Ya, desain set, sinematografi, serta penyutradaraan penting dalam membuat adegan laga yang berkesan. Tidak harus mewah dan banyak adegan ledak-ledakan. The Raid, misalnya. Cukup adegan pertarungan di rumah susun, tapi sudah membuat penonton takjub berkat kerja divisi kamera, bagian editing, dan sutradara yang kompak.
Dalam Trigger Warning ini entah kenapa banyak menggunakan tempat-tempat antah berantah yang sepi dengan warna-warna pucat yang tidak konsisten. Untuk film yang menyampaikan perenungan dan kontemplasi seperti Marlina Si Pembunuh, adegan ini bakal menarik, tapi tidak untuk film laga yang menuntut adegan laga yang intens.
Film Trigger Warning terasa mengecewakan baik dari sisi narasi maupun teknis. Hal ini disayangkan karena merupakan kesempatan yang bagus untuk Mouly Surya untuk unjuk gigi.
Namun jika melihat portofolio Mouly Surya hal ini bisa dimaklumi karena ini pengalaman kali pertamanya menyutradarai film laga. Biasanya ia berkutat di film drama festival dan film dengan unsur thriller seperti Fiksi. Filmnya rata-rata memiliki pace yang lambat.
Terlepas dari filmnya yang kurang bagus, upaya Mouly Surya untuk keluar dari zona nyamannya patut diapresiasi. Siapa tahu pengalamannya bekerja sama dengan sineas Hollywood ini bisa membuatnya mampu menyutradarai film lainnya yang jauh lebih baik, tidak harus film laga. Semoga masih ada kesempatan untuk menyutradarai film Hollywood lainnya.
Harapan yang sama buat Jessica Alba. Ia gagal comeback karena naskah yang buruk. Padahal ia memiliki potensi menjadi sosok jagoan wanita seperti Jennifer Lopez, Gal Gadot, Angelina Jolie, Charlize Theron, Olga Kurylenko dan masih banyak lagi. Semoga dapat naskah yang mumpuni di proyek film selanjutnya.Â