Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Jelajah Alam dan Budaya Negeri lewat Antologi Piknik Pesona

24 Desember 2022   14:54 Diperbarui: 24 Desember 2022   15:04 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelezatan pecel menjadi inspirasi cerita Pecel Kronikel. Keindahan sebuah pulau yang dulunya kampung nelayan menjadi latar cerita Uma De Raffa. Dua episode terakhir menggambarkan kehidupan metropolitan dan problemanya dalam Percakapan Kecil dan Jus Nanas Kue Lapis.

Gagasan dan temanya banyak yang menarik. Namun sayangnya tidak semua tereksekusi dengan baik. Ada yang ceritanya terkesan dibuat-buat, alur cerita yang tak ke mana-mana, dan akting para pemain yang terasa kaku.

Tiga cerita, Gedang Renteng, Bakmi Bangka Heri, serta Marsiti dan Sapi-sapi adalah tiga cerita yang potensial tapi eksekusinya membuatnya kurang menarik.

Dari segi alur, karakter, dan motivasi karakter, Gedang Renteng terasa mentah. Tidak jelas maksud dan motivasi kedua karakter,  Gina dan Mutia, yang masing-masing diperankan Shenina Cinammon dan Fathia Izzatti mencari-cari celuluk. Dari tradisi melukat kemudian dibawa ke celuluk rasanya janggal dan alurnya terkesan dipaksakan.

Akan lebih baik jika porsi kuliner diperbanyak dan ditunjukkan proses pembuatannya (sumber gambar: Jogja-NETPAC 2022) 
Akan lebih baik jika porsi kuliner diperbanyak dan ditunjukkan proses pembuatannya (sumber gambar: Jogja-NETPAC 2022) 

Episode Bakmi Bangka Heri alangkah lebih bagus jika fokus ke kulinernya. Perbincangan antara ayah dan anak tentang masa depan bisa     sambil mereka memasak bersama atau mengulik rasa dari kuliner Bangka.

Cerita Marsiti dan Sapi-sapi ini terbilang unik. Karena biasanya pengendara karaban sapi adalah pria. Tapi kali ini tokohnya adalah perempuan remaja. Tidak ditampilkan bagaimana sosok remaja ini berlatih balapan dengan sapinya. Si Siti kebanyakan teriak dan terlihat angkuh sehingga sulit untuk bersimpati kepadanya.

Cerita ini potensial untuk digali lebih kuat unsur budayanya, karena rupanya karaban sapi ada yang tanpa cambuk paku - sehingga sapi lebih aman dan tak tersiksa. Dan rupanya karaban sapi dulunya memang tak ada penyiksaan kepada sapi. Sejak 2011 Majelis Ulama Indonesia juga melarang penyiksaan kepada sapi saat melakukan karaban, hanya realitanya masih ada yang melakukannya.

Karaban sapi dan perempuan karang disorot (sumber gambar: Kompas.com) 
Karaban sapi dan perempuan karang disorot (sumber gambar: Kompas.com) 

Favoritku dalam antologi Piknik Pesona ini ada dua, yakni Uma De Raffa dan S(aya). Kedua cerita ini kebetulan sama-sama berlatar di resort dengan penorama pantai dan mengusung tema thriller.

Film Uma De Raffa bercerita tentang meninggalnya seorang tamu secara mendadak. Padahal ia berencana memberi investasi besar ke resort tersebut. Rupanya ada rahasia gelap tentang resort tersebut yang membuat kecewa para karyawannya. Cerita ini jadi menarik karena memperlihatkan bagaimana situasi resort yang sepi pengunjung dan hubungan resort tersebut dengan kelestarian alam di sekitarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun