Ia mengaku pernah tidur di tempat keramat. Tempat-tempat  keramat sendiri umumnya baru ada tahun 1970an dan sifatnya masal. Ini aneh dan unik karena kemudian Kejawen berkelindan dengan politik
Sunu kemudian menambahkan bahwa apa yang ada di balik novel Kelir itu adalah politik yang tidak beres di kalangan masyarakat, misal pembangunan makam Ki Lanang Alas. Makamnya tidak ada jenazahnya, namun kemudian dikukuhkan dengan ritual hanya demi legitimasi kekuasan. Temu agung dalam cerita ini menurutnya juga sarat kepentingan politik. Dan, ternyata sesuatu yang lumrah di masyarakat ketika budaya Kejawen kemudian berkelindan dengan politik seperti yang dikupas dalam novel ini.Â
Bedah buku yang memberi banyak wawasan tentang budaya dan situasi di beberapa tempat di Indonesia. Sekitar pukul 17.00 WIB diskusi pun berakhir. Waktunya foto bareng dan nongkrong bareng Kompasianer sebelum bubar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H