Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Nada dan Dakwah, Film Religi yang Mempertemukan H. Rhoma Irama dan K.H. Zainuddin M.Z.

5 April 2023   23:14 Diperbarui: 5 April 2023   23:16 3192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"... di mana-mana kehancuran suatu bangsa, dimulai dari kehancuran moral generasi mudanya... " - K. H. Zainuddin M.Z.

Chaerul Umam dikenal sebagai sutradara yang sarat prestasi. Selain film drama komedi romantis, ia beberapa kali membesut film religi yang membuahkan berbagai penghargaan. Salah satu film religinya yang sukses adalah Nada dan Dakwah, yang mempertemukan dai sejuta umat dan raja dangdut. Seperti apakah film ini? 

Film Nada dan Dakwah sangat populer pada tahun 1991. Banyak yang menantikan film ini karena K.H. Zainuddin ikut terlibat di dalamnya. Pada tahun-tahun tersebut dai ini sangat terkenal, jamaah yang mengikuti tabligh bisa mencapai puluhan ribu. 

Selain K.H. Zainuddin M.Z, ada nama Rhoma Irama, Ida Iasha, Deddy Mizwar, W.D. Mochtar, dan Fuad Alkhar yang berperan di film tersebut. Namun tak hanya para pemerannya yang terkenal pada masa tersebut, cerita yang disajikan dalam Nada dan Dakwah juga bagus, premisnya masih relevan hingga saat ini. 

Cerita berlatar di Desa Pandanwangi. Warga desa tersebut resah karena tanah tempat mereka bermukim diincar oleh seorang pengusaha untuk didirikan pabrik tapioka. Mereka lewat para preman dibujuk untuk menjual tanah mereka. Ada beberapa warga yang terbujuk dan menjual tanpa sepengetahuan anggota keluarga yang lain. 

Melihat kondisi tersebut, pimpinan pondok pesantren,  H. Murad (Deddy Mizwar) setempat merasa gelisah karena konflik antar keluarga mulai sering terjadi. Warga dibenturkan dengan sesamanya. Apalagi ketika kemudian muncul tempat biliar. Ia kemudian meminta bantuan Rhoma Irama dan K.H. Zainuddin M.Z. untuk memberikan kesadaran kepada warga agar tidak menjual tanah mereka.

Latifah (Ida Iasha) , puteri si pengusaha bernama Bustomi (W.D. Mochtar) ikut membantu membujuk ayahnya. Ia kemudian menggunakan cara lain untuk membantu warga desa. Namun, konflik semakin keruh. 

Cerita yang Masih Relevan Hingga Sekarang
Film religi ini menyentuh konflik yang umum di alami warga desa. Ceritanya masih relevan hingga saat ini. Warga desa diiming-imingi dengan uang agar mau menjual tanah warisan nenek moyangnya. Generasi mudanya dipengaruhi sedemikian rupa agar mereka terbujuk dengan materi dan berani melawan kedua orang tuanya.

Film ini menyoroti konflik tanah antara warga desa dan pengusaha (sumber gambar: Unkris Jakarta) 
Film ini menyoroti konflik tanah antara warga desa dan pengusaha (sumber gambar: Unkris Jakarta) 


Tapi andaikata mereka menerima tawaran tersebut, bagaimana mereka mencari mata pencaharian ke depannya. Uang yang mereka terima dalam beberapa waktu ke depan akan ludes, sementara mereka tak lagi punya sawah untuk bercocok tanam.

Inilah briliannya Asrul Sani sebagai penulis skenario dengan memberikan konflik yang umum terjadi di masyarakat. Asrul Sani sendiri telah beberapa kali berkolaborasi dengan Chaerul Umam,  salah satunya dalam film Titian Serambut Dibelah Tujuh yang meraih piala Citra untuk skenario asli terbaik. Dalam film Nada dan Dakwah ini,  Asrul Sani juga kembali mendapat piala Citra untuk kategori cerita asli terbaik.

Dalam film Nada dan Dakwah, ada tiga tokoh yang memberikan pesan-pesan religi ke masyarakat, dari tokoh yang diperankan Deddy Mizwar, Rhoma Irama, hingga K.H. Zainuddin M.Z.   Baru setelah dai sejuta umat ikut bergabung dan mendampingi mereka, warga perlahan-lahan luluh, sehingga para preman kaki tangan pengusaha, menyebutnya sebagai penghasut.

Seperti film-film Rhoma Irama pada umumnya, film ini juga dihiasi oleh lagu-lagu Soneta Group. Lagu-lagu ini membuka cerita, muncul di pertengahan film, hingga menutup film. Lagu-lagu yang dibawakan Rhoma memiliki pesan-pesan bijak yang sesuai dengan isi film. Lagu-lagu tersebut di antaranya Buta Tuli, Jaga Diri, Anastana,  dan Perbedaan. 

Petuah-petuah Bijak K.H. Zainuddin M.Z dalam Film
Sementara itu K.H.Zainuddin M.Z banyak memberikan petuahnya di film ini. Bagi yang kangen mendengar isi ceramah dai ini maka kalian bisa kembali menyaksikan film ini. Berikut beberapa pesannya yang bernas. Beberapa di antaranya terasa menyentil:

Ada kalanya K.H. Zainuddin berdiskusi dengan H. Rhoma Irama, apakah cara dakwah mereka sudah benar (sumber gambar: kineforum) 
Ada kalanya K.H. Zainuddin berdiskusi dengan H. Rhoma Irama, apakah cara dakwah mereka sudah benar (sumber gambar: kineforum) 

Dalam film ini disarankan agar umat Islam tumbuh menjadi umat yang produktif. "... Islam bukan agamanya orang pemalas yang selesai sholat boleh berpangku tangan berkhayal menunggu keajaiban. Jangan jadi pemalas. Umat ini harus jadi umat produktif,  bukan menjadi umat yang konsumtif..."

Kemudian jamaah dalam film ini diingatkan agar menjauhi perbuatan maksiat. "...situasi jahiliyah sengaja diciptakan seperti perjudian dan kemesuman sehingga dengan mudah mereka dapat dikuasai..."

Di dalam film ini ia mengkritisi peranan ulama agar kembali banyak terlibat di sendi-sendi kehidupan. Sudah waktunya ulama kembali banyak berperan membantu umat di sekelilingnya, bukan hanya membantu warga membaca doa. 

Ketika berbicara dan berdiskusi dengan Rhoma, keduanya merenungi cara mereka berdakwah, apakah sudah pas. "Saya sendiri melihat bahwa dakwah kita selama ini ibarat tersenyum kepada orang buta atau berbisik kepada orang tuli, kita lebih banyak memukul daripada merangkul.  Kita lebih sering mengejek daripada mengajak..."

K.H. Zainuddin dalam film juga mengingatkan agar jamaah tidak silau oleh harta. "...Kalau satu perbuatan hanya didasarkan kepada mencari keuntungan materi semata,  orang akan mudah terjebak untuk menghalalkan segala cara... "

Ia kembali mengingatkan pentingnya untuk merasa cukup dan bersyukur karena ketika seseorang berhadapan dengan materi itu ibarat minum air laut,  semakin diminum semakin haus,  semakin kering tenggorokan dibuatnya.
"...kalau saja manusia punya dua ladang berisi emas, maka ia akan mencari ladang ketiga.  Tidak pernah penuh mulut manusia ini kalau belum ditutup dengan tanah membujur di liang lahat.  Silakan saja kaya tapi jangan menghalalkan segala cara. Boleh jadi besar,  tapi jangan monopoli. Jangan coba-coba berdiri di atas bangkai orang lain dan tersenyum di atas untaian air mata dan penderitaan..."

Ada banyak lagi pesan-pesan lainnya yang bijak, baik yang disampaikan oleh K.H. Zainuddin M.Z.  maupun oleh H. Rhoma Irama lewat lagu-lagunya. Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Sambil nonton film, sekalian dengar lagu dan ceramah agama yang kaya pesan bijak. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun