Festival metal ini memang unik karena berani menampilkan band-band dengan genre deathmetal, grindcore, dan genre metal lainnya dari berbagai negara.
Oleh karena itu menurutku festival Hammersonic bisa jadi rujukan pagelaran festival meski ya perlu ada peningkatan.
Di Hammersonic, panitia menyediakan tenant makanan minuman yang cukup banyak dan toilet yang bersih. Ada banyak panggung dengan ruang penonton yang luas. Selain itu, yang patut diapresiasi dari panitia, mereka juga menyediakan mushola.
Sayangnya masih banyak keruwetan di ajang konser, seperti gerbang penonton masuk yang padat karena panitia kurang sigap, calo tiket, ruang konser yang kurang memadai, penonton yang merokok di dalam lokasi konser, akses ke lokasi konser yang susah, pertunjukan yang molor, dan sebagainya.
Hal ini tak hanya merugikan penonton, namun juga bisa membuat citra Indonesia menjadi buruk di mata musisi mancanegara.
Peristiwa saat konser BMTH bisa menjadi catatan. Tempat konser tidak memadai. Terlalu sempit untuk konser musik rock. Selain itu penonton juga tidak tertib. Banyak yang merokok di dalam ruang konser. Alhasil ada penonton yang pingsan di dalam dan pertunjukan pun dihentikan.
Berkaca dari Singapura yang Sukses Mengadakan Konser
Banyak pecinta musik yang kecewa ketika Taylor Swift tidak mampir ke Indonesia.
Namun bisa jadi Taylor Swift dan musisi manca lainnya ragu untuk menggelar konser di Indonesia. Apalagi ada beberapa kasus penyelenggaraan konser yang membuat mereka jadi enggan. Jika fans kecewa, tentunya mereka juga ikut sedih dan kecewa.
Ketika berkesempatan nonton konser di Singapura, aku membuat catatan beberapa hal yang kiranya bisa dicontoh promotor band di Indonesia.
Urusan Tiket Itu Penting