Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Ragam Platform untuk Menulis, Mana Favoritmu?

21 Januari 2023   22:19 Diperbarui: 21 Januari 2023   22:35 1607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kalian paling suka menulis di platform mana? (Sumber gambar: Pexels.com/Sam Lion) 

Rasanya kurang obyektif jika aku menyebut platform A terbaik untuk menulis bila aku belum menjelajah platform menulis lainnya. Saat ini ada begitu banyak platform menulis baik yang jenisnya blog pribadi maupun blog keroyokan. 

Ada juga jenis platform untuk menulis yang karyanya bisa dijual. Bentuknya bisa tulisan fiksi atau komik. 

Juga masih ada beragam platform media sosial di mana kita juga bisa menulis dalam bentuk microblogging. Menulis microblogging ini makin disukai karena menerima dengan tangan terbuka jenis tulisan yang pendek-pendek. Lantas mana yang terbaik? 

Tiap platform punya plus minusnya masing-masing. Kita mulai dari platform jenis blog dulu. Meski usia blog sudah lebih dari 20 tahun, platform ini masih disukai. Ada faktor personal yang membuat tulisan blog itu lebih cair dan hangat. Biasanya si penulis memasukkan pengalaman yang dialaminya. Ada kalanya ia memasukkan opini pribadi dan perasaan yang dialaminya. 

Saat ini masih banyak yang bertahan untuk menulis di blog. Ada dua jenis blog, blog pribadi dan blog keroyokan. Blog pribadi berisi semua tulisan seseorang. Bentuk dan gaya tulisannya bebas, terserah mau menulis panjang atau pendek. Ia juga bebas menulis dengan tema apa saja. 

Sementara pemain blog keroyokan makin banyak. Jika dulu pemain pelopornya ada Kompasiana dan Blog Detik, dalam perkembangannya makin banyak. Di antaranya Indonesiana, Retizen Republika, Medium, Kumparan, IDN News, dan masih banyak lagi.

Tiap platform blog keroyokan umumnya punya aturan tersendiri. Ada yang memberikan benefit dalam bentuk poin, ada juga yang dalam bentuk lainnya. 

Aku sendiri suka mencoba-coba untuk nulis di platform blog keroyokan selain Kompasiana, ada yang lebih mudah mendapatkan pembaca, ada yang bacaannya tanpa iklan, ada juga yang benefitnya lumayan. Tapi ada juga yang perlu adaptasi, harus menunggu moderasi dulu, dan lainnya. 

Dari pengalaman coba-coba menulis di beberapa platform blog keroyokan, ada beberapa pelajaran yang kudapat. Kita perlu konsisten dan bersabar. Sukses di platform A belum tentu kita juga sukses di platform B. Oleh karena setiap platform punya segmen pembaca tersendiri. Ada yang menyasar ke gen Z, ada juga yang menyasar kalangan milenial ke atas, dan sebagainya. Akan lebih baik jika kita mengenal segmen pembaca dan kultur di platform tersebut. 

Menulis Fiksi dan Dibayar? 

Bagi yang gemar menulis cerber dan novel kini juga makin banyak wadahnya. Dulu ada Storial dan Wattpad. Kini ada Dreame, Novelme, Noveltoon, WebNovel, Karyakarsa, dan masih banyak lainnya. 

Yang pernah kucoba baru Storial dan Karyakarsa. Untuk Karyakarsa, bentuknya tak harus novel panjang. Cerita pendek dan cerita bersambung juga bisa. Komik juga diterima.

Kita bisa menjual karya perbab atau bundel sekaligus. Harganya bisa kita tentukan sendiri, misalnya perbabnya Rp5 ribu. Di platform ini yang laris adalah genre horor. Sedangkan di Storial cukup banyak genre drama romantis.

Aku pernah membuat cerber dengan harga perbab tapi masih kurang menghasilkan karena aku kurang sabar (sumber gambar: dokpri) 
Aku pernah membuat cerber dengan harga perbab tapi masih kurang menghasilkan karena aku kurang sabar (sumber gambar: dokpri) 

Sama dengan menulis di blog, kita juga harus sabar dalam menggunakan platform seperti Storial dkk. Biasanya kita beri beberapa bab gratis untuk memancing pembaca. Atau sewaktu-waktu kita adakan diskon untuk pembelian paket. Serunya, ada peluang karya kita dibukukan atau malah difilmkan. 

Siapa Tahu Kamu Suka Microblogging? 

Model ketiga adalah menulis di media sosial. SimpleMen, misalnya. Ia membuat cerita horor dengan membuat utas (thread) di Twitter. Caranya ini banyak diadopsi oleh penulis lainnya di Twitter dan berhasil. Kini makin banyak penulis horor di Twitter yang terkenal. Dan, karyanya bagus-bagus. 

Menulis di Instagram juga makin diminati. Ada yang menyebutnya microblogging, tulisannya umumnya lebih pendek daripada di blog. Tulisannya bisa rupa-rupa, cerita mini, puisi, atau curhatan. 

Aku selama hampir dua bulan ikut tantangan microblogging di Instagram (dokpri) 
Aku selama hampir dua bulan ikut tantangan microblogging di Instagram (dokpri) 

Sama seperti platform lainnya, maka juga perlu kesabaran dan konsisten untuk mendapatkan pembaca tulisan-tulisan kita di Twitter atau Instagram. Tak cukup satu dua tulisan atau satu dua hari agar berhasil. 

Apapun pilihan platformnya, jangan cepat menyerah jika pembacanya sedikit. Bersabarlah dan yakinlah tulisan kita akan menemukan pembacanya. Jangan lupa untuk terus berlatih, banyak membaca, agar kualitas tulisan kita meningkat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun