Masih ada waktu sekitar 95 menit sebelum jadwal keberangkatanku tiba. Aku melirik tasku yang beranak gara-gara kehujanan. Jaket dan barang-barang yang basah kutaruh di sana. Makin larut, calon penumpang pun bertambah. Wah sepertinya banyak rekan seperjalanan menuju Jakarta dari Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta.
Sudah lama sekali aku tak menginjak kaki stasiun ini. Dulu aku dan pasangan beberapa kali turun dan naik dari stasiun ini ketika masih bolak balik Jakarta-Jogja. Lumayan untuk berhemat, tekad kami berdua. Ketika malam ini ke sini, aku melihat berbagai perubahan. Â Ya, Stasiun Lempuyangan nampak rapi, bersih, dan berkelas.
Ada berbagai tempat makan dan penjual makanan yang menjajakan makanannya dengan harga yang wajar. Makanan beragam dari fast food seperti ayam goreng, gudeg, nasi langgi, hingga aneka roti dan makanan oleh-oleh.
Selain itu kursi di ruang tunggunya juga banyak dan teratur rapi. Ada sofa untuk kursi prioritas juga. Juga ada ruang menyusui dan tindakan medis. Serta ada tempat barang-barang hilang.Â
Karena jam keberangkatan masih cukup lama, aku pun berkeliling. Wah toiletnya lumayan jauh, hampir ke ujung. Mungkin karena sudah malam, beberapa bilik toilet nampak kotor.
Kulihat ada tempat untuk anak-anak bermain, pot-pot tanaman yang ditata  juga akuarium. Wah anak-anak dan orang dewasa pasti suka melihat-lihat ikan di akuarium.
Proses masuk ke stasiun sendiri juga mudah, tidak perlu cetak tiket. Cukup menunjukkan e-boarding pass dan KTP.
Tapi perubahan memang menuntut kenaikan harga. Aku masih ingat dulu naik KA Jakarta Tingkir rute Senen-Lempuyangan itu Rp50 ribu. Kini tiketnya berubah menjadi sekitar Rp300 ribu. Lumayan banget ya kenaikannya.
Bagi aku yang suka mode hemat, maka KA Jaka Tingkir yang memiliki kelas ekonomi bisa jadi pilihan. Oleh karena fasilitasnya tidak beda jauh dengan kelas eksekutif. Harganya sendiri hampir separuh kelas eksekutif.
Stasiun KA Lempuyangan diresmikan tahun 1872. Stasiun ini tertua di Yogyakarta dan masuk satu dari sepuluh stasiun KA tersibuk.
Stasiun ini melayani rute kereta api lokal (komuter dan aglomerasi) dan kereta api jarak jauh. Stasiun ini juga dilalui kereta barang.
Wah keretaku belum tiba. Mataku sudah sekian watt.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H