Eh aslinya aku bingung bagaimana cara menyantapnya. Tapi kucoba-coba saja, menyantap daging suwiran dan tetelan polosan, lalu dengan tambahan bumbu serundeng dan petis.
Omong-omong petis itu memang salah satu ciri khas masakan Jawa Timur. Ada begitu banyak masakan yang menggunakan petis. Bahkan tak sedikit penjual rujak buah di Jawa Timur yang menambahkan petis di bumbu saus kacangnya.
Suwiran dagingnya sedap. Tanpa tambahan lainnya sudah enak dimakan. Tetelan dagingnya agak kurang enak, mungkin karena sudah agak dingin. Aku coba menyantapnya dengan bumbu serundeng dan kemudian dengan petis, pengalaman makannya jadi unik karena ada perbedaan tekstur dan rasa yang tajam. Bumbu serundengnya yang satu lebih gurih, lainnya cita rasanya manis.
 Karena lapar dan suwiran dagingnya enak, tak lama nasi krawu pun habis. Jeruk hangat pun kemudian kureguk hingga ludes. Aku memesan lagi kopi hitam hangat untuk kunikmati sambil menulis artikel ini.
Tak lama pasangan memesan nasi rawon dan tahu tek untuk makan malam. Aku juga membungkus cendol. Total semua makanan yang kumakan langsung dan kubawa pulang Rp124 ribu.
Wah lain kali aku ingin mencobai nasi boran dan lontong balap Surabaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H