Sepasang suami isteri menuju studio foto yang terletak di sebuah bukit. Sang istri begitu pemalu ketika hendak difoto, sehingga si juru foto memberinya lili agar ia tersenyum di depan kamera. Tahun-tahun berikutnya, suami isteri tersebut membawa buah hatinya. Cerita tentang juru foto sebuah studio ini dikisahkan dalam animasi pendek berjudul Shasinkan alias The Portrait Studio.
Dalam animasi berdurasi 16 menitan ini terlihat upaya seorang juru foto untuk menghasilkan gambar yang terbaik. Ia selalu ingin mengabadikan senyum dan tawa dari para pengunjung yang menggunakan jasanya. Tapi sayangnya untuk bayi itu sekeras apapun usahanya, ia tak kunjung berhasil membuatnya tertawa atau tersenyum sedikitpun.Â
Hampir setiap tahun suami isteri tersebut menuju ke studio foto tersebut hingga si bayi tumbuh menjadi anak perempuan. Ia masih tetap berwajah cemberut dan ketus. Si juru foto terus berupaya agar si anak perempuan bisa tersenyum. Tapi lagi-lagi gagal.Â
Hingga kemudian si anak perempuan hanya ditemani ibunya dan suatu ketika studio foto itu roboh karena gempa. Bertahun-tahun kemudian studio foto itu terus bertahan meski Jepang telah mengalami masa perang dunia dan dunia sekitarnya terus berubah.Â
Animasi yang dibesut oleh Takashi Nakamura ini begitu indah dan mengharukan. Temanya unik dan jarang disorot, yaitu tentang studio foto sederhana dengan juru fotonya yang begitu berdedikasi dengan pekerjaannya.Â
Takashi Nakamura sendiri pernah terlihat dalam pembuatan animasi Ghibli, Nausica of the Valley of the Wind. Ia juga menjadi sutradara dan animator untuk Harmony.Â
Sepanjang film animasi ini tak ada dialog, hanya iringan dari permainan piano yang berhasil mendramatisasi suasana. Meski hanya lewat gambar, penonton akan mudah menebak dan memahami ceritanya.Â
Model coretan gambar atau art style-nya untuk adegan-adegan utama memiliki unsur yang khas dari studio Colorido yang sukses melahirkan animasi seperti Paulette's Chair dan Penguin Highway. Warna-warna yang digunakan solid dan cerah, dengan bentuk karakter yang imut.Â
Sementara untuk gambar latar dan adegan perantara (bridging), menggunakan gaya yang lebih realis. Warna-warna yang digunakan sesuai dengan periode waktu, dari yang suram pada masa peperangan, hingga warna-warni terang yang menggunakan kondisi yang damai.Â
Bangunan dan landskapnya begitu detail, menggambarkan perubahan Jepang dari tahun ke tahun. Ada becak yang ditarik manusia, kereta kuda, trem, hingga kemudian era kereta api tiba. Selain itu juga terlihat dataran yang awalnya sepi kemudian menjadi sesak oleh perumahan dan bangunan lainnya.Â
Tone animasi yang dirilis tahun 2013 ini campur-aduk. Â Di awal nampak lucu menggemaskan, namun setelah usai menontonnya, ada perasaan haru yang muncul. Ya, ada pertalian antara si anak perempuan dan si juru foto setelah sekian tahun terus berinteraksi. Bukan suatu hubungan yang romantis, melainkan hubungan yang akrab dan saling menghormati antargenerasi. Mereka dipertautkan oleh kamera studio tersebut.Â
Kalian bisa menyaksikan animasi ini di Youtube secara cuma-cuma di video di bawah ini.Â