Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Ketika Perupa Beropini dalam Pameran Voice Against Reason

19 Januari 2024   19:03 Diperbarui: 20 Januari 2024   11:03 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diorama yang ada di Museum Sejarah Indonesia di bawah Monumen Nasional (sumber gambar: Monumen Nasional) 

Di atas sebuah meja terdapat satu set diorama yang terdiri dari 23 figur. Diorama ini nampak familiar. Diorama ini adalah satu dari sekian banyak koleksi karya seni dan instalasi yang dipamerkan di Museum Macan hingga 14 April dengan tema Voice Against Reason.

Karya seni tersebut berjudul When the Flood is Over. Karya tersebut mengingatkanku pada sebuah diorama di Museum Sejarah Indonesia yang ada di bawah Monas. Ya, nuansa dan temanya sama, yakni tentang pembacaan naskah proklamasi oleh Soekarno. Hanya posisi figurnya yang berubah. Sebagian dari mereka nampak memunggungi satu sama lain.

Di dekat diorama tersebut ada penjelasan dan juga layar yang menjelaskan proses dan makna karya seni tersebut. Rupanya diorama ini adalah bagian dari proses konservasi diorama yang dimiliki oleh Museum Sejarah Indonesia. Ada kekuatiran seperti yang dulu disampaikan pembuat diorama yaitu Edhi Sunarso (alm) kepada Presiden Soekarno bahwa diorama ini kiranya hanya bisa bertahan dua dekade.

Nah, ketika ada rencana revitalisasi museum beserta koleksi diorama, maka Griya Seni Hj Kustiyah Edhi Sunarso bersama para perupa, sejarahwan, dan peneliti lintas disiplin berupaya menyalin figur,  sambil menyelami dan berdiskusi tentang sejarah kolektif dan politisasi pada masa tersebut. Tindakan ini dilakukan agar tidak terjadi ahistoris yang mengatasnamakan pembaruan. 

Diorama yang ada di Museum Sejarah Indonesia di bawah Monumen Nasional (sumber gambar: Monumen Nasional) 
Diorama yang ada di Museum Sejarah Indonesia di bawah Monumen Nasional (sumber gambar: Monumen Nasional) 
Apa sebenarnya Voice Against Reason yang menjadi tema pameran kali ini?

Setiap individu bebas bersuara dan berpendapat, tapi apa sebenarnya makna dari suara-suara dan pendapat tersebut, apakah ada alasan melatarbelakanginya? Para pengunjung di sini bisa menyaksikan bagaimana realitas yang terajut dengan narasi pribadi, sejarah, dan geografi politik dari sudut pandang para perupa.

Ada 24 perupa yang terlibat. Mereka berasal dari Indonesia, Australia, Jepang, Singapura, Vietnam, Thailand, Bangladesh, dan India. Ada Ika Arista, Jumaadi, Metro Koizumi, Natasha Tontey, Khadim Ali, Andrew Nguyen, dan masih banyak lagi.

Mengapa ada kelompok masyarakat yang menggunakan keris untuk bagian proses penyembuhan? (Dokumen pribadi) 
Mengapa ada kelompok masyarakat yang menggunakan keris untuk bagian proses penyembuhan? (Dokumen pribadi) 
Yang menarik dari pameran ini, para pengunjung diajak untuk lebih berinteraksi dan terlibat dalam karya seni. Ada layar yang menunjukkan proses pembuatan, Ada karya berupa film pendek di mana penonton bisa duduk santai menikmatinya, juga dihelat serangkaian program publik, diskusi, dan kuliah terbuka selama pameran berlangsung.

Nikmati dan Renungi Tiap Karya
Instalasi seni di sini sebagian adalah instalasi seni kontemporer. Karya semacam ini perlu untuk dinikmati dan direnungi untuk memahami pesan yang ingin disampaikan oleh para seniman pembuatnya.

Migration of Flora and Fauna karya Jumaadi, misalnya. Perupa asal Sidoarjo ini menggambar dengan menggunakan cat akrilik di atas kanvas kamasan. Lukisan ini menggambarkan perpindahan flora, fauna, dan budaya yang mengikuti perpindahan manusia tersebut.

Migration of Flora and Fauna yang menggambarkan proses perpindahan flora fauna karena aktivitas manusia (dokumen pribadi) 
Migration of Flora and Fauna yang menggambarkan proses perpindahan flora fauna karena aktivitas manusia (dokumen pribadi) 
Kanvas kamasan sendiri setahuku merupakan media yang banyak digunakan seniman Bali pada masa lampau. Media ini mulai banyak ditinggalkan. Media ini sendiri menghasilkan karya seni yang unik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun