Wisata kota tua semakin semarak dengan kehadiran cosplayer. Tak hanya mengenakan kostum ala seragam kompeni dan noni Belanda, kostum mereka makin beragam. Ada yang mengenakan kostum superhero, biarawati, dan kostum unik lainnya. Kisah tentang kehidupan dan problema sekelompok cosplayer kota tua ini dibahas dalam film The Day Before The Wedding.
Film bercerita tentang dua sahabat, Clara (Amanda Rawles) dan Kinan (Della Dartyan) yang mengejar mimpi sambil mencari nafkah sebagai cosplayer. Keduanya biasanya mengenakan gaun pengantin. Clara telah berulang kali melakukan tes seleksi kerja. Ia ingin sekali lolos menjadi pramugrari. Sementara Kinan akan segera menikah dengan kekasihnya, Gerald (Keanu Campora).
Persahabatan mereka diuji ketika Clara mengetahui dirinya hamil. Ia hamil dengan pria yang akan menjadi suami Kinan.
Cerita yang Menarik Hingga Paruh Awal
Paruh awal film ini sungguh menarik. Sang sutradara, Razka Robby Ertanto (Ave Maryam, Jakarta vs Everybody, Cross the Line) jeli menangkap sesuatu yang jarang disentuh film maker. Karakter dengan latar cosplayer sepertinya jarang ditampilkan di film panjang.
Di awal-awal film, Â kamera menyoroti kehidupan sekelompok kecil cosplayer, Clara dan tiga kawannya. Mereka kalangan warga biasa, yang harus bekerja setiap hari agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.Â
Penonton diajak melihat kehidupan mereka sehari-hari, dari mengenakan kostum dan ber-makeup, lalu  bekerja memenuhi permintaan foto dan video berbayar dari pengunjung, perjalanan menuju tempat tinggal mereka yang sederhana atau ke masjid dengan masih mengenakan kostum.
Kamera kemudian menyoroti Clara yang menjelajah lorong-lorong pusat perbelanjaan yang menawarkan baju terjangkau. Kemudian bagaimana Clara dan kawan-kawannya kesulitan menaiki tangga kosan yang melingkar dengan kostum mereka, makan bersama dengan lauk sederhana, dan mencuci baju dengan tangan.
Karakter dan latar ceritanya ini banyak dijumpai di kehidupan sehari-hari. Razka dan Titien Wattimena, yang menulis naskah film ini tidak menyodorkan kehidupan yang glamour dengan rumah mewah dan pekerjaan yang wah, seperti yang jamak dijumpai di film Indonesia, namun keduanya meramu dan menyuguhkan cerita yang lebih riil, bagaimana kerasnya hidup di ibukota dan bagaimana ketatnya persaingan mencari pekerjaan.
Sayangnya di paruh kedua, cerita penuh kontradiksi dan ketidakkonsistensian. Ada banyak hal yang sepertinya ingin disampaikan oleh Razka, tapi akibatnya ceritanya malah kontradiktif.
Dalam film yang dirilis di KlikFilm ini Clara digambarkan anak dari istri kedua. Ayahnya punya tiga istri. Ketika bertemu dengan keluarganya yang tinggal beda kota, Clara mengenakan kerudung panjang. Namun dalam sehari-hari, ia mengenakan pakaian biasa.
Saat menjadi cosplayer, ia juga jarang absen beribadah. Oleh karenanya sangat kontradiktif ketika ia kemudian nampak santai menerima tawaran minuman keras hingga melakukan perbuatan bebas.
Apakah Razka ingin menunjukkan bahwa setiap manusia juga bisa khilaf dalam memenuhi hasratnya? Oleh karena bukan hanya dalam film ini saja Razka memasukkan unsur kontradiktif ini, melainkan juga dalam film Ave Maryam, di mana seorang suster melakukan perbuatan terlarang bersama seorang pastor.
Hal lainnya yang mengurangi nilai film ini adalah ketika Clara seperti tidak merasa bersalah sama sekali. Ia malah menganggap perbuatannya bisa membantu membongkar keborokan calon suami sahabatnya.
Pertengkaran antara Clara dan Kinan juga seperti memperdebatkan hal yang biasa, bukan sesuatu yang sepenting pernikahan.
Paruh kedua film ini seperti menghancurkan pondasi yang kokoh terjalin di paruh awalnya. Penonton malah akan susah berempati kepada para karakternya. Arah film dan pesannya jadi tidak jelas.
Peran Gerald kurang cocok diperankan oleh Keanu Campora. Gerald digambarkan buruh pabrik yang mengalami PHK. Ia juga kalangan menengah ke bawah seperti Kinan dan Clara. Tapi penampilannya sungguh berbeda. Keanu yang bule kurang memelas. Seperti salah cast.
Dialognya di paruh kedua banyak kata makian. Ini menambah daftar film Indonesia yang sarat makian, apakah kehidupan keras berkaitan erat dengan hujan makian?
Meski formula ceritanya porak-poranda di paruh kedua, gagasan Razka mengusung cerita cosplayer kota tua ini sesuatu yang segar.Â
Performa Della Dartyan dan Amanda Rawles di sini terasa luwes dan natural. Amanda berani meninggalkan zona nyamannya, selama ini ia lebih sering berperan sebagai gadis lembut baik hati. Dalam film ini ia berani bereksplorasi dan kemampuan aktingnya makin terasah.
Gambar-gambar dalam film ini sinematik. Adegan-adegan ketika mereka menaiki tangga seperti simbolik, bagaimana mereka kesulitan untuk melangkah, meningkatkan taraf kehidupan mereka.
Penutup film ini pas dibiarkan mengambang. Lagu yang mengiringi adegan penutup itu selaras dengan nuansanya, lagu dari NSG. Dalam film ini NSG menyumbang lagu, di antaranya Sweetest Girl dan Want You Bad.
Karakter dan latar The Day Before the Wedding segar. Akting Della Dartyan dan Amanda Rawles luwes. Amanda berani bereksplorasi. Sudut-sudut pengambilan  gambar enak dinikmati. Minusnya cerita dan pengembangan karakter di paruh kedua terasa berantakan. Skor: 7.5/10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H