pilah, mana yang prioritas dan mana yang bukan.

Catatan: penulis hanya mendasarkan pada pengalaman pribadi dan kondisi orang sekitar pada saat mengalami euforia.

Salam.

Penulis adalah pecinta buku, musik, olahraga serta tertarik membuat sebuah tulisan yang bermanfaat.

Keep Learning!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun