Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Bintang Ketjil dan Perjalanan Panjang Restorasi Film

3 April 2023   10:21 Diperbarui: 3 April 2023   10:40 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film Bintang Ketjil yang dirilis tahun 1963 menjadi salah satu film yang berhasil direstorasi. Film ini sempat ditayangkan di Jakarta Film Week 2022. Hasil dari restorasi membuat gambar-gambar dalam film ini tak lagi berbintik-bintik dan gemrisik, melainkan bening dan nyaman di mata.  Tentang apa sih film ini?

Bintang Ketjil identik dengan lagu anak-anak yang dibuat oleh komposer bernama Daldjono. Seperti lagu tersebut, tokoh utama film ini memang anak-anak kecil yang polos dan hanya ingin berkunjung ke kebun bintang.

Ceritanya berlatar tahun 1960-an di Jakarta.
Film ini berpusat pada anak kecil penyemir sepatu bernama Nana (Nana Awaludin). Sehari-hari ia tinggal di panti asuhan. Ia punya mimpi  suatu ketika bisa memiliki rumah besar sehingga kakaknya, Lili, dan neneknya bisa tinggal bersamanya.

Suatu ketika Nana berjumpa dengan dua anak perempuan, Maria (Maria Umboh) dan Suzy (Suzy Mambo). Kedua anak orang kaya ini mengikutinya.

Rupanya kedua anak perempuan itu ingin main ke kebun binatang, tetapi sayangnya orang tua mereka selalu mengingkari janjinya. Alhasil mereka pun mencoba ke sana sendiri, membujuk Nana hingga keduanya dikira diculik. 

Kedua anak perempuan ini ingin main ke Bonbin (sumber gambar: Jakarta Film Week) 
Kedua anak perempuan ini ingin main ke Bonbin (sumber gambar: Jakarta Film Week) 

Film yang Manis dan Polos
Film ini membuat penonton bernostalgia dengan Jakarta masa lampau. Kebun binatang saat itu bukan di Ragunan, melainkan di pusat kota yaitu di Taman Ismail Marzuki.

Jakarta masih nampak lapang dan lengang. Bunderan HI bentuknya sudah seperti saat ini, dengan air mancur dan hotel. Bedanya kawasan ini masih begitu sepi dan lengang. Jarang sekali ada mobil berlalu lalang. Lalu juga disorot sekitaran Raden Saleh, Cikini, dan tempat-tempat lainnya di Jakarta yang saat itu masih asri dan banyak pepohonan di sana sini.

Ceritanya sendiri sederhana namun memikat. Akting anak-anak kecil ini terasa natural dengan dialog yang juga khas anak-anak. Celetukan, ledekan, dan bercandanya seperti anak-anak pada umumnya.

Konflik cerita yang awalnya sederhana kemudian dibuat seakan-akan rumit. Apalagi ketika sudah melibatkan banyak orang dewasa. Ada beberapa bagian yang bisa membuat penonton merasa kesal namun juga memancing tawa. 

Kisah penutupnya agak dipaksakan. Namun, di satu sisi bagian penutup ini memberikan gambaran visual Jakarta  yang epik pada masa itu dengan solusi yang melegakan.

Visual dalam film ini masih hitam putih. Namun pengambilan gambarnya sudah apik, emosi dan mimik pemeran bisa tertangkap dengan baik. 

Dialognya khas anak-anak (sumber gambar: Indonesian Film Center) 
Dialognya khas anak-anak (sumber gambar: Indonesian Film Center) 

Inti pesan dari film ini adalah kurangnya komunikasi yang baik dan perhatian antara orang tua terhadap anak-anaknya. Anak-anak merasa kecewa melihat orang tuanya selalu sibuk dan mengingkari janjinya.

Dari menyaksikan film ini terasa adem dan nyaman situasi Jakarta pada tahun 1960-an, rasanya kontras dengan kondisi sosial politik pada masa tersebut. Gaya berbusana perempuan dewasa pada masa tersebut nampaknya masih umum mengenakan kebaya di berbagai acara.

Film ini dibesut Wim Umboh. Selain pemeran anak, film ini juga dibintangi Raden Ismail, Mansjur Sjah, Fifi Young, Noortje Supandi, dan Anna Susanty. Film ini hits pada masanya dan syukurlah telah berhasil direstorasi.

Perjalanan Panjang Restorasi Film
Bintang Ketjil menyusul kesuksesan film-film Usmar Ismail yang telah direstorasi. Film-film tersebut yang dirilis sekitar tahun 1950-1960 adalah Darah dan Doa, Tiga Dara, dan Lewat Djam Malam. Selain keempat film tersebut, film Indonesia yang juga telah selesai direstorasi adalah Tjoet Nja' Dhien (1988),  Pagar Kawat Berduri (1961), dan Kereta Api Terakhir (1981).

Masih banyak film Indonesia yang menunggu untuk direstorasi. Ada lebih dari 700-an film yang direncanakan untuk direstorasi oleh Pusat Pengembangan Perfilman bersama Sinematek. Namun, karena besarnya dana dan banyaknya SDM untuk melakukan Restorasi, ada sekitar 20-an film yang menjadi prioritas restorasi. Film tersebut utamanya yang memiliki nilai sejarah dan tingkat kerusakannya parah. Contohnya film Loetoeng Kasaroeng (1926).

Proses restorasi memang tak mudah. Proses restorasi satu film bisa memakan waktu sekitar enam bulan.

Lewat Djam Malam menjadi film ketiga Usmar Ismail yang berhasil direstorasi (sumber gambar: Indonesian Film Center) 
Lewat Djam Malam menjadi film ketiga Usmar Ismail yang berhasil direstorasi (sumber gambar: Indonesian Film Center) 

Tujuan dari restorasi ini untuk pengarsipan dan penyelamatan film karena tak sedikit film-film yang memiliki nilai sejarah, edukasi, dan muatan pesan yang penting bagi generasi penerus. Film-film dengan teknologi seluloid akan lebih sulit direstorasi jika dibandingkan yang menggunakan teknologi digital. Film-film di bawah tahun 1960-an, banyak di antaranya telah mulai mengalami penurunan kualitas sehingga perlu diselamatkan.

Film restorasi ini juga tak akan memberikan makna apabila hanya disimpan. Oleh karenanya penting bagi pemerintah dan industri perfilman untuk menyebarkan hasil restorasi ini, baik lewat tontonan di layar publik, festival film, maupun di platform streaming agar masyarakat bisa menyaksikan film-film lawas yang berkualitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun