Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Cerita Kehidupan Suku Bajo dalam Laut Bercermin

6 Desember 2023   11:41 Diperbarui: 7 Desember 2023   01:00 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dalam sebuah festival budaya, Suku Bajo darat dan Suku Bajo laut bertemu dan berkumpul (sumber gambar: Cinejour) 

Suku Bajo sebagian masih tinggal di atas laut. Namun sejak abad ke-20 juga ada Suku Bajo daratan (sumber gambar: Tribunnews.wiki) 
Suku Bajo sebagian masih tinggal di atas laut. Namun sejak abad ke-20 juga ada Suku Bajo daratan (sumber gambar: Tribunnews.wiki) 

Mereka juga dikenal sebagai suku laut yang nomaden. Alhasil ada yang menyebut mereka sebagai gipsy lautan atau pengembara laut. Tak heran jika suku Bajo kemudian menyebar. 

Ada yang di Berau, Tarakan, Kotabaru, dan Bontang di Kalimantan, berbagai wilayah di Sulawesi, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, hingga di Sumenep. Suku Bajo juga ditengarai tersebar di di Sabah, Malaysia dan di Madagaskar.

Suku Bajo awalnya tinggal di rumah panggung di atas laut. Namun kemudian sebagian dari mereka membangun rumah panggung di daratan sehingga disebut suku Bajo laut dan suku Bajo daratan.

Seperti suku bangsa di Indonesia, mereka juga memiliki tradisi yang unik, baik tradisi sehari-hari, kuliner, juga hal-hal yang terkait dengan upacara dan ritual. Sebagian dari tradisi dan keunikan suku Bajo tergambar dalam film Avatar: The Way of Water. Namun kali ini saya ingin mengupas tradisi dan keunikan suka Bajo yang disajikan Kamila Andini dalam Laut Bercermin yang dirilis tahun 2011.

Para perempuan dan anak-anak Suku Bajo sangat tangkas berperahu (sumber gambar: Indonesian Film Center) 
Para perempuan dan anak-anak Suku Bajo sangat tangkas berperahu (sumber gambar: Indonesian Film Center) 

Kamila mewarisi darah seni dari ayahnya, Garin Nugroho. Serupa dengan ayahnya, ia kerap membubuhkan unsur tradisi dalam film-film buatannya. Ada tradisi dan unsur sosial Banten dalam Yuni, mitos dan tradisi suku Bali dalam Sekala Niskala, dan suku Sunda di Before Now and Then (Nana).

Dalam Laut Bercermin, ia melakukan riset selama dua tahun tentang kehidupan Suku Bajo. Dan hasilnya adalah ia memberikan cerita yang menarik tentang kehidupan suku Bajo Laut dengan detailnya seperti bahasa daerah, makanan, adat-istiadat, dan rumah baboro, dengan visual yang menawan.

Dalam film ada upacara adat, semacam festival budaya dan ritual yang ditampilkan. Yang menarik ada upacara semacam perjodohan sejak kecil. Suku Bajo lautan dan daratan bertemu di acara ini. Pakis dan kawannya, Mulo, nampak penasaran dengan kegiatan ini. Seorang kawannya yang lain, kemudian mendendangkan lagu-lagu daerah yang menyayat, seperti sedang patah hati.

Dalam sebuah festival budaya, Suku Bajo darat dan Suku Bajo laut bertemu dan berkumpul (sumber gambar: Cinejour) 
Dalam sebuah festival budaya, Suku Bajo darat dan Suku Bajo laut bertemu dan berkumpul (sumber gambar: Cinejour) 

Kasuami, makanan dengan bentuk kerucut seperti tumpeng beberapa kali nampak dalam film. Makanan ini mengenyangkan karena dibuat dari parutan singkong yang dikukus. Kasuami bisa disantap biasa atau ditemani aneka lauk sebagai pengganti nasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun