"Coba peluk pohon, Pus. Perasaanmu bisa lebih baik setelah memeluknya," saran kawanku ketika aku bertanya tentang cara meredakan kecemasan.
Istilah grounding belakangan sering kudengar. Aku yang tak paham kemudian menanyakan ke kawanku yang bergabung dengan komunitas spiritual.Â
Ia bercerita grounding mirip-mirip dengan earthing, sama-sama untuk meredakan stress dan kecemasan. Istilah ini sedikit berbeda, grounding lebih memfokuskan pada panca indera. Sedangkan earthing dengan mendekatkan diri ke alam. Ia mencontohkan kegiatan jalan kaki tanpa alas kaki, jalan ke tempat terbuka yang banyak pepohonan, berkebun, atau memeluk pohon.
Pagi itu, sekitar pukul enam, aku sudah berada di lingkungan kampus Universitas Indonesia. Aku sengaja berjalan kaki ke rute-rute yang jarang kujelajahi.
Hari itu masih masuk long weekend. Namun tak sedikit yang memilih berolah raga pagi di lingkungan kampus daripada bermalas-malasan di kasur. Ah aku jadi malu. Biasanya aku lebih memilih begadang dan bermalasan saat akhir pekan.
Udara pagi begitu segar. Aku menikmati kegiatan berjalan kaki ini. Sebenarnya tujuan utamaku ke Bogor. Sehingga hanya sekitar 30 menitan aku di UI sebelum melanjutkan ke Bogor dengan berkereta. Sudah lama aku tak berjalan kaki di sekitaran Istana Bogor dan Kebun Raya Bogor.
Bukan hanya hidung dan paru-paruku yang menikmati udara segar, mataku juga senang bisa melihat danau dan pepohonan yang hijau. Ada beberapa pohon di tepian yang menarik perhatianku. Aku ingin memeluk salah satu di antara mereka.
Aku menunggu jalan sepi tanpa lalu lalang sebelum memeluk salah satu pohon. Kuatirnya nanti aku dikira aneh-aneh. Kupeluk pohon besar dengan hati-hati. Aku takut menyakitinya.