Sape bagi masyarakat Dayak diibaratkan sebagai pengantar doa dalam bentuk bebunyian untuk ruh leluhur.
Sape dan dambus merupakan dua alat musik tradisional nusantara. Keduanya sama-sama dari kayu dan merupakan alat musik petik. Sape sendiri dikenal sebagai musik pengiring ritual Dayak, yang kemudian bertransformasi menjadi alat musik kontemporer. Sementara gambus alias dambus merupakan pengiring lagu dalam bentuk pantun yang beken di Bangka. Kedua alat musik tradisional ini dibahas dalam buku berjudul Alat Musik Nusantara: Jentikan Sape dan Gambus
Alat musik sape konon diturunkan oleh para Dewa dan nenek moyang. Ada sebuah cerita tentang pemuda yang mendengar suara dari alam atas, lalu mencoba membuat alat musik yang menghasilkan suara yang mirip. Alat musik yang kemudian disebut sape itu dianggap berasal dari alam arwah alias alat musik astral, sehingga digunakan untuk menyampaikan doa-doa dan prosesi ritual.
Sape sempat dilupakan oleh generasi muda Dayak. Tapi kemudian alat musik ini menjadi simbol kebanggaan dan mendunia. Lambat laun alat musik ini juga digunakan untuk fungsi hiburan, tak hanya untuk keperluan upacara.
Lewat buku ini pembaca mendapat wawasan tentang asal usul sape, fungsi alat musik ini  cara membuat, dan teknik memainkannya. Dengan gaya bahasa yang mengalir dan deskriptif, saya seolah-olah bisa membayangkan cara memainkan alat musik ini dan mendengar petikan dawainya.
Nah di paruh kedua, barulah pembaca diperkenalkan dengan gambus. Gambus dikenal juga dengan sebutan dambus di Bangka. Ada yang menyebut keduanya sama, Â yakni dari Timur Tengah, hanya beda pelafalan. Tapi, ada juga yang menganggap kedua alat musik ini berbeda. Kedua alat musik ini memiliki bentuk fisik yang berbeda, Â di mana dambus memiliki bentuk seperti rusa.
Dambus adalah musik sukacita. Alat musik ini biasa dimainkan saat panen padi dulu, tapi kini banyak digunakan sebagai pertunjukan dan hajatan seperti pernikahan, syukuran, dan khitanan. Umumnya dambus dimainkan dengan syair lagu yang berupa pantun. Isi pantun bisa berupa percintaan ataupun nasihat.
Di paruh kedua ini pembaca diajak mengenal lebih dalam tentang dambus. Ada banyak wawasan yang bisa didapat seperti asal usul dambus, cara membuat dan memainkannya, dan bagaimana dambus mengikuti perkembangan jaman.
Cerita tentang alat musik tradisional sape dan dambus ini menarik karena ada banyak hal yang dijuluki, dari sejarah hingga tantangannya di era saat ini. Buku ini membuat pembaca akan makin ingin mengenal dan mencintai budaya tanah air, serta mendorong untuk ikut melestarikannya. Kalian bisa meminjamnya di aplikasi perpustakaan yakni i-Pusnas atau i-Jakarta.Â
Detail Buku:
Judul Buku: Alat Musik Nusantara: Jentikan Sape dan Gambus
Penulis: Litbang Kompas/Desi Permatasari
Penerbit: Penerbit Buku Kompas, 2020
Tebal Buku: vi + 66
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H