Hari ini (18/4) diperingati sebagai Hari Warisan Dunia. Museum Kebaharian Jakarta memperingati  Hari Warisan Dunia dengan mengadakan tur sejarah ke beberapa cagar budaya yang ada di sekeliling Museum Kebaharian Jakarta. Tempat-tempat tersebut adalah Tembok Kota Batavia sisi utara, Pasar Hexagon, dan Tempat Pelelangan Ikan.Â
Sekitar pukul 09.30 WIB, peserta berjalan kaki dari museum menuju Tembok Kota Batavia bagian utara. Tembok kota ini sebagian ada di wilayah museum, lainnya ada yang terbengkalai dan kurang terawat.Â
Tembok kota Batavia sebelah utara mengelilingi area yang sekarang hanya berupa reruntuhan. Dulunya tembok tersebut adalah bagian dari pertahanan VOC melawan musuh. Tapi kemudian menjadi gudang logistik. Bertahun-tahun kemudian di balik tembok sempat ada hunian liar. Temboknya juga pernah mengalami vandalisme.Â
Sejak tahun 2023, tembok kota ini mulai dipugar. Struktur tambahan mulai dihilangkan. Hasil vandalisme mulai dibersihkan. Bagian tembok yang dulu bekas pos pantau juga mulai dirapikan.Â
Jalan di sekitar tembok tersebut kini sudah nyaman untuk digunakan berjalan kaki atau naik sepeda. Tapi sisi yang dekat dengan sungai itu masih penuh dengan tanaman liar yang kurang terawat. Beberapa bagian tembok juga mulai tertutup tanaman liar. Dengan adanya acara walking tour ini diharapkan mendatang kawasan ini makin dirawat dan dikelola dengan baik karena tembok kota Batavia ini memiliki sejarah panjang berkaitan dengan Jakarta saat ini.Â
Tujuan berikutnya adalah Pasar Hexagon yang pada tahun-tahun mendatang direncanakan akan menjual aneka kerajinan tangan. Di kawasan ini juga ada tempat semacam amphiteater mini yang bisa dibuat menjadi tempat pertunjukan. Nantinya juga akan ada penjual makanan juga mushola dan toilet. Pasar ini sudah dibangun sejak tahun 2016, namun pembangunannya kurang berjalan lancar.
Pasar Hexagon ini awalnya merupakan pasar ikan yang dibangun tahun 1920. Tempat ini pernah direnovasi tahun 1959, lalu pernah menjadi Balai Penelitian Kelautan. Dulu juga pernah ada aquarium besar di sini sehingga dikenal sebagai aquarium besar. Tak heran jika rumah susun yang tak jauh dari lokasi pasar diberi nama Kampung Susun Akuarium.Â
Tujuan terakhir adalah tempat yang dulunya tempat pelelangan ikan yang mulai dipugar dan kini menjadi semacam museum mini. Ada patung ikan dari keramik yang menyambut para pelancong.Â
Di sini ada sejarah dan juga ikan-ikan yang merupakan tangkapan besar di Teluk Jakarta. Ada tuna, cumi, julung-julung, kakap merah, kerang ijo, belanak, dan ikan sembilang.
Rupanya pasar ikan ini sudah dibangun sejak tahun 1631 oleh pemerintahan kolonial Belanda. Ketika Batavia ditetapkan sebagai kota praja, bangunan pelelangan ikan mengalami perubahan. Tahun-tahun berikutnya pasar ikan ini terus mengalami perubahan. Tahun 1993 tempat ini ditetapkan sebagai cagar budaya. Lalu sejak tahun 2017, pasar ikan dan tempat pelelangan ikan ini dibangun seperti bangunan awalnya. Kini menjadi bagian Dinas Ketahanan Pangan. Struktur lama dan asli disimpan dan ditutup kaca.
Pengunjung juga bisa menyaksikan foto-foro lawas aktivitas penjual dan pembeli di pasar ikan pada tahun 1930-1950an. Juga ada foto kapal Bugis tahun 1930an.
Matahari semakin terik. Acara diakhiri dengan harapan dari Bu Mis'Ari. Kepala Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta dan Kapolsek Penjaringan. Keduanya mengajak semua elemen masyarakat untuk merawat cagar budaya agar anak cucu mengenal sejarah bangsanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H