Â
Hari begitu cerah, membuat Salma (Rezki Chiki) dan Basri (Arham Rizki Saputra) leluasa menjalankan bisnis odong-odongnya. Ia juga nampaknya tak kekurangan anak-anak yang ingin memanfaatkan jasanya. Kehidupan pasangan suami istri ini nampak baik-baik saja sampai keduanya dipertanyakan sesuatu yang sensitif ketika mereka berkumpul di rumah bersama keluarga besar. Â Cerita tentang pasutri yang belum memiliki momongan ini tersaji dalam Basri & Salma in a Never-ending Comedy.
Gara-gara belum memiliki keturunan setelah lima tahun menikah, Salma dan Basri banyak mendapat pertanyaan usil dari para saudara. Mereka terus menghujaninya dengan pertanyaan dan candaan yang vulgar. Hingga Basri kemudian nampak sering murung.
Film pendek garapan Khozy Rizal ini mengetengahkan hal yang umum di masyarakat yakni kepercayaan masyarakat tentang kehadiran anak di sebuah keluarga. Lewat dialog yang disampaikan oleh ibu dan saudara-saudara Basri, anak membawa rejeki bagi keluarga. Kehadirannya juga bisa membuat ramai sebuah keluarga dan membawa keharmonisan pasangan suami istri tersebut.
Tidak ada ruang bagi Salma dan Basri untuk menjelaskan kondisinya, apalagi menyampaikan pandangannya. Ibu dan saudara-saudara mereka terus menjejalinya dengan pentingnya keturunan dan kemudian meledeknya dengan candaan yang vulgar.
Naskah cerita yang ditulis oleh John Badalu dan Sue Turley ini memang usil dan unik. Keduanya menyampaikan keresahan dan kritik mereka dalam bahasa yang lugas, namun beberapa dialog terasa vulgar. Alhasil sebagian penonton mungkin akan merasa risih dan jengah mendengar candaan vulgar tersebut.
Para jajaran pemeran di sini memainkan perannya dengan luwes. Keberadaan extras anak-anak yang diperankan anak-anak setempat juga makin membuat film seperti bingkai kehidupan sehari-hari.
Dari segi cerita, topiknya sederhana dan dekat dengan keseharian. Yang menarik di sini adalah cara Khozy mengemasnya dengan cara yang memikat. Di beberapa adegan ia menampilkan hal-hal yang kontras, seperti suasana malam dan gemerlapnya lampu-lampu dari odong-odong. Di bagian lain ada sosok Basri yang lesu di antara ibu dan saudara-saudaranya yang menari-nari.
Visual memberikan kontribusi yang ekselen di film ini. Apresiasi buat Andi Moch Palaguna. Warna-warna terang banyak dimainkan di sini, seperti sebuah simbol tentang dunia anak yang ceria. Palet warna ini konsisten hingga digunakan di warna font tulisan di bagian kredit.
Dari segi musik. Ada dua lagu yang memperkuat identitas film ini. Yang pertama lagu Sayang Semuanya (Satu-satu Aku Sayang Ibu) yang seolah-olah menyentil Salma yang belum merasai sebagai sosok ibu. Yang kedua lagu ala dangdut koplo yang relatif banyak digunakan di tempat hiburan yang murah meriah yang menunjukkan latar keluarga Salma dan Basri.
Film ini sendiri berlatar di Makassar dengan menggunakan bahasa daerah setempat. Ini kali ketiga Khozy Rizal mengangkat nama daerahnya, setelah Lika Liku Laki dan Nowhere to Ride. Ia konsisten mengangkat isu dan kritik sosial lewat film-filmnya.
Film Basri & Salma in a Never-ending Comedy ini tampil perdana di ajang Festival Film Cannes 2023 dan meraih nominasi Palme d'Or - Best Short Film. Film ini selanjutnya tayang di berbagai festival mancanegara, seperti Berlin Interfilm Festival (pemenang International Jury's Special Mention), Busan International Short Film Festival (nominasi Grand Prix di kategori Best International Short Film), Sundance Film Festival (nominasi Short Film Grand Jury Prize), dan AFI Fest (nominasi Grand Jury Prize untuk kategori Live Action Short Film dan pemenang Grand Jury Prize Special Mention untuk kategori Cinematography).Â
Film ini juga diputar di Jakarta Film Week 2023 dan JAFF-NETPAC 2023. Saat ini kalian bisa membeli tiket dan menyaksikannya secara streaming di Bioskop Online.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI