Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Istiqlal, Film Perjalanan yang Ringan dan Hangat

3 April 2024   17:53 Diperbarui: 4 April 2024   14:20 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dapat kesempatan tanya langsung ke penulis dan sutradara film pendek Istiqlal (Sumber gambar: Museum Penerangan) 

Road movie atau film perjalanan adalah salah satu genre film yang belum banyak digunakan di perfilman nasional. Padahal Indonesia dengan pesona alamnya yang indah dan keragaman budayanya sangat potensial untuk menjadi latar dan isi road movie. 

Tak sedikit film perjalanan yang berkesan di hati sinefil, misalnya 3 Hari untuk Selamanya, Pulang, dan Kulari ke Pantai. Oleh karena itu ketika mengetahui Istiqlal merupakan film pendek bergenre road movie, aku pun antusias. 

Film Istiqlal berkisah tentang perjalanan dengan roda dua yang dilakukan oleh Babeh dan putranya, Sobari. Si Babeh hendak mengajak anaknya berbuka puasa di Masjid Istiqlal. Keduanya sendiri berasal dari Ciputat. 

Si Babeh yang dulunya tinggal di Jakarta kebingungan melihat perkembangan kota. Ia yang dulunya hafal dengan jalan-jalan di megapolitan ini mulai mengalami kesulitan. Namun ia tetap keras kepala dan menolak ketika putranya mengusulkan untuk menggunakan aplikasi peta. Ehm apakah keduanya berhasil tiba di Istiqlal? 

Reaksi penonton selama acara MuspenTalk Hari Film Nasional (Sumber gambar: Museum Penerangan) 
Reaksi penonton selama acara MuspenTalk Hari Film Nasional (Sumber gambar: Museum Penerangan) 

Dalam film perjalanan, umumnya ada dua hal yang ditonjolkan dalam film ini. Yang pertama adalah konflik yang dialami selama melakukan perjalanan. Dan yang kedua adalah konflik antara sesama pelaku perjalanan ini. 

Konflik yang dialami selama berkendara bisa beragam, seperti ban kempes, dijambret, kebanjiran, dan sebagainya. Sedangkan konflik antarsesama pelaku perjalanan bisa saling cekcok karena berbeda tujuan dan berbeda pendapat. 

Nah dalam film Istiqlal ini konflik mencuat karena Jakarta yang tumbuh pesat, sementara si Babeh sudah begitu jarang ke kota ini. Alhasil ia kebingungan mencari cara menuju tujuannya. 

Sedangkan konflik dengan putranya dikarenakan perbedaan dalam mencari arah. Si Babeh mengandalkan ingatan masa lalunya dan hasil bertanya sana-sini. Sedangkan si anak ingin ayahnya mengandalkan teknologi. 

Dua jenis konflik inilah yang kemudian diramu oleh sang penulis sekaligus sutradara, Razny Mahardhika menjadi cerita yang memikat. Selama 15 menit, penonton disodori konflik Babeh dan putranya yang tersesat menuju Istiqlal. 

Si Babeh tipe keras kepala sementara si anak itu relatif pendiam dan penurut. Desain karakter Babeh yang kolot diperkuat dengan baju gelap dan cincin besar di jarinya. Interaksi bapak dan anak itulah yang menarik dalam film ini. Ada perkembangan interaksi yang dinamis dalam film ini. 

Film pendek ini sendiri merupakan pemenang pitching cikal bakal Jakarta Film Week, yakni kompetisi film pendek yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata DKI Jakarta.

Selain berhasil mendapat pendanaan dari Dinas Pariwisata DKI Jakarta, Istiqlal juga berhasil mendulang berbagai prestasi, antara lain Panasonic Young Filmmaker 2019 kategori Best Story, Official Selection JAFF 2020, Official Selection International Children's Film Festival Bangladesh 2020, dan Top 10 Finalist Viddsee Juree Awards Indonesia 2020.

Film ini tayang di acara MuspenTalk yang terdiri dari nobar peringatan Hari Film Nasional dan buka bersama yang diadakan oleh Museum Penerangan (Muspen) pada 30 Maret silam. 

Oleh karena saya berkesempatan ditunjuk sebagai moderator, maka saya bebas bertanya seputar proses pembuatan film, dari pra produksi hingga paska produksi. Para penonton yang terdiri dari Komiker dan Muspen Bestie juga banyak yang mengajukan pertanyaan. 

Bahas koleksi Usmar Ismail dulu sebelum nobar (Dokumentasi pribadi)
Bahas koleksi Usmar Ismail dulu sebelum nobar (Dokumentasi pribadi)

Melihat banyaknya adegan yang memperlihatkan jalanan Jakarta, maka kesulitan terbesar dalam membuat film pendek ini tentunya ketika mengambil gambar di jalanan tersebut. Baik mengambil gambar di jalan besar maupun di gang-gang punya potensi kesulitan dan risiko tersendiri. Salut buat Razny dan tim yang berhasil mengemas cerita mereka dalam film. 

Dalam peringatan Hari Film Nasional, tim Muspen memulai acara dengan membahas tentang riwayat Usmar Ismail dan koleksinya di Muspen. Usmar Ismail adalah bapak perfilman nasional dan telah diangkat sebagai pahlawan nasional.

Hari pertama proses syuting Darah dan Doa pada 30 Maret 1950 ditetapkan sebagai tonggak film nasional dan kemudian diperingati sebagai Hari Film Nasional. Ada beberapa koleksi pribadi Usmar yang ada di museum, seperti jas, proyektor, kamera, dan foto beliau ketika melakukan proses syuting film Kafedo. 

Ada sudut khusus koleksi Usmar Ismail di Museum Penerangan (Dokumentasi pribadi)
Ada sudut khusus koleksi Usmar Ismail di Museum Penerangan (Dokumentasi pribadi)

Tema peringatan Hari Film Nasional 2024 sendiri adalah Beragam Filmnya, Ramai Penontonnya. Mengingat genre film ini adalah road movie maka genre ini termasuk yang tidak pasaran. 

Semoga makin banyak film menarik yang tayang di bioskop dan platform lainnya, jangan genre itu-itu melulu. Semoga penonton film Indonesia juga makin banyak sehingga film nasional bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun