Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Memeluk Pohon, Nikmati Alam untuk Kesehatan Mental

14 Mei 2024   22:27 Diperbarui: 14 Mei 2024   23:00 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Melihat pepohonan hijau, rasanya menyenangkan (dokpri) 


"Coba peluk pohon, Pus. Perasaanmu bisa lebih baik setelah memeluknya," saran kawanku ketika aku bertanya tentang cara meredakan kecemasan.

Istilah grounding belakangan sering kudengar. Aku yang tak paham kemudian menanyakan ke kawanku yang bergabung dengan komunitas spiritual. 

Ia bercerita grounding mirip-mirip dengan earthing, sama-sama untuk meredakan stress dan kecemasan. Istilah ini sedikit berbeda, grounding lebih memfokuskan pada panca indera. Sedangkan earthing dengan mendekatkan diri ke alam. Ia mencontohkan kegiatan jalan kaki tanpa alas kaki, jalan ke tempat terbuka yang banyak pepohonan, berkebun, atau memeluk pohon.

Melihat danau, rasanya adem (dokpri) 
Melihat danau, rasanya adem (dokpri) 

Pagi itu, sekitar pukul enam, aku sudah berada di lingkungan kampus Universitas Indonesia. Aku sengaja berjalan kaki ke rute-rute yang jarang kujelajahi.

Hari itu masih masuk long weekend. Namun tak sedikit yang memilih berolah raga pagi di lingkungan kampus daripada bermalas-malasan di kasur. Ah aku jadi malu. Biasanya aku lebih memilih begadang dan bermalasan saat akhir pekan.

Udara pagi begitu segar. Aku menikmati kegiatan berjalan kaki ini. Sebenarnya tujuan utamaku ke Bogor. Sehingga hanya sekitar 30 menitan aku di UI sebelum melanjutkan ke Bogor dengan berkereta. Sudah lama aku tak berjalan kaki di sekitaran Istana Bogor dan Kebun Raya Bogor.

Aku menunggu sepi sebelum memeluk pohon (dokpri) 
Aku menunggu sepi sebelum memeluk pohon (dokpri) 

Bukan hanya hidung dan paru-paruku yang menikmati udara segar, mataku juga senang bisa melihat danau dan pepohonan yang hijau. Ada beberapa pohon di tepian yang menarik perhatianku. Aku ingin memeluk salah satu di antara mereka.

Aku menunggu jalan sepi tanpa lalu lalang sebelum memeluk salah satu pohon. Kuatirnya nanti aku dikira aneh-aneh. Kupeluk pohon besar dengan hati-hati. Aku takut menyakitinya.

Mendekatkan ke alam membuat tubuh dan pikiran segar (dokpri) 
Mendekatkan ke alam membuat tubuh dan pikiran segar (dokpri) 

Sepertinya jalan-jalan ke alam akan menjadi agenda mingguan (dokpri) 
Sepertinya jalan-jalan ke alam akan menjadi agenda mingguan (dokpri) 

Benar kata kawanku, Ada sensasi unik mengalir ketika aku memeluk pohon. Ini seperti perasaan yang kualami ketika seekor kucing memelukku ketika aku sedang bersedih. Aku merasa lega.


Di Bogor, aku berjalan santai di trotoar mengelilingi Istana. Ada banyak pejalan kaki yang juga memiliki niat serupa denganku  berjalan-jalan sambil berolah raga.

Bagian yang menarik dari istana tentunya para rusa. Mereka nampak nyaman dan damai merumput atau menyapa para pengunjung sekedarnya.

Para rusa semoga selalu hidup damai bahagia di Istana Bogor (dokpri) 
Para rusa semoga selalu hidup damai bahagia di Istana Bogor (dokpri) 

Perjalanan berlanjut ke arah Kebun Raya. Aku berhenti sejenak memandangi perairan, sebelum melanjutkan perjalanan.

Mendengar gemericik air, deru angin sepoi-sepoi, dan kicau burung sungguh menyenangkan. Aku sarapan dulu dengan serba apel, sebelum berangkat ke dua museum, Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia dan Animalium.

Hari itu temanya alam. Aku pulang siang hari dengan baju basah berkeringat. Hawa siang begitu gerah dan aku bepergian sejak pagi hari. Namun aku merasa lega.

Melihat air dulu sebelum lanjut perjalanan (dokpri) 
Melihat air dulu sebelum lanjut perjalanan (dokpri) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun