Museum-museum di Jakarta makin berbenah diri. Mereka makin inklusif dengan menjadikan museum sebagai tempat publik untuk berkegiatan, bukan hanya sebagai tempat menyimpan benda-benda bersejarah. Mengikuti jejak museum-museum seperti Museum Penerangan dan Museum Bahari, Museum Kebangkitan Nasional alias Muskitnas membuka berbagai peluang kolaborasi dengan komunitas. Acara yang dihelat tiga komunitas, KOMiK bersama Ketapels dan Ladiesiana pada Sabtu (18/1) adalah salah satu kegiatan komunitas yang terselenggara di Muskitnas.
Sudah lebih dari dua tahun KOMiK berkolaborasi dengan Museum Penerangan dengan mengadakan berbagai acara di ruang teater yang dimiliki museum yang terletak di kawasan TMII tersebut. Ketika melihat pengumuman di medsos Muskitnas bahwa mereka terbuka dengan kegiatan komunitas, terpikir untuk mengadakan acara KOMiK di sana suatu saat.
Kesempatan tersebut datang ketika KOMiK hendak mengadakan kegiatan awal tahun. Pihak Ketapels mengajak berkolaborasi sekaligus mengadakan acara ulang tahun, demikian juga dengan Ladiesiana. Awalnya mereka mengajukan tempat O2 Corner, tapi saya mengusulkan untuk mencoba mengajukan proposal peminjaman ruangan di Muskitnas. Selain penyegaran agar tidak di tempat-tempat itu-itu saja, sekaligus menambah jejaring.
Saya tergelitik dengan deskripsi Muskitnas yang ada di laman websitenya, yaitu "gedung yang dibangun sebagai monumen tempat lahir dan berkembangnya kesadaran nasional, serta munculnya organisasi pergerakan modern Boedi Oetomo". KOMiK, Ketapels, dan Ladiesiana sama-sama organisasi seperti Boedi Oetomo, hanya memang ruang lingkup dan kontribusinya masih belum seberapa jika dibandingkan dengan Boedi Oetomo. Selain itu, gedung Muskitnas mudah dijangkau oleh transportasi umum seperti KRL dan TransJakarta.
Saya pun nekat membuat surat permohonan menyewa ruangan yang kemudian disusul dengan sesi presentasi ke pejabat dan karyawan Muskitnas. Bagian yang penting dipresentasikan adalah bentuk acara, sasaran peserta, jenis kegiatan apakah komersial atau tidak, susunan acara, dan detail lainnya. Sesi presentasi terbatas maksimal 10 menit, kemudian dilanjutkan tanya jawab.
Yang menarik dari sesi presentasi tersebut, para audiens nampak begitu terbuka dan menyambut kegiatan komunitas. Mereka mendukung penuh. Kami tinggal melengkapi detail seperti layout ruangan, jumlah peserta, properti dan perlengkapan yang diperlukan, dan sebagainya. Prosedurnya tidak berbelit-belit. Kami seperti mendapat sambutan hangat.
Ketika kami meminta ada sesi pemutaran film koleksi Muskitnas dan tur keliling museum, mereka juga sigap menyediakannya. Ketika panitia datang pagi-pagi ke tempat acara, ruangan berupa Aula Kebangkitan juga telah ditata sesuai dengan layout yang kami harapkan. Wah panitia sangat berterima kasih.
Senangnya Melihat Sambutan Masyarakat
Di sesi presentasi, saya sempat ditanyai apakah acara bakal terbuka untuk umum. Ketika saya rundingkan dengan panitia dari dua komunitas lainnya, mereka oke-oke saja. Dengan melibatkan masyarakat umum, maka kami bisa mengenalkan  komunitas kami ke masyarakat luas, tidak terbatas di anggota komunitas dan Kompasianer.