"Apakah aku terlihat baik-baik saja?" - Tomoyo Shiino
Tomoyo Shiino (Mei Nagano) yang sedang menyantap makan siangnya terperanjat mendengar berita yang menyebutkan seorang perempuan terjun dari sebuah apartemen. Ia mengenal sosok itu. Tak lain dan tak bukan adalah sahabatnya, Mariko (Nao Honda).Â
Ia mencoba menghubungi nomornya. Tak ada jawaban. Ia merasa lemas. Sejak itu hari-hari Tomoyo tak seperti biasanya. Kisah Tomoyo yang mengalami guncangan mental terungkap dalam film My Broken Mariko.
Hubungan Mariko dan Tomoyo sangat akrab. Mereka bersahabat sejak kanak-kanak. Tomoyo kasihan melihat Mariko yang sering dipukul dan diperlakukan tak layak oleh ayahnya, namun ia tak bisa banyak berbuat apa-apa.
Demi membebaskan sahabatnya tersebut dari perlakuan keji ayahnya, ia nekat mencuri abu kremasi Mariko. Ia pun kemudian bertualang menuju Tanjung Marigaoka, tempat yang ingin dikunjungi Mariko, bersama wadah abu kremasi Mariko.
Film My Broken Mariko diangkat dari manga populer karya Waka Hirako. Manga yang terdiri dari empat chapter ini naskahnya digubah oleh Waka Hirako bersama Kosuke Mukai dan Yuki Tanada menjadi film berdurasi 85 menit. Bangku sutradara dipegang oleh Yuki Tanada, yang sebelumnya menangani Romance Doll (2020) dan The Cowards Who Looked to the Sky (2012).
Selama film berjalan, adegan-adegan kilas balik muncul, bergantian dengan adegan pada masa kini. Dari adegan kilas balik tersebut penonton bisa memahami betapa menderitanya Mariko sejak kecil dan begitu bergantungnya Mariko kepada Tomoyo.Â
Adegan kilas balik dan upaya Tomoyo mencari tahu alasan sahabatnya memilih cara instan mengingatkan pada series 13 Reasons Why.Â
Ia sering bercerita tentang masalahnya kepada Mariko melalui surat-surat dan ketika keduanya bertemu langsung. Ia juga mengancam akan bunuh diri di depan Tomoyo jika Tomoyo punya pacar. Sesuatu yang dianggap Tomoyo tak adil meski ia juga belum berkeinginan menjalin hubungan, karena Mariko sendiri pernah punya pacar.
Salah satu adegan yang memilukan ketika Tomoyo terkejut melihat sahabatnya luka-luka. Ia sedih sekaligus marah karena pada hari sebelumnya ia melakukan berbagai cara agar Mariko tak menemui kekasihnya yang temperamental.
"Aku memang rusak," kata Mariko dengan ekspresi datar. Ia kemudian melanjutkan kata-katanya,"... Aku dipukuli karena nggak nurut. Aku disiksa karena aku memancing emosi mereka. Aku tidak tahu bagaimana memperbaiki diriku sendiri. Aku sangat rusak... "
Meskipun judul film ini tentang Mariko, namun sebenarnya film ini lebih menyoroti sikap dan bagaimana Tomoyo menghadapi hal ini. Ia yang terguncang kemudian memilih melakukan perjalanan panjang dengan tujuan membebaskan sahabatnya. Perjalanannya ini terasa sentimentil.
Tak banyak perubahan dari cerita versi manga jika dibandingkan dengan versi filmnya. Hanya, Yuki Tanada mampu menampilkan kisah ini lewat bahasa visual yang indah, hangat, dan menyentuh, disertai dengan skoring yang lembut.Â
Bahasa gambar yang sederhana namun menyentuh, ketika wadah abu kremasi yang dipangku oleh Tomoyo berubah menjadi sosok Mariko kecil yang memeluknya. Di sebuah adegan, Mariko berkata ingin sekali Tomoyo menjadi ibunya.
Mei Nagano sebagai Tomoyo, menjadi nyawa dalam film ini. Ia mampu menunjukkan beragam wajah dari sosok Tomoyo yang tomboi. Ia suka berlaku spontan, emosional, namun juga setia kawan. Ia mudah marah namun juga mudah menangis. Ia sebenarnya rapuh, tertutupi oleh sikapnya yang keras kepala.
Ya, film ini tentang kontemplasi dan penyembuhan luka yang dialami Tomoyo ketika kehilangan sahabatnya. Apakah perjalanan panjang itu akan memberikannya penyelesaian?Â
Kalian bisa menyaksikan My Broken Mariko secara streaming di website Japanese Film Festival Online 2024 hingga 19 Juni mendatang.