Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Wah Ada Pagoda Cantik di Taman Budaya Tionghoa TMII

25 Oktober 2023   00:08 Diperbarui: 25 Oktober 2023   00:40 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jalan-jalan ke TMII pada hari biasa ternyata menyenangkan. Aku bisa mengeksplorasi TMII dengan mobil keliling, termasuk ke sudut-sudut yang jarang kukunjungi. Hari itu aku ingin bertandang ke Taman Budaya Tionghoa Indonesia. Ternyata jauh lebih menarik dari ekspektasiku.

Tujuan awalku sebenarnya ke Museum Fauna dan Komodo, tapi kemudian aku berubah pikiran dan langsung meminta tolong untuk berhenti di Taman Budaya Tionghoa Indonesia. Gapura dengan tulisan Indonesia dan aksara China itu menarik perhatianku.

Tak banyak pengunjung saat itu sehingga aku lebih leluasa ke sana ke mari. Ada banyak hal yang menarik perhatianku, dari Taman 12 Shio, Plaza Persaudaraan, Monumen Kesatria Kwan Chu, berbagai gazebo, patung legenda Sam Pek Engtay, Jembatan Kasih Sayang, aneka bangunan tiongkok, patung legenda Dewi Bulan, Museum Chengho, Museum Hakka, Jembatan Lan Fang, pagoda tujuh tingkat, dan masih banyak lagi. 

Selamat datang di Taman Budaya Tionghoa Indonesia (dokumen pribadi) 
Selamat datang di Taman Budaya Tionghoa Indonesia (dokumen pribadi) 


Ada danau di sini, lengkap dengan perahu bebek dan bebeknya. Sayangnya musim kemarau membuat pepohonan nampak kering kecokelatan dan air danau agak keruh.

Di atas danau itu ada dua jembatan, Jembatan Kasih Sayang dan kemudian ada Jembatan Lan Fang sebagai jembatan utama dengan latar  pagoda tujuh tingkat yang megah. Membaca nama Lan Fang, aku teringat seorang novelis yang pernah kuwawancarai dulu, yang terkenal dengan karyanya berjudul Perempuan Kembang Jepun. Tapi Lan Fang juga bisa bermakna nama kongsi besar yang didirikan kaum Hakka di Kalimantan Barat pada abad ke-18.

Jembatan dengan latar pagoda ini adalah spot yang sangat menarik di Taman Budaya Tionghoa ini. Panorama ini mengingatkan pada Pulau Kemaro di Palembang. Aku jadi ingin berlama-lama di sini seandainya hawa tidak sangat gerah dan matahari sangat terik.

Aku langsung teringat dengan novelis Lan Fang (almarhum) ketika melihat nama jembatan ini (sumber gambar: dokumen pribadi) 
Aku langsung teringat dengan novelis Lan Fang (almarhum) ketika melihat nama jembatan ini (sumber gambar: dokumen pribadi) 


Bangunan pagoda ini memiliki tujuh tingkat. Nampak anggun dan megah. Pilar-pilar dengan relief yang detail menambah keindahan. Bagian langit-langit pada tiap tingkat bangunan ini kaya ornamen. Pilihan warnanya serasi, kelabu dan jingga kemerahan.

Tembok yang mengelilingi bangunan juga kaya ornamen dan ukiran dengan perpaduan warna kehijauan dan kuning krem. Bangunan ini sudah nampak jadi, tapi sepertinya perlu dilakukan finalisasi. Sampai saat ini pengunjung belum diperbolehkan untuk masuk.

Pagodanya sudah hampir jadi tapi pengunjung belum boleh masuk (dokumen pribadi) 
Pagodanya sudah hampir jadi tapi pengunjung belum boleh masuk (dokumen pribadi) 

Anggun dan detail bangunan pagoda ini (sumber gambar: dokumen pribadi) 
Anggun dan detail bangunan pagoda ini (sumber gambar: dokumen pribadi) 


Oleh karena Museum Chengho tutup, maka tujuan utamaku ke kompleks taman ini adalah ke Museum Hakka. Di sini pengunjung bisa mendapatkan informasi tentang sejarah kedatangan bangsa Tionghoa ke Indonesia juga mengetahui budaya dan apa makna dari kaum Hakka tersebut.

Saat aku mengunjungi pameran bersama museum dalam rangka Hari Museum Indonesia di salah satu gedung DPR, aku berjumpa dengan pengurus museum ini. Ia mengajakku untuk datang ke museum ini untuk tahu lebih banyak tentang sejarah dan dinamika kedatangan bangsa pendatang dari daratan Tiongkok yang disebut juga kaum Hakka ke nusantara. Saat pameran tersebut, koleksi yang dibawa memang tidak banyak. Tapi di museum ini aku bisa melihat ada begitu banyak koleksi yang sebagian didapatkan dari hibah keluarga Hakka di Indonesia.

Cerita tentang Museum Hakka kulanjutkan kapan-kapan yaya karena bakal lumayan panjang. Oh iya sebelum pulang, aku singgah ke Taman Dua Belas Shio ini. 

Ada Taman Dua Belas Shio, yang mana shiomu? (Sumber gambar: dokumen pribadi) 
Ada Taman Dua Belas Shio, yang mana shiomu? (Sumber gambar: dokumen pribadi) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun