Jumlah mereka yang masih menganggur di Indonesia itu tertinggi di ASEAN berdasarkan data IMF per April 2024. Besarannya yaitu 5.2 persen. Namun berdasarkan data BPS per Februari 2024 jumlah angka pengangguran terbuka adalah 4.82% atau sekitar 7.2 juta.
Tingginya angka pengangguran dan tingginya angka yang terdampak PHK, disertai lapangan kerja yang terbatas, menyebabkan banyak yang beralih ke sektor informal. Ojek online (ojol) dan kurir pun jadi pilihan pekerjaan. Hingga bulan Oktober 2023, mereka yang bekerja sebagai ojol meningkat menjadi 4 juta pengendara dan angka ini terus bertambah.
Besarnya jumlah mereka yang bekerja sebagai ojol ini dikarenakan tidak banyaknya pilihan yang bisa mereka lakukan. Dulu ojol merupakan salah satu dari gig worker yang sebenarnya adalah pekerjaan sampingan dan pekerjaan awalan sebelum mendapatkan pekerjaan tetap. Namun sekarang orang-orang menggantungkan hidupnya alias menjadikan ojol sebagai pekerjaan utama.
Oleh karena makin banyaknya ojol maka persaingan ketat pun terjadi. Pemasukan yang mereka dapatkan perhari bisa jadi tidak sebanyak 5-7 tahun lalu ketika ojol baru mulai tren.
Penulis beberapa kali bertanya ke para ojol dan mereka membenarkan jika ojol saat ini merupakan pekerjaan utama mereka dengan berbagai alasan. Salah satunya karena menjadi korban PHK. Alasan lainnya karena sulitnya mendapatkan pekerjaan lainnya dan keterbatasan modal. Tak sedikit yang motornya masih mencicil atau menggunakan jasa sewa, sehingga pemasukan mereka masih harus dikurangi untuk membayar cicilan atau sewa.
Bagaimana dengan penjual makanan? Coba kalian perhatikan daerah tempat tinggal kalian, apakah makin banyak penjual makanan?
Di daerah tempat tinggalku makin banyak penjual makanan. Ada juga yang membuka usaha kecil berjualan aneka sayuran dan buah. Jumlahnya makin meningkat selama setahun terakhir sehingga trotoar makin padat oleh penjual kaki lima saat sore menjelang malam hari.
Makin banyaknya penjual makanan ini di satu sisi menguntungkan pembeli karena makin banyak pilihan. Dan karena makin kompetitif, tak sedikit yang menurunkan harga jualnya. Makanan seharga Rp10-15 ribu pun makin banyak ditawarkan. Makanan ini di antaranya ayam penyet sambal ijo dengan harga Rp10 ribu, nasi padang serba 10 ribu, aneka minuman dingin mulai Rp3 ribu dan masih banyak lagi.
Sebagai konsumen maka saya senang-senang saja. Namun ini bisa menjadi sinyal bahwa perekonomian tidak baik-baik saja karena meski banyak penjual makanan, pembelinya juga itu-itu saja. Kuperhatikan tempat makan yang dulunya rame, pembelinya mulai berkurang dan beralih ke makanan yang lebih murah.
Semoga pemerintah bisa menemukan cara untuk mencegah rentetan PHK dan membantu mendorong agar kondisi perekonomian menjadi cerah. Kita sebagai masyarakat juga bisa membantu dengan membeli sembako dan sayuran di warung-warung serta sekali-kali beli makan di warung-warung tersebut. Tentu saja dengan berhati-hati memilih dan memperhatikan kebersihan makanan tersebut.