Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Dampak PHK Kelas Menengah Berkurang, Ojol Jadi Pekerjaan Utama, dan Makin Banyak Penjual Makanan

12 September 2024   15:22 Diperbarui: 14 September 2024   15:05 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jumlah ojol makin banyak. Di antara mereka ada yang masih mencicil atau menyewa motor | Sumber gambar: CNBC

Berita kebangkrutan yang menimpa pabrik kompor Quantum membuat trenyuh. Kebangkrutan ini berdampak buruk bagi 500-an karyawan pabrik tersebut. Ini adalah sinyal buruk bagi kondisi perekonomian di Indonesia karena pabrik kompor Quantum bukan satu-satunya yang bangkrut pada tahun ini. Sepanjang tahun 2024 ada begitu banyak pabrik dan bank yang bangkrut, sehingga dilakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran.

Pabrik di Indonesia yang bangkrut dan tutup pada tahun ini di antaranya pabrik ban PT Hung-A di Cikarang dengan 1.500-an karyawan yang terdampak; pabrik sepatu Bata di Purwakarta dengan 233 karyawan yang mengalami PHK; dan pabrik garmen PT Cahaya Timur Garmindo yang terpaksa harus mem-PHK 650-an karyawan. Sementara dari daftar 12 bank yang bangkrut semuanya adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR), seperti PT BPR Dananta dan PT BPR Bali Artha Anugrah.

Berita penutupan dan kebangkrutan di atas adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar. Di lapangan jumlah mereka yang mengalami PHK jauh lebih besar. Pengurangan karyawan juga terjadi di level UMKM dan usaha-usaha kecil menengah yang bekerja di sektor jasa dan teknologi informasi.

Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan dari awal Januari hingga akhir Agustus 2024 terdapat 46.240 karyawan yang mengalami pemutusan hubungan kerja. Sedangkan menurut Muhammad Andri P, ekonom dari Bright Institute, dikutip dari BBC Indonesia (12/11) diperkirakan angka ini terus bertambah hingga mencapai 70 ribu karyawan hingga akhir tahun. Angka ini akan lebih besar dibandingkan besaran PHK tahun lalu yang mencapai 64 ribu karyawan.

Pemutusan hubungan kerja umumnya dilakukan perusahaan untuk melakukan efisiensi dan tak terhindarkan ketika pabrik tersebut bangkrut. Semenjak pandemi, kondisi perekonomian di Indonesia dan beberapa negara lainnya memang lesu dan terpuruk. Ada banyak faktor penyebab perusahaan tersebut rugi hingga bangkrut, di antaranya berkurangnya pemesanan, ketidakmampuan bersaing dengan produk impor  hingga tren yang berubah.

Besaran PHK yang begitu banyak pada dua tahun terakhir ini selaras dengan data Badan Pusat Statistik yang menyebut terjadi penurunan kelas untuk mereka yang selama ini masuk dalam kelas menengah di Indonesia. Besarannya tak tanggung-tanggung yaitu 9.48 juta yang terjun ke kelas calon kelas menengah hingga kelas rentan miskin.

Kelas menengah turun kelas menjadi calon kelas menengah dan rentan miskin | Sumber gambar: Oku Ekspres
Kelas menengah turun kelas menjadi calon kelas menengah dan rentan miskin | Sumber gambar: Oku Ekspres

Penggolongan kelas kemiskinan sendiri di Indonesia tak sedikit menuai kritikan karena standar yang digunakan dirasa kurang wajar untuk kondisi saat ini. Mereka yang masuk ke kelas miskin rata-rata yang pengeluarannya Rp 582.932 per kapita per bulan. Sedangkan rumah tangga yang masuk miskin yakni Rp 2.786.415 per rumah tangga per bulan.

Saat ini yang banyak dijadikan landasan adalah standar level kemiskinan untuk tiap individu bukan per rumah tangga. Andaikata kepala keluarga mengalami PHK dan ia tak lagi mendapatkan pemasukan seperti saat ia masih aktif bekerja maka bisa jadi kelasnya berubah dari rumah tangga menengah menjadi rumah tangga yang masuk miskin.

Ojol dan Penjual Makanan Makin Bertambah

Jumlah mereka yang mencari pekerjaan dan lapangan pekerjaan yang tersedia di Indonesia tidaklah sebanding. Jumlah pencari pekerjaan ini juga ditambah mereka yang menjadi korban PHK.

Jumlah mereka yang masih menganggur di Indonesia itu tertinggi di ASEAN berdasarkan data IMF per April 2024. Besarannya yaitu 5.2 persen. Namun berdasarkan data BPS per Februari 2024 jumlah angka pengangguran terbuka adalah 4.82% atau sekitar 7.2 juta.

Tingginya angka pengangguran dan tingginya angka yang terdampak PHK, disertai lapangan kerja yang terbatas, menyebabkan banyak yang beralih ke sektor informal. Ojek online (ojol) dan kurir pun jadi pilihan pekerjaan. Hingga bulan Oktober 2023, mereka yang bekerja sebagai ojol meningkat menjadi 4 juta pengendara dan angka ini terus bertambah.

Jumlah ojol makin banyak. Di antara mereka ada yang masih mencicil atau menyewa motor | Sumber gambar: CNBC
Jumlah ojol makin banyak. Di antara mereka ada yang masih mencicil atau menyewa motor | Sumber gambar: CNBC

Besarnya jumlah mereka yang bekerja sebagai ojol ini dikarenakan tidak banyaknya pilihan yang bisa mereka lakukan. Dulu ojol merupakan salah satu dari gig worker yang sebenarnya adalah pekerjaan sampingan dan pekerjaan awalan sebelum mendapatkan pekerjaan tetap. Namun sekarang orang-orang menggantungkan hidupnya alias menjadikan ojol sebagai pekerjaan utama.

Oleh karena makin banyaknya ojol maka persaingan ketat pun terjadi. Pemasukan yang mereka dapatkan perhari bisa jadi tidak sebanyak 5-7 tahun lalu ketika ojol baru mulai tren.

Penulis beberapa kali bertanya ke para ojol dan mereka membenarkan jika ojol saat ini merupakan pekerjaan utama mereka dengan berbagai alasan. Salah satunya karena menjadi korban PHK. Alasan lainnya karena sulitnya mendapatkan pekerjaan lainnya dan keterbatasan modal. Tak sedikit yang motornya masih mencicil atau menggunakan jasa sewa, sehingga pemasukan mereka masih harus dikurangi untuk membayar cicilan atau sewa.

Bagaimana dengan penjual makanan? Coba kalian perhatikan daerah tempat tinggal kalian, apakah makin banyak penjual makanan?

Di daerah tempat tinggalku makin banyak penjual makanan. Ada juga yang membuka usaha kecil berjualan aneka sayuran dan buah. Jumlahnya makin meningkat selama setahun terakhir sehingga trotoar makin padat oleh penjual kaki lima saat sore menjelang malam hari.

Makin banyaknya penjual makanan ini di satu sisi menguntungkan pembeli karena makin banyak pilihan. Dan karena makin kompetitif, tak sedikit yang menurunkan harga jualnya. Makanan seharga Rp10-15 ribu pun makin banyak ditawarkan. Makanan ini di antaranya ayam penyet sambal ijo dengan harga Rp10 ribu, nasi padang serba 10 ribu, aneka minuman dingin mulai Rp3 ribu dan masih banyak lagi.

Ada yang menjual paket ayam dengan nasi, tempe, sambal ijo, dan lalapan seharga 10 ribu | Dokumentasi Pribadi
Ada yang menjual paket ayam dengan nasi, tempe, sambal ijo, dan lalapan seharga 10 ribu | Dokumentasi Pribadi
Sebagai konsumen maka saya senang-senang saja. Namun ini bisa menjadi sinyal bahwa perekonomian tidak baik-baik saja karena meski banyak penjual makanan, pembelinya juga itu-itu saja. Kuperhatikan tempat makan yang dulunya rame, pembelinya mulai berkurang dan beralih ke makanan yang lebih murah.

Semoga pemerintah bisa menemukan cara untuk mencegah rentetan PHK dan membantu mendorong agar kondisi perekonomian menjadi cerah. Kita sebagai masyarakat juga bisa membantu dengan membeli sembako dan sayuran di warung-warung serta sekali-kali beli makan di warung-warung tersebut. Tentu saja dengan berhati-hati memilih dan memperhatikan kebersihan makanan tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun