Jakarta World Cinema 2024 telah berakhir tadi malam, Sabtu (28/9) di CGV Grand Indonesia. Film Bird dari Inggris terpilih menjadi film penutup acara festival film tahunan ini. Film ini dibintangi oleh Barry Keoghan, Franz Rogowski, dan Nykiya Adams, serta disutradarai oleh Andrea Arnold. Seperti apakah film Bird?
Film drama ini berfokus pada sosok Bailey (Nykiya Adams), remaja perempuan yang hidupnya mulai terasa berubah ketika ayahnya, Bug (Barry Keoghan) membawa kekasih beserta anaknya ke rumah mereka yang sempit. Ia berencana menikah dan meminta putrinya terlibat dalam pesta pernikahannya. Ketika Bailey menolak, ia marah besar.
Bailey sendiri baru berusia 12 tahun dan sedang menjalani perubahan besar dalam emosi dan fisik. Ia mengalami haid pertamanya. Ia tak bisa bercerita ke ayahnya ataupun ibu kandungnya yang hidup terpisah dengannya. Ia malah bercerita ke pacar ayahnya, yang langsung memberinya perlengkapan untuk gadis yang datang bulan.
Rumah sekarang menjadi makin sempit. Ruang privasi Bailey makin tersita. Ruang privasinya hanya kasur gulung dan tirai plastik transparan. Ia kemudian menggunakan kamera ponselnya untuk merekam. Hingga suatu ketika ia berjumpa dengan seorang pria misterius yang menyebut dirinya Bird (Franz Rogowski). Ia tengah mencari keluarganya.
Bailey sering melihat Bird berdiri di rooftop gedung. Apa yang dilakukannya dan siapakah Bird?
Film tentang Kebebasan?
Sejak awal gambar-gambar banyak memperlihatkan aneka jenis burung yang sedang beraktivitas. Di bagian tengah juga nampak seekor burung yang melesat tinggi, lalu membantu Bailey mengirimkan surat ke seseorang. Adegan-adegan yang menyorot burung juga nampak di bagian akhir.
Apa makna burung dalam film ini?
Burung memiliki banyak makna dan juga menjadi simbol atau perlambangan. Burung bisa bermakna kebebasan, baik kebebasan berpikir maupun kebebasan jiwa. Burung juga bisa dimaknai sebuah peluang dan masa transisi. Burung juga bisa berarti harapan dan semangat.
Dalam film Bird, simbol-simbol burung tersebut terserap dalam adegan-adegan dan pesan yang muncul dalam film. Bailey terkukung oleh ruang privasinya yang begitu terbatas di rumah. Ia ingin merasa lebih bebas bergerak. Namun rumahnya makin sempit sejak kehadiran dua anggota baru. Rumah ibu kandungnya sendiri juga sempit dengan tiga anak kecil, adiknya, serta kekasih baru ibunya yang kejam.
Dalam film ini Bailey berupaya menciptakan kebebasan versi dirinya sendiri. Ia mencari kebebasan dalam lingkungan yang mengukung dirinya lewat gambar-gambar yang direkamnya dengan kamera ponselnya. Ia kadang memutarnya kembali, meski yang ada di dalamnya tak melulu memori yang indah, namun juga gambar-gambar yang seperti mimpi buruk.
Sebagai perlambang transisi, di dalam film ini diperlihatkan sosok Bailey yang kemudian bertransisi dari seorang anak-anak menjadi gadis remaja. Emosi dan tubuhnya mulai berubah di mana transisi ini kerap membingungkan bagi kaum perempuan.
Burung sebagai lambang semangat dan harapan di sini juga terlihat dari orang-orang yang peduli terhadap Bailey. Mereka mencintainya dan mendukungnya. Harapan itu ada meski Bailey tumbuh di lingkungan yang nampak kumuh dan besar di keluarga yang disfungsional.
Nykiya Adams memerankan sosok Bailey dengan apik. Penampilan dan karakternya seolah-olah ikut berubah ketika ia mencukur rambutnya menjadi seperti pria dan ketika ia kembali berdandan seperti perempuan.
Barry Keoghan semakin menunjukkan kemampuan aktingnya di film ini. Setelah namanya dikenal lewat Eternals sebagai salah satu dari kaum Eternals, ia makin melejit lewat The Banshees of Inisherin di mana ia meraih nominasi Oscar dan Golden Globe sebagai aktor pendukung terbaik. Di dalam film Bird, ia berhasil memerankan sosok ayah tunggal yang unik dan eksentrik. Ia nampak terobsesi dengan kodok.
Dari segi visual, gambar-gambar yang menyorot pergerakan burung nampak menarik. Demikian juga dengan kenangan-kenangan Bailey yang tercurah secara spontan. Robbie Ryan, sinematografer Bird, nampaknya ingin bersenang-senang dengan kamera dan bereksplorasi dengannya. Terkadang kameranya nampak bergoyang dengan maksud tertentu. Namun sayangnya gambar yang bergoyang-goyang ini terkadang bikin penonton merasa tak nyaman.
Secara umum Bird memiliki pesan yang kuat tentang pencarian kebebasan dari seorang anak perempuan yang beranjak remaja. Simbol dan pesan lainnya juga tercurah di film ini. Hanya sayangnya karena dalam pemutaran di JWC tidak ada subtitle bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia, bisa jadi pesan tersebut kurang tertangkap oleh penonton. Dialog para tokoh dalam film ini sendiri ada kalanya artikulasinya kurang jelas sehingga membuat sebagian penonton kurang menangkap isinya.
Film Bird meraih berbagai nominasi di Festival Film Cannes 2024. Film ini berhasil membawa pulang piala untuk kategori Prix de la Citoyennet. Â
Akhirnya Jakarta World Cinema selama delapan  hari telah berakhir. Acara ini menampilkan begitu banyak film berkualitas. Yang seru adalah mengumpulkan poin di mana bisa ditukar dengan aneka merchandise, dari voucher KlikFilm hingga kaus.
Sampai jumpa di Jakarta World Cinema 2025.
