Sudah hampir satu dekade, aku membagikan cerita tentang kucing-kucing lewat internet, baik di blog pribadi maupun di Kompasiana. Sebagian dalam bentuk diary, lainnya adalah kisah fiksi. Sudah puluhan tulisan tentang kucing kuhasilkan. Dari tulisan-tulisan tersebut kemudian terbit satu buku berjudul Tarian Kucing di Bulan Purnama dan Kisah-kisah Kucing Lainnya.
Saat ini kucing-kucing mulai berdatangan, masuk ke dalam rumah. Mereka masuk lewat pintu kucing di ruang depan yang sengaja kubuat. Adzan Dhuhur telah tiba, waktunya mereka pulang ke rumah. Jam makan siang telah tiba, mereka sudah lapar.
Tinggal delapan kucing yang ada di rumah. Nero junior sudah hampir sebulan menghilang dan Clara baru meninggal kemarin. Masih ada kucing bernama Pang, Pong, Opal, Cindil, Sam, Nero Manis, Petualang, dan Panda yang ingin selalu disayang.
Para kucing itu membuat hari-hariku berwarna. Memang mereka tak selalu manis, malah banyak ulah nakalnya, seperti kadang kala pipis sembarangan, membuat berantakan ini itu, dan mencuri ayam yang baru direbus. Tapi ketika jauh dari mereka, aku selalu mudah kangen dengan mereka.
Mereka juga suka memberikan hadiah padaku. Dari tikus, kecoa, hingga cecak, hasil tangkapan mereka. Untuk yang terakhir, aku merasa kasihan. Kunasihati bolak balik agar mereka tak menganggu para cecak.
Suka Duka Hidup Bersama Hewan Berkumis
Sejak kecil aku terbiasa hidup dengan kucing. Nenekku yang tinggal di sebelah rumah, suka memelihara kucing. Pernah ada masa nenek memiliki 13 ekor kucing dan beliau kerepotan. Aku pun membantu nenek memelihara kucing-kucingnya.
Dan kini, aku mendapat warisan tabiat nenek tersebut. Aku kemudian juga memelihara kucing-kucing yang singgah di halaman rumahku, mirip seperti nenek. Dari kucing bernama Nori dan Nero, sudah ada enam generasi kucing yang tinggal bersamaku di rumah ini.