Bus membawa mereka ke terminal berikutnya. Kali ini kelima kucing turun dan kebingungan. Mereka semakin jauh dari rumah. Kucing-kucing di terminal juga nampak tak ramah.
Lalu kucing Clara melihat sesuatu yang luar biasa. Ia melihat mobil putih yang dikenalnya juga seorang pria yang baru mengantar sepasang kakek nenek. Ia tahu pria itu. Clara mengajak Pang Pong dan dua saudaranya mendekati pria itu.
Si pria kaget melihat ada lima kucing mendekatinya. Apalagi kelima kucing itu adalah kucing-kucing yang selalu bersamanya. Ia tahu kabar kelima kucing hilang dari si Puspa. Tapi tak mengira mereka ada di terminal yang jauh dari rumah.
Si pria menghitung si kucing dan memastikannya. Ada Pang, Pong, Nero Manis, Clara, dan Petualang. Sudah lengkap. Sebelum pulang Ia menelpon si Puspa. Yang ditelpon matanya sembab kebanyakan menangis dan lemas. Ia tak percaya hingga si pria memperlihatkan video wajah-wajah kucing yang nakal-nakal.
Si pria berhenti di warung makan. Ia membeli ikan goreng dengan daging yang tebal. Tak lupa ia membeli wadah berisi air putih matang.
Kucing-kucing yang lapar menangis kegirangan. Mereka lalu tidur pulas di bangku belakang. Pong sampai mendengkur kencang.
Sampai di rumah Puspa menyambut mereka. Ia tak jadi memarahi mereka. Si Opal bertanya ke adik-adiknya dan terpana mendengar usulan Pang.
Hingga suatu ketika beberapa minggu kemudian terjadi suatu keajaiban.
Para kucing akhirnya berwisata ke pantai. Tapi mereka hanya main air sedikit. Main air ternyata menakutkan. Mereka juga tak bisa memancing dan makan ikan mentah. Mereka hanya puas menikmati senja di tikar sambil makan ikan goreng.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H