Saat itu aku sungguh senang bisa masuk final. Meski ya akhirnya aku hanya berhasil raih juara tiga.
Aku sungguh senang bisa juara tiga di lomba itu. Aku ingin memamerkannya ke ibu dan nenek. Eh ketika sampai rumah, kakak perempuanku berkata bahwa saat seusiaku itu, ia raih juara satu cerdas cermat matematika sehingga bisa dikirim ke tingkat kecamatan dan tetap menang.
Uuhhh... sulit rasanya punya dua kakak hebat. Aku jadi merasa tak punya sesuatu yang bisa kubanggakan saat lomba tujuhbelasan.Â
Mungkin momen-momen saat aku punya kawan-kawan baru pada saat lomba cerdas cermat itulah yang bisa kukenang. Apalagi, kemudian pada saat SMP, aku satu SMP dengan beberapa di antara mereka.Â
Berdasar pengalaman ikut lomba cerdas cermat saat SD, ketika duduk di bangku kelas 3 SMP aku berhasil menang lomba cerdas cermat agama di sekolah sehingga dikirim menjadi perwakilan sekolah ke tingkat kotamadya. Lagi-lagi hanya raih juara tiga. Tapi aku senang karena kedua kakakku tak pernah ikut lomba cerdas cermat agama. Hehehe setidaknya ada yang bisa kubanggakan ke ibu dan nenek.Â
Aku tak pernah suka dengan lomba-lonba tujuhbelasan seperti mencari koin dan kancing. Tapi aku bersemangat mendukung anak-anak yang ikut lomba tersebut. Aku suka melihat aura kebahagiaan dan keceriaan yang terpancar di wajah mereka. Mereka nampak menikmati momen tersebut.Â
Aku sepertinya masih sama dengan aku yang lama. Tak suka lomba-lomba konvensional, tapi aku tak keberatan memberikan dukungan ke para peserta lomba.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H