Dengan bahasa yang ringan, konflik ayah anak dan sepasang kekasih yang sederhana, novel ini mudah dicerna. Namun setelah membaca buku ini, kalian mungkin ingin merenung seperti apakah nusantara pada masa silam dengan agama budinya. Pandangan negatif tentang kejawen juga mungkin akan pupus setelah membaca buku ini.
Namun buku ini masih memiliki keterbatasan. Ada beberapa hal tentang istilah Jawa yang kurang umum yang tidak mendapatkan penjelasan. Bajingan, dadung, papir, misalnya. Akan lebih baik jika diberikan footnote.
Selain itu juga ada gambaran hitam putih untuk karakter-karakternya yang mungkin dibuat untuk tujuan agar konflik lebih menarik, namun kurang membumi. Haruni digambarkan begitu manja dan dangkal. Kekasihnya, Paksi, juga tak kalah dangkal dan egois. Sementara si ayah, Hamoroto, dan Dyah digambarkan hampir sempurna.
Penutupnya juga terkesan tergesa-gesa. Ada beberapa bab yang temponya memang cepat sepertinya penulisnya begitu antusias dan energinya meluap-luap, tapi ada bab yang datar dan lambat. Saat di akhir, penulis seperti kehabisan energi. Tapi bisa jadi penutup sengaja dibuat sedemikian rupa karena hidup juga sebenarnya tidak ada kata tamat, terus mengalir sedemikian rupa
Meski ada sedikit kekurangan, saya harus akui novel ini menarik dan memberikan banyak wawasan. Salut dengan mas Yon Bayu yang dengan penuh energi dan semangat membuat karya dengan latar budaya Jawa yang memikat. Ditunggu karya novel berikutnya.
Oh iya siang ini bakal ada bedah bukunya. Yuk datang ramai-ramai ke Taman Ismail Marzuki.
Detail Buku:
Judul Buku: Kelir
Penulis: Yon Bayu Wahyono
Penerbit: Teras Budaya Jakarta
Tahun Terbit: Agustus 2023
Jumlah Halaman: Â 162 halaman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H