Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ada Apa Saja di Museum Indonesia?

30 Desember 2023   17:59 Diperbarui: 30 Desember 2023   18:00 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tempatnya asri dan rapi (dokpri) 

Jaman dulu museum dikenal dengan bangunan yang sepi, suram, dan seram. Namun kesan itu sirna apabila mengunjungi kompleks Museum Indonesia yang terletak di dalam Taman Mini Indonesia Indah. Bangunan museum ini dikelilingi taman yang asri dan dirawat dengan baik. Pengunjung pun betah berfoto-foto, duduk-duduk, dan berkeliling melihat-lihat koleksi museum.

Suatu ketika aku ingin berkeliling museum diTMII sendirian. Saat itu masih pagi dan aku lihat pengunjung yang datang berombongan lumayan banyak.

Setelah kereta keliling berhenti di aula kedatangan, aku memperhatikan peta yang dipajang di bagian depan. Ada belasan museum di TMII, aku ingin berkeliling ke Museum Indonesia.

Museum Indonesia banyak mengadopsi arsitektur gaya Bali. Dari pintu gerbang, bentuk bangunan, seni ukir, dan patung-patungnya, banyak terpengaruh oleh budaya Bali dengan mengambil kisah populer seperti Ramayana, di mana bisa dilihat dari patung pasukan kera di halaman.

Kulihat ada banyak pengunjung yang antri berfoto di gerbang masuk. Lalu ada beberapa pengunjung asyik bersantai di gazebo. Ada juga yang berpose dengan latar belakang taman dan kolam. Halaman museum ini memang asri dan indah, dengan nuansa Bali.

Bangunan museum kental dengan nuansa Bali. Ada ukiran dan relief. Relief menggambarkan pertempuran melawan bangsa raksasa seperti dalam kisah Ramayana. Ada juga relief tentang gamelan.  Tak kusangka bangunan museum yang anggun dan megah ini telah berusia empat dekade. Museum Indonesia diresmikan tahun 1980.

Museum ini menghapus anggapan museum yang sepi dan membosankan. Ada saja pengunjungnya , baik muda maupun tua. Kuperhatikan Ada rombongan wisatawan dari Korea yang asyik mendengarkan penjelasan pemandu tentang keragaman topeng nusantara (cerita pernah kutulis di sini). Ya, Museum Indonesia rajin mengadakan pameran tematik, sehingga pengunjung selalu merasakan Ada sesuatu yang baru.

Museum ini terdiri dari tiga lantai yang selaras dengan falsafah Bali, Tri Hita Karana,  yakni memelihara hubungan harmonis dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam semesta. Lantai dasar berisikan koleksi tentang serba-serbi Indonesia, berbagai kerajinan dan temuan unik purbakala, juga pameran tematik. Lantai dua berisikan koleksi pakaian adat dari berbagai daerah, juga cerita tentang kain tenun nusantara. Nah, di lantai ketiga ada cerita tentang pohon hayat dan juga tentang rencana IKN.

Tempatnya asri dan rapi (dokpri) 
Tempatnya asri dan rapi (dokpri) 

Di lantai dasar, koleksi yang membuatku berlama-lama menikmatinya adalah lukisan di atas kaca yang menggambarkan peta Indonesia dengan hewan mistis nusantara berupa ular naga dan burung garuda. Kedua hewan ini memiliki makna simbolis, melambangkan ibu pertiwi dan bapak angkasa.

Ada lukisan kaca yang menawan (dokpri) 
Ada lukisan kaca yang menawan (dokpri) 

Koleksi tentang pustaka kuno (dokpri) 
Koleksi tentang pustaka kuno (dokpri) 

Koleksi di lantai dasar sungguh menarik. Di sini juga disajikan cerita tentang aksara dan bagaimana masyarakat nusantara dulu memanfaatkan batu, tulang, dan daun lontar untuk membuat catatan. Parhalaan dan Pustaha dari Batak, misalnya. Masing-masing menggambarkan kalender kuno dan hal-hal penting semacam peraturan, ritual, dan pengetahuan pada jaman dulu.

Di lantai dasar juga ditampilkan aneka instrumental, musik tradisional, senjata tradisional, dan kerajinan dari berbagai daerah yang indah. Di sudut lainnya juga ada cerita tentang rumah adat nusantara dan budaya maritim.

Waktunya ke Lantai Dua.
Setelah puas mengamati koleksi topeng, aku menuju ke lantai dua. Di lantai ini koleksinya memiliki kesinambungan dan benang merah tentang makna tenun dan keragaman baju adat di nusantara.

Tenun bukan hanya sekadar penutup badan, namun juga perlambang status dan kepemimpinan. Tenun ikat rupanya memiliki simbol otoritas para pemimpin sehingga banyak digunakan oleh para raja jaman dulu. Corak dan motif tertentu juga tak semuanya boleh digunakan di berbagai daerah karena setiap warna dan motif memiliki makna tersendiri.

Motif dan warna punya makna tersendiri (dokpri) 
Motif dan warna punya makna tersendiri (dokpri) 

Aku mengagumi kain-kain tenun yang disajikan. Semuanya masih bagus dan terawat.  Setiap daerah punya motif tenun yang khas. Tentunya tak mudah menghasilkan sebuah kain, apalagi pada jaman dulu alat pintal dan alat tenun masihlah sangat sederhana. Oleh karenanya selembar kain juga memiliki nilai dan makna yang besar.

Lantai Tiga dan Pohon Hayat
Di lantai tiga, koleksi utamanya adalah pohon hayat. Pohon yang dianggap suci ini juga memiliki nama lain yaitu pohon kalpataru dan tree of life.

Pohon ini melambangkan alam semesta. Pohon hayat banyak disebut-sebut di berbagai daerah. Pohon hayat juga biasa muncul di gunungan pertunjukkan wayang.

Koleksi pohon hayat di Museum Indonesia perlambang keharmonisan antara manusia dan alam semesta. Pohon hayat ini berukuran besar dan diukir dengan hati-hati.

Pohon hayat yang merupakan lambang sumber kehidupan dan representasi kosmologis universal, terpilih menjadi logo IKN. Di lantai tiga ini juga disampaikan tentang IKN.

Wah aku rupanya menghabiskan waktu cukup lama untuk menikmati setiap koleksi Museum Indonesia. Museum ini bersih, terawat, dan memberikan banyak wawasan ke para pengunjung. Tak ada biaya masuk ke museum ini alias gratis.

Tentang pohon hayat dan maknanya (dokpri) 
Tentang pohon hayat dan maknanya (dokpri) 

Oh iya ada barcode yang bisa dipindai di beberapa koleksi. Ketika kucoba memindai, ada alamat URL dan ketika kuklik aku mendapatkan informasi yang lebih banyak tentang koleksi yang dipamerkan. Rupanya museum ini juga mengoptimalkan teknologi untuk memberikan informasi ke pengunjung.

Aku keluar dari museum dengan wajah puas dan senang karena mendapat banyak wawasan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun