Pagi pukul 09.30 WIB Museum Kebangkitan Nasional (Muskitnas) ramai oleh pengunjung. Sebagian adalah peserta upacara Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) yang menggunakan busana tradisonal. Sebagian lagi adalah peserta workshop yang diadakan dalam rangka memeriahkan Harkitnas.Â
Ada dua workshop yang diadakan hari ini, yakni workshop membuat jamu dan workshop membuat parfum. Pesertanya begitu banyak, pria dan perempuan, dari berbagai layar belakang. Mereka nampak begitu antusias mengikuti jalannya workshop.Â
Eh kenapa pada Hari Kebangkitan Nasional ini diadakan dua jenis workshop tersebut ya? Ehm sepertinya ini ada kaitannya dengan beberapa koleksi Muskitnas yang berkaitan dengan jamu dan rempah-rempah. Jamu juga telah ditetapkan resmi sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO tahun 2023.
Di Ruang Pengobatan Tradisional, ada cerita tentang dukun jampi atau dukun herbal dan dukun beranak yang harus memiliki kemampuan salah satunya yakni membuat jamu.Â
Lalu ada juga bagian tentang tanaman obat nusantara beserta koleksi gandik, pipisan jamu, dan kotak obat suku Dayak. Nah menurut cerita yang masuk dalam koleksi pameran Muskitnas, tradisi menggunakan tanaman sebagai bahan obat ini sudah dikenal lama dengan adanya relief di candi Borobudur, Penataran, dan Prambanan. Racikan obat-obatan dari tanaman juga tertuang di naskah-naskah pada lontar dari Jawa, Bali, hingga Sulawesi Selatan.Â
Dalam Serat Centini yang diterbitkan pada tahun 1814 disebutkan kebiasaan suku Jawa untuk membuat dan meminum jamu untuk kesehatan dan pengobatan. Keraton Solo juga memiliki kitab Kawruh Bab Jampi-jampi Jawa yang di dalamnya memuat 1.734 racikan tanaman-tanaman obat untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit.Â
Sementara Lontar Usada adalah kitab pengobatan tradisional Bali menggunakan bahan dari tanaman dan hewan. Isinya komplet, dari bahan-bahan, cara pengolahan, cara penggunaan, dan khasiatnya bagi tubuh. Obat batuk anak, misalnya. Bahannya ada akar tapal liman, bawang tambus, akar ketepeng, kelapa bakar, daun dan akar sokanatar yang semuanya diramu lalu diminum.Â