Menuju area pemakaman juga ada gapura batu bata merah, tiang lampu model lama, pendopo, dan tempat berwudhu. Ada banyak makam di sini, dari makam pangeran, murid dan keluarga Sunan Kudus, dan juga makam Sunan Kudus.Â
Pengunjung disyaratkan untuk berwudhu dulu sebelum berziarah. Kami tak lama di sini karena sarat peziarah dan sedang ada doa bersama.
Tujuan terakhir dari tur heritage ini adalah Museum Kretek. Sebenarnya ada banyak yang belum sempat kami eksplor. Semoga kalau ada kesempatan lagi, kami akan kembali ke sini. Kami belum sempat ke Demak, Rembang, dan kota-kota sekitar.
Museum Kretek tentang Kejayaan Kretek Kudus Masa Lalu dan Kini
Museum Kretek ini sangat luas. Hanya sayang kurang terawat untuk beberapa area di luar bangunan museum. Tiket masuknya murah hanya empat ribu rupiah. Plus ada biaya parkir kendaraan.
Mirip dengan Museum Jenang, di dalam area museum ada cerita tentang awal muka kretek, tokoh kretek di Kudus, sejarah panjang rokok di nusantara, dan perbedaan rokok yang dibuat secara manual dan dengan mesin pabrik.
Sebenarnya aku antipati dengan rokok. Aku tak tahan dengan aroma asapnya yang menyesakkan nafas, juga ancaman bahayanya. Namun rokok rupanya awalnya adalah obat. Rokok juga merupakan bagian dari sejarah bangsa Indonesia.
Aku sudah pernah ke Museum Bentoel. Alhasil dengan mengunjungi museum ini pengetahuan akan sejarah rokok makin bertambah. Museum ini sendiri dibangun pada tahun 1986