Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Catatan Konser BMTH: Moshing Brutal Sejak I Prevail Hingga Pertunjukan Diberhentikan

12 November 2023   19:15 Diperbarui: 13 November 2023   01:10 1830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desain visual panggung BMTH punya konsep yang apik (dokpri) 

Akhirnya Bring Me the Horizon (BMTH) kembali tampil ke Jakarta. Ini adalah konser kali kedua mereka ke Indonesia, setelah sebelumnya sempat manggung pada tahun 2011 saat masih beraliran metalcore. Dan khusus kali ini melihat antusias fans, mereka direncanakan menghelat konser dua kali, 10-11 November di Beach International Stadium Ancol dengan band pembuka yang berlainan.

Pada hari pertama, BMTH ditemani oleh I Prevail, dan hari kedua ada tambahan Saosin. Tapi insiden yang terjadi pada hari pertama membuat pertunjukan dihentikan sebelum berakhir. Pertunjukan hari kedua pun dibatalkan.

Ini adalah ceritaku selama nonton kedua band tersebut pada hari pertama. Di berbagai lini media sosial, termasuk media online banyak berita yang simpang siur terkait pertunjukan yang diberhentikan hingga ulah para penonton yang marah.

Meski aku datang dan nonton sendirian di acara, setelah acara dibubarkan, aku berjumpa kembali dengan beberapa orang yang sebelumnya kukenal di Soundrenaline. Aku juga mengikuti beberapa grup sehingga mengetahui ada banyak netizen di media sosial yang menambahkan bara sehingga banyak informasi yang kurang tepat. Dan sayangnya ada saja media online yang menelan mentah-mentah isu tersebut tanpa konfirmasi.

Ini bakal menjadi cerita yang panjang. Ada rasa senang, cemas, kesal, dan juga sedih. Ini konser BMTH lho yang ditunggu-tunggu sejak dibocorkan bakal kehadirannya di Hammersonic, Maret silam. Tak heran jika para penggemar Oli dan kawan-kawan semua rela menabung dan benar-benar menantikan hari ini.

Venue-nya Sama dengan yang Digunakan Saat Konser The Corrs

Aku baru tiba di lokasi acara sekitar pukul 17.00 WIB. Oleh karena lokasi acaranya sama dengan yang digunakan saat konser The Corrs, maka aku sudah lumayan familiar dengan tempatnya.

Saat itu sekitaran lokasi acara sudah ramai dengan penonton yang menggunakan kaus hitam-hitam, sebagian menggunakan kaus dengan atribut BMTH. Karena aku tidak punya kaus BMTH,. Aku mengenakan kaus Gatotkaca yang simbolnya sedikit mirip dengan logo BMTH hehehe.

Ternyata antrian merchandise dan foto backdrop (dokpri) 
Ternyata antrian merchandise dan foto backdrop (dokpri) 

Kulihat jalur antrian tidak begitu ramai. Mungkin karena sudah lewat masa open gate sehingga penonton sebagian sudah masuk ke dalam venue. Setelah tas dan tiket diperiksa, aku diberi gelang dan menuju ballroom. Kali ini kuperhatikan tas tidak terlalu diperiksa ketat, tidak seperti saat memasuki Hammersonic dan Soundrenaline.

Di lantai satu kuperhatikan ada antrian mengular. Aku sudah cemas. Jangan-jangan antrian masuk festival atau ke tribun penonton. Eh ternyata mereka padha antri merchandise official dan antri foto dengan backdrop BMTH. Wah aku sudah tidak ada bujet membeli merchandise gara-gara harga tiket yang menurutku sangat mahal. Sepertinya sejak usai pandemi ini harga tiket konser naik gila-gilaan.

Di lantai dua, ada mushola dan toilet. Di dalam ballroom juga ada toilet yang baliknya lumayan banyak dan bersih. Duh gara-gara takut nanti setelah duduk di venue, kebelet buang air kecil, maka aku sampai beberapa kali ke toilet.

Deretan pertama sudah terisi penuh penonton. Demi mendapatkan posisi paling strategis ini banyak yang rela datang awal. Ada yang jam delapan pagi sudah tiba di lokasi. Saat siang pun juga sudah ramai penonton yang tiba agar mendapatkan posisi terdepan. Padahal open gate baru pukul 16.00 WIB. Wah, wah penonton niat sekali.

Akhirnya aku memilih duduk di sayap kiri tengah. Tapi dua penonton laki-laki dan perempuan di depanku asyik ngevape, membuatku bengong. Kok bisa vape lolos di pemeriksaan. Ini juga ruangan tertutup dan ber-AC, bisa-bisanya mereka ngevape dengan tenangnya. Akhirnya aku pindah ke bagian tengah lebih ke belakang.

Dalam ruangan, sinyal susah. Akhirnya aku perhatikan saja isi ruangan. Bagian festival dibagi dua, sisi festival A lebih luas dibandingkan festival B yang berada di belakangnya. Keduanya hanya dipisahkan pagar pendek.

Di bagian tempat duduk penonton, ada dua tingkat. Jika diperhatikan jumlah penonton yang memilih duduk tidak begitu banyak jika dibandingkan penonton festival. Mungkin karena bandnya beraliran cadas maka rasanya aneh nonton dengan duduk manis.

Gara-gara penonton ngevape aku jadi makin ke belakang (dokpri) 
Gara-gara penonton ngevape aku jadi makin ke belakang (dokpri) 

Sebenarnya aku heran alasan Ravel Entertainment memilih Beach Stadium ini karena saat konser The Corrs saja rasanya kurang nyaman. Bangku penonton di tribun goyang sekali saat penonton bertepuk tangan atau setiap kali bereaksi. Aku sampai beberapa kali was-was takut roboh. Aku langsung keluar sebelum pertunjukan benar-benar ditutup. Seorang kawan yang nonton di festival menonton sampai selesai dan kesulitan ketika keluar ruangan. Sesak dan sempit.

Tata panggungnya sendiri untuk ukuran band metal terkesan minimalis. Kurang tinggi dan kurang panjang menurutku, juga kurang megah untuk ukuran band metal. Padahal tiketnya mahal.

Lalu kuperhatikan jalur pintu keluar dan evakuasi. Lorong keluar masuknya tergolong sempit, hanya muat untuk 2-3 orang. Aku harus mulai bergeser pada dua lagu terakhir jika tidak ingin kena arus berdesak-desakan di pintu keluar. Apalagi kami kemudian harus turun dengan eskalator dan tangga yang kapasitasnya terbatas. Dibandingkan saat menonton Hammersonic dan Soundrenaline, entah kenapa aku merasa agak was-was.

Waktunya I Prevail Tampil

Tembang Indonesia Raya diputar. Penonton sebagian besar mengikuti arahan untuk berdiri dengan sikap sempurna dan beryanyi. Tak lama, sekitar pukul 19.30 I Prevail, band metalcore asal Michigan, Amrik ini pun masuk ke atas panggung.

Penonton langsung merangsek ke depan saat tembang Bow Down dari I Prevail Prevail dibawakan. Aku terkejut ketika melihat arus moshing yang semakin kencang. Dorongannya begitu kuat, kanan, kiri, dan depan. Gawat, aku tidak begitu siap. Kupikir baru di pertengahan penampilan penonton bakal moshing seperti itu.

Sepanjang konser I Prevail, aku deg-degan takut nyungsep atau pingsan (dokpri) 
Sepanjang konser I Prevail, aku deg-degan takut nyungsep atau pingsan (dokpri) 


Penampilan mereka bagus. Vokal Brian dan Eric cukup prima. Eric mampu melakukan growl dan scream dengan gahar. Namun ada satu dua lagu yang dari belakang sepertinya menggunakan tambahan playback untuk mempertebal efek dan backsound.

I Prevail memainkan banyak nomor hits mereka terutama dari album Trauma dan True Power. Lagu-lagu yang mereka tampilkan di antaranya Body Bag, Self-Destruction, Bad Things, Hurricane, There's Fear in Letting Go, Choke, Judgement Day, dan Gasoline. Mereka juga membawakan cover cuplikan lagu Limp Bizkit yaitu Break Stuff dan System of a Down yaitu Chop Suey. 

Selama menyaksikan aksi I Prevail aku tidak tenang. Aku was-was kena arus moshing meski sudah bergeser pindah ke bagian hampir belakang. Crowd lumayan chaos sejak lagu pertama. Mosh pit-nya tidak teratur dan meluas. Lumayan seram bagi penonton seperti aku yang nonton sendirian. Sebagian penonton yang moshing asyik sendiri, tidak lihat kanan kiri belakangnya. Aku hampir terdorong dan terjatuh di awal-awal.

Aku juga takut mengeluarkan hape, jika dirasa aman saja. Takut terdorong dan hape jatuh (dokpri) 
Aku juga takut mengeluarkan hape, jika dirasa aman saja. Takut terdorong dan hape jatuh (dokpri) 


Karena dorongan yang sangat kuat di bagian tengah bagian festival A, terutama ke depan, tak sedikit penonton barisan depan yang kesulitan bergerak dan tergencet. Beberapa kali sang vokalis I Prevail meminta penonton untuk 'step back' memberi ruang untuk bergerak. Ruangan mulai terasa begitu pengap. AC seperti mati karena penonton yang begitu padat dan aksi sebagian penonton yang hampir tak berhenti moshing sepanjang I Prevail tampil.

Akhirnya BMTH Tampil

Seusai I Prevail berpamitan, panggung kosong cukup lama. Ada pembenahan set panggung. Setelah 30 menit berlalu maka penonton tak sabar dan memanggil nama Oli dengan gaya chant bola, "Oli... Oliolioli..... Oli.. Oli..."

Wah dua sisi layar telah dikuasai semacam android. Selamat datang ke dunia post human. Manusia akan diperiksa apakah siap memasuki Nex Gen.

Panggung jarang terlihat tertutup layar hape dan karena berada di belakang (dokpri) 
Panggung jarang terlihat tertutup layar hape dan karena berada di belakang (dokpri) 

Setelah album Post Human:Survival Horror yang dirilis tahun 2020, BMTH berencana merilis album Post Human: Nex Gen tahun ini, tapi tertunda direncanakan dirilis awal tahun 2024.

Tak lama Oliver Sykes dan kawan-kawan menyapa penonton dengan tembang hits mereka, Can You Feel My Heart dari album Sempiternal. Meski lagu ini tidak begitu cadas, lagu ini punya banyak penggemar. Penonton juga langsung heboh dan kembali merangsek ke depan.

Karena posisi di belakang dan ada sebagian penonton yang merekam dengan ponsel, panggung pun jadi samar-samar dan seringkali tertutup layar ponsel. Aku jadinya lebih banyak menonton di layar sisi kiri.

Sebenarnya ada konsep panggung seperti game Parasite Eve dan menuju Nex Gen (dokpri) 
Sebenarnya ada konsep panggung seperti game Parasite Eve dan menuju Nex Gen (dokpri) 

Desain panggung masih minimalis. Kini panggung ketambahan menjadi dua tingkat seperti gaya panggung yang disukai BMTH. Lampu penggung berganti-ganti, demikian juga visual imersif yang menjadi latar panggung.

Lagu anyar mereka AmEN! kemudian dibawakan. Lagu ini memiliki nuansa seperti numetal dengan Oli kerap melakukan scream. Sayang kualitas audio kurang maksimal untuk acara ini tapi kualitas vokal Oli mulai kembali pulih, setelah dulu pita suaranya sempat bermasalah.

Dengan menggunakan kaus tanpa lengan serba hitam, Oli kemudian melanjutkan aksi panggungnya. Ia membawakan Teardrops yang masuk dalam album Post Human pertama. Para penonton ikut kompak bernyanyi. Disusul dengan lagu Happy Song yang memiliki nada riang.

Oli kemudian membawakan The House of Wolves, seolah-olah menunjukkan kemampuan scream-nya yang mulai pulih. Sebagian penonton kembali moshing. Aku kembali merasa was-was.

Baru kemudian tembang Mantra yang meraih nominasi Grammy ditampilkan. Lumayan tensinya agak menurun, setelah memanas dengan scream dan musik yang cadas.

Jika diperhatikan konser dengan tema Church of Genesis ini memiliki cerita. Lagu-lagunya dipilih sesuai urutan dan pesan yang ingin disampaikan. Pesan ini juga ditegaskan dari visual layar, dari pesan android, adanya sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan mengacaukan, juga bekal persiapan menuju nex gen.

Tembang yang juga cadas, Dear Diary kemudian dimainkan. Menyusul intro populer dari Parasite Eve, lagu favoritku. Lagu opera dari Bulgaria, Erghen Diado berkumandang pada sekitar pukul 21.50. Penonton bersorak. Oli mengajak penonton untuk bernyanyi. Penonton pun ikut bernyanyi bersama tapi kemudian musik berhenti.

Penonton lega Oli kembali tampil membawakan Parasite Eve (dokpri) 
Penonton lega Oli kembali tampil membawakan Parasite Eve (dokpri) 

Aku dan penonton mengira itu gimmick, bagian dari aksi panggung mereka. Tapi ketika satu menit musik tetap mati dan kemudian satu-persatu keluar panggung maka sepertinya ada sesuatu yang tak beres.

Kuatir Oli dan kawan-kawan bakal bad mood karena ada gangguan teknis, maka penonton kembali memberikan semangat dengan melakukan chant, memanggil nama Oli, sambil bertepuk tangan.

Untunglah tak lama kemudian sekitar 21.55 intro Parasite Eve kembali berkumandang. Kali ini Parasite Eve berlangsung normal. Kemudian lagu anthem mereka, Shadow Moses berkumandang. Desain visual mereka adalah tempat yang bersalju seperti dalam video klip. Penonton kembali koor, kompak bernyanyi, termasuk aku hehehe.

Desain panggung kemudian berubah seperti robot besar ketika menampilkan Obey yang masuk album Post Human: Survival Horror. Lalu disusul lagu berirama rancak, Die4U. Nah pada saat lagu ini, layar visual sempat ngadat.

Visual panggungnya bagus (dokpri) 
Visual panggungnya bagus (dokpri) 

Penonton tak punya firasat apa-apa ketika Oli bertanya apakah penonton merasa kegerahan saat ini? Mereka kemudian masuk ke dalam backstage sekitar pukul 22.15. Penonton kebingungan ketika panitia mengumumkan akan ada sesi break agar penonton juga beristirahat.

Ini aneh. Aku belum pernah mengalami ada sesi break saat konser kecuali pertunjukan musik klasik. Biasanya sesi break juga tidak lama.

Penonton mulai duduk di lantai. Selama konser ada saja penonton yang ngevape sehingga hawa makin pengap dan udara terasa sesak. Saat break, penonton makin banyak yang ngevape dan merokok biasa. Asapnya bikin sesak nafas, padahal rokok dilarang di pertunjukan dalam ruangan serta ruangan ber-AC.

Lagu terakhir sebelum konser bubar (dokpri) 
Lagu terakhir sebelum konser bubar (dokpri) 

Ketika ada petugas yang meminta mereka menghentikan, mereka hanya berhenti saat ada petugas. Setelah itu lanjut merokok lagi.

Saat Hammersonic dan Soundrenaline, memang ada saja penonton yang merokok sambil menonton pertunjukan. Tapi hal ini dikarenakan dalam venue ada penjual rokok dan lokasinya outdoor. Seharusnya rokok dilarang keras di pertunjukan indoor.

Selang 30 menit aku mulai merasa gelisah. Perasaanku tak enak. Aku cemas Oli dan kawan-kawan suasana hatinya tak bagus. Ia pasti kepanasan tadi dan sempat gondok saat sound berhenti. Penonton kembali mencoba memanggil-manggil namanya.

Sekitar pukul 23.55, aku makin gelisah dan kemudian memutuskan keluar ruangan. Selain tidak tahan dengan asap rokok dan hawa yang pengap, aku juga ingin ke toilet. Jika pertunjukan kembali dimulai, aku akan menonton di lorong saja biar mudah untuk keluarnya. Masih ada sembilan lagu lagi jika sesuai setlist.

Ketika sedang di toilet aku mendengar pengumuman. Ravel mengumumkan pertunjukan diberhentikan dan penonton diminta chill out sekitar pukul 23.00.

Penonto pun marah. Sebagian tertib keluar dan turun keluar venue. Tadi ada juga yang masih bertahan di dalam karena lorong keluar yang sempit.

Kabar Simpang Siur Hingga Pertunjukan Hari Kedua Dibatalkan

Aku masih menunggu kawan-kawan yang kukenal saat Soundrenaline untuk pulang bareng. Ia masih tertahan di venue.

Ketika sudah 40 menit tanpa kabar berlalu, aku pun menuju toilet (dokpri) 
Ketika sudah 40 menit tanpa kabar berlalu, aku pun menuju toilet (dokpri) 

Sambil menunggu, aku bercakap dengan penonton lainnya. Oh rupanya ia mendengar agar kabel sound system dibereskan sebelum pengumuman disampaikan. Lalu ketika berkumpul dengan kawan-kawan, ia bercerita kondisi di dalam agak chaos. Penonton yang marah merusak kain-kain yang ada di lantai dasar. Lalu ada kabar simpang siur tentang penonton yang merusak panggung.

Rupanya kabar tentang panggung yang dirusak hingga set drum yang dipreteli tidak benar. Memang ada yang naik panggung untuk berfoto dengan properti, tapi tidak mengambilnya. Tapi keberadaan stik drum masih kurang jelas hingga saat ini. Tentang kursi penonton yang dijatuhkan kalau dilihat dari video sepertinya memang ada kejadian tersebut.

Dari berbagai info kawan-kawan, mereka sepakat kecewa sekali dengan promotor. Pemilihan venue dari awal memang tidak pas. Beach Stadium Ancol tidak layak untuk konser, sangat berbahaya dan kurang nyaman bagi penonton. Pada saat The Corrs yang lagunya pop saja bangku penonton bergoyang-goyang. Nah saat konser BMTH, penonton yang duduk memilih berdiri dan ikut berjingkrak. Ini jelas berbahaya.

Di lantai festival saja, terasa sekali lantai bergetar ketika penonton moshing. Memang aneh mengadakan acara konser band cadas di lantai dua. Tak heran bila vokalis BMTH Oliver melakukan klarifikasi bahwa ia menghentikan pertunjukan karena merasa panggung kurang aman. Ya, tentunya selain gangguan teknis. Sekelas Ravel Entertainment memang rasanya janggal melihat kualitas audio dan sound system-nya. Apakah mereka lagi apes? 

Ada banyak kesalahan penyelenggara konser BMTH. Padahal ini bukan acara murah. Tiketnya jutaan lho. Tapi kok fasilitas dan venue seperti itu. Dari awal, pemeriksaan tidak ketat. Masak banyak penonton yang merokok di dalam acara. Kok bisa banyak yang lolos bawa rokok elektrik dan rokok biasa.

Kru dan petugas tidak mengatur jalan acara dengan baik. Teman-teman bercerita saat open gate, sempat chaos. Petugas seperti membiarkan saja ulah penonton yang tidak tertib itu, sehingga tidak adil bagi yang datang sejak awal.

Pintu keluar tidak dipikirkan dengan baik. Lorongnya sempit. Sangat berbahaya jika penonton berdesakan keluar jika ada apa-apa.

Selain venue yang dinilai berbahaya bagi penonton band cadas, petugas juga lalai menjaga pintu masuk tiap kelas. Dari cerita kawan-kawan dan pandangan mataku, ada penonton yang berpindah tempat dari festival B ke festival, dari bangku ke tempat festival. Ini membuat penonton bagian festival begitu padat.

Dan yang berikutnya adalah AC yang seperti tidak menyala, juga kurang sigapnya petugas untuk melarang penonton untuk tidak merokok.

Dari sisi penonton juga tak sedikit yang mengeluh. Ada saja penonton yang tidak tertib dan menyerobot antrian open gate untuk mendapatkan barusan terdepan. Saat acara ada saja penonton yang terus merangsek ke depan dengan memaksa agar posisinya bisa maju ke depan. Seharusnya mereka datang lebih awal jika ingin dapat di barisan terdepan bukan menyerobot atau memaksa seperti itu. Ada yang nekat datang jam 8 pagi lho.

Selain itu solidaritas terasa kurang. Ada saja penonton yang egois sibuk moshing sendiri, tak lihat kanan kirinya. Saat I Prevail manggung, penonton baris depan tergencet. Lalu ada info beberapa penonton pingsan di bagian depan dan tengah, di antaranya perempuan karena sesak nafas dan aksi moshing yang lumayan brutal. Ada cerita penonton yang terinjak, tersungkur, dan sebagainya. Wah ini parah, beberapa kali aku nonton band cadas sendirian, tapi baru kali ini aku merasa sebagian, mungkin sebagian kecil, penonton yang brutal. Aku juga sempat hampir jatuh. 

Tapi yang paling bikin aku kesal, sudah situasi lumayan chaos, hawa pengap, masih saja ada yang ngevape dan merokok. Astaga.

Ada juga kabar lain ulah penonton yang lebih seram. Tapi karena aku tak melihat sendiri dan baru satu dua yang ngomong, maka aku tak berani sampaikan.

Sedih. Aku pulang dengan sedih dan kesal. Padahal sudah lama aku menanti konser BMTH. Aku sampai rela nabung dan menggunakan tabungan itu untuk nonton di kelas Festival A. Aku sampai tertipu gimmick Soundrenaline karena rumor yang mengatakan BMTH yang akan tampil di acara tersebut.

Tapi ketika melihat teman-teman yang nonton di hari kedua nasibnya diombang-ambingkan sebelum kemudian info kebatalan acara diumumkan sore hari, aku jadi merasa lebih kasihan ke mereka. Aku masih beruntung bisa nonton separuh pertunjukan, mereka tidak sama sekali. Dan, sedihnya bisa jadi Oli dkk enggan datang lagi ke Indonesia melihat perlakuan yang buruk dari penyelenggara acara. Tak sedikit penonton dari luar daerah lho. Tak sedikit dari luar Jawa, ada yang dari Bali juga. Refund memang harus, tapi rasa kecewa itu sulit dihapus.

Padahal konser BMTH sudah ditunggu sejak Maret (dokpri) 
Padahal konser BMTH sudah ditunggu sejak Maret (dokpri) 

Bang Oli mohon maaf atas segala ketidaknyamanan ini. Jangan kapok ya manggung ke Indonesia karena ada begitu banyak penggemarmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun