Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tur Cagar Budaya dari Lapangan Banteng Hingga PosBloc Jakarta

1 September 2024   20:53 Diperbarui: 1 September 2024   20:54 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selesai direvitalisasi, Lapangan Banteng jadi makin banyak digunakan oleh warga untuk berolahraga (dokpri) 

Festival Film 100% Manusia 2024 telah resmi dibuka pada Jumat (30/8) lalu. Selain pemutaran 88 film secara cuma-cuma hingga tanggal 8 September, acara juga diramaikan dengan berbagai kegiatan seperti karaoke, pameran seni, workshop cara mengkurasi film, pemeriksaan kesehatan gratis, hingga tur dengan berjalan kaki ke beberapa cagar budaya di Jakarta.

Pagi ini Minggu 1 September hari begitu cerah. Meski baru memasuki pukul delapan pagi, sinar matahari telah bersinar dengan antusias sehingga hawa terasa hangat. Sekelompok peserta tur 100% Manusia telah berkumpul di dekat Monumen Pembebasan Irian Barat,  Lapangan Banteng. Tak lama acara tur pun dibuka oleh Direktur Festival 100% Manusia Kurnia Dwijayanto. Selain dari 100% Manusia juga hadir kelompok dari komunitas tunawicara dan tunarungu.

Acara tur bermula di Lapangan Banteng yang dulu bernama Waterlooplein dan sempat disebut Lapangan Singa. Ada teori yang menyebutkan lapangan ini dulunya sebagian masih berupa hutan dan dihuni berbagai satwa seperti banteng. Lapangan Banteng sempat menjadi terminal bus pada tahun 70-an hingga tahun 1981.

Selesai direvitalisasi, Lapangan Banteng jadi makin banyak digunakan oleh warga untuk berolahraga (dokpri) 
Selesai direvitalisasi, Lapangan Banteng jadi makin banyak digunakan oleh warga untuk berolahraga (dokpri) 

Lapangan Banteng telah direvitalisasi sehingga nampak rapi. Ada kolam, tempat duduk-duduk, dan juga bazaar makanan pada akhir pekan. Monumen Pembebasan Irian Barat juga lebih terlihat. Ide pembuatan monumen ini berasal dari Bung Karno. Desainnya kemudian dibuat Henk Ngantung, payungnya dikerjakan Edhi Sunarso, dan monumen dikerjakan Friedrich Silaban.

Farid Mardhiyanto dari Jakarta Good Guide kemudian menjelaskan sejarah Gedung AA Maramis yang dulu disebut Istana Daendels karena pembangunannya diprakarsai oleh Daendels, meski ia kemudian tak pernah menempatinya karena ditugaskan ke Polandia.  Bangunan yang telah selesai dibangun tahun 1828 ini telah selesai dipugar pada tahun 2022 karena sempat rusak dan terkesan mistis. Kini bangunan ini kembali nampak kembali cantik dan estetik.

Istana Daendels tak lagi terkesan angker (dokpri) 
Istana Daendels tak lagi terkesan angker (dokpri) 

Para peserta kemudian berjalan kaki menuju dua sekolah yang berdampingan, yaitu SMAN 1 Jakarta dan SMKN 1 Jakarta yang dulunya masing-masing merupakan bangunan Prins Hendrick School (PHS) dan Koking Klike Wilhelmina School (KWS). Kedua bangunan sekolah ini masing-masing didirikan tahun 1889 dan 1906. Lulusan PHS salah satunya Mohammad Hatta. Sedangkan salah satu alumni KWS yakni Friedrich Silaban.

Sekolah PHS dan KWS berdampingan. Kedua sekolah ini melahirkan Mohammad Hatta dan Friedrich Silaban (dokpri) 
Sekolah PHS dan KWS berdampingan. Kedua sekolah ini melahirkan Mohammad Hatta dan Friedrich Silaban (dokpri) 


Matahari semakin tinggi. Perjalanan berlanjut ke gedung Kimia Farma yang selintas mirip dengan gedung Museum Seni Rupa dan Keramik karena dibangun pada era yang sama.  Gedung ini dibangun pada tahun 1848 dan dulunya merupakan gedung pertemuan anggota Freemason yang diberi nama De Ster in het Oosten.  Ada berbagai cerita menarik tentang perkumpulan tersebut yang kemudian dilarang oleh pemerintah.

Gedung Kimia Farma dulu menjadi lokasi pertemuan Free Mason (dokpri) 
Gedung Kimia Farma dulu menjadi lokasi pertemuan Free Mason (dokpri) 

Gedung Kesenian Jakarta pernah menjadi kampus UI untuk fakultas ekonomi dan hukum (dokpri) 
Gedung Kesenian Jakarta pernah menjadi kampus UI untuk fakultas ekonomi dan hukum (dokpri) 


Perjalanan kemudian berlanjut ke Gedung Komedi yang sekarang menjadi Gedung Kesenian  Jakarta. Gedung mewah yang dibangun tahun 1821 ini punya sejarah panjang. Gedung ini sempat menjadi lokasi Kongres Pemuda I, tempat Komite Nasional Indonesia Pusat bersidang, pernah menjadi ruang kuliah fakultas ekonomi dan hukum Universitas Indonesia, juga sempat menjadi gedung bioskop. Gedung ini kemudian dikembalikan ke fungsinya sebagai tempat kesenian pada tahun 1984.

Wah meski perjalanan tidak jauh, tapi hawa yang gerah mulai memulai kehausan. Setelah rehat sejenak, perjalanan berlanjut ke Gedung Antara yang terletak di sebelah Pasar Baru, lalu ke sekolah Santa Ursula dan berakhir di toko buku Patjar Merah, Posbloc. Rupanya sedang ada kegiatan pameran batik di Gedung Antara yang telah selesai dipugar.

Gedung Antara juga digunakan sebagai lokasi pameran (dokpri) 
Gedung Antara juga digunakan sebagai lokasi pameran (dokpri) 

Huuh sungainya kotor, hijau, dan berbau. Padahal di pusat kota (dokpri) 
Huuh sungainya kotor, hijau, dan berbau. Padahal di pusat kota (dokpri) 

Yuk ke PosBloc (dokpri) 
Yuk ke PosBloc (dokpri) 

Gedung Antara dulu bernama ANETA yang merupakan kantor berita swasta yang didirikan tahun 1917. Di gedung ini berita proklamasi kemerdekaan disebarluaskan. Gedung ini baru digunakan oleh Kantor Berita Antara pada tahun 1961. Kini gedung ini nampak cantik dan mulai digunakan sebagai salah satu lokasi pameran.

Acara pun berakhir di toko buku Patjar Merah yang berlokasi di PosBloc. Bangunan PosBloc ini dulunya kantor pos yang didirikan tahun 1746. Sekarang tempat ini banyak digunakan sebagai tempat acara seni. Sekelilingnya juga banyak penjual makanan.

Kantor pos sekarang jadi tempat nongkrong (dokpri) 
Kantor pos sekarang jadi tempat nongkrong (dokpri) 

Omong-omong tentang Festival Film 100% Manusia, tahun ini memiliki tema Togetherness. Maksud dari tema ini menurut Kurnia Dwijayanto selalu Direktur Festival 100% Manusia Film yakni harapan agar festival ini dapat menjadi titik kumpul khalayak umum untuk bertemu, bertukar pikiran, berdiskusi, yang nantinya akan mengarah ke perubahan baik dari kecil maupun besar yang disampaikannya pada acara pembukaan festival yang digelar di Erasmus Huis, Jakarta.

Pembukaan acara yang dihadiri Francisco de Ass Aguilera Aranda, Duta Besar Spanyol untuk Indonesia dan Nujul Kristanto, Ketua Tim Apresiasi dan Literatur Film Kemendikbudristek ini penuh sesak oleh para sinefil dan para tamu undangan. Film yang diputar pada saat pembukaan adalah Chinas yang bercerita tentang kehidupan sebuah keluarga imigran China di Spanyol.

Pembukaan Festival Film 100% Manusia di Erasmus Huis (dokpri) 
Pembukaan Festival Film 100% Manusia di Erasmus Huis (dokpri) 
Kalian masih bisa menyaksikan berbagai film dari 24 negara di ajang festival ini. Tinggal cek jadwalnya di medsos 100% Manusia lalu tinggal datang ke lokasi pemutaran tersebut. Semua film bisa disimak gratis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun