Pertunjukan seni ini naskahnya ditulis dan disutradarai oleh Myhajo. Ia telah melakukan riset ke berbagai tempat peninggalan Majapahit juga berdasarkan Kakawin Negarakertagama. Bahasa dalam lakon ini menggunakan narator bahasa Jawa kuno dan bahasa Indonesia.Â
Penonton tak perlu khawatir karena ada terjemahan di sisi kiri dan kanan panggung dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Penggunaan bahasa Jawa kuno ini memberikan nuansa kuno dan menambah nuansa magis.
Pertunjukan ini banyak diminati penonton yang menyukai seni dan sejarah. Gedung Kesenian Jakarta sarat oleh penonton. Aku yang sudah jatuh cinta sejak episode pertama, juga tak melewatkan opera bagian kedua ini. Episode ketiga kemungkinan bercerita tentang Hayam Wuruk.
Sebagai narator dalam bahasa Indonesia, ada Nino Prabowo. Ia menyampaikan pengantar dan penutup di beberapa babak dengan gaya teatrikal. Ia menyampaikan asal usul Gitarja, demikian juga dengan sisa-sisa peninggalan Majapahit yang tersebar di berbagai daerah di Nusantara, tak hanya di Jawa Timur.
Septriani Cindy memainkan perannya sebagai Gitarja dengan apik. Ia tampil ekspresif dari mimik, lagak, dan tariannya. Jumlah penari cukup banyak, mereka berasal dari berbagai daerah.
Pertunjukan juga didukung kostum, musik, tata cahaya, dan tata artistik yang menarik. Ada beberapa trik digunakan untuk menghadirkan efek bayangan dan semacam hologram.Â
Bagian wabah di mana penari menggunakan kostum tertentu memberikan tampilan yang unik. Sedangkan untuk musik diracik oleh Franki Raden dengan memadukan musik modern dan musik etnik. Satya Cipta dan Bethu, dua pesinden perempuan dan laki-laki berhasil memberikan atmosfer klasik dan menambah efek dramatis.