Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ketika Menulis Terasa Jadi Beban

14 Desember 2022   18:35 Diperbarui: 14 Desember 2022   18:41 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah kamu pernah merasa enggan menulis. Ide-ide rasanya sulit mengalir. Kamu juga merasa banyak terdistraksi. Mungkin kamu mulai merasai menulis sebagai beban tersendiri. Tak apa-apa, tak hanya kamu yang merasai. 

Dulu aku menulis setiap hari di dua blog, laman Kompasiana dan blog pribadi. Aku juga rajin mengunggah tulisan di blog dan kanal lain. Aku ingin terlihat rajin menulis. Tapi kemudian aku jadi sulit menulis. Aku mulai kehilangan selera menulis. 

Tulisanku di blog pribadi jadi singkat dan temanya berulang. Terasa sekali aku seperti terpaksa menulis agar memenuhi ekspektasi ku sendiri, menulis setiap harinya. Aku merasa tak lega jika belum menulis, di manapun aku harus terus menulis, tapi kemudian beban itu makin terasa berat. 

Aku pernah kehilangan minat menulis ulasan film. Mungkin karena aku terlalu sering menulis tentang film. Dulu aku bisa menulis dua tiga film dalam sehari. Namun kemudian aku benar-benar kehilangan mood dan berhenti menulis film sama sekali. Hampir satu bulan, kemudian minat itu kembali hadir. 

Menulis terutama menulis tema khusus memang ada kalanya membuat rasa jenuh hadir. Ada kalanya aku merasa perlu riset dan membaca sana sini agar tulisanku lebih berisi, tapi kemudian malah aku tak kunjung-kunjung menulis. Hingga aku tak merasa antusias untuk menulisnya sama sekali. 

Sesuatu yang dikerjakan terus-menerus memang bisa membuat jenuh. Aku mungkin bosan menulis film dan kini mencoba menulis sesuatu yang baru. 

Ketika aktivitas menulis menjadi sesuatu beban rasanya keasyikan berkurang. Padahal proses menulis itu juga menyenangkan, sama halnya dengan membaca.  Menulis itu juga ibarat membuat karya seni ataupun wadah untuk relaksasi, sehingga harus dibuat menyenangkan. Jika pun aku mulai merasa terbeban, sudah waktunya aku beristirahat. 

Akhirnya aku sempat beristirahat agak lama di Kompasiana. Kebiasaan menulis setiap hari yang kupupuk sekitar tahun 2018 hingga 2021 di Kompasiana itu pun buyar karena aku ingin beristirahat. Menulis di blog pribadi tetap kulakukan, hanya seringkali singkat-singkat, tak kupaksakan. 

Faktor kejenuhan dan rasa terbeban itu besar dampaknya bagi menulis. Sambil mengistirahatkan pikiran, aku coba aktivitas lainnya. Kucoba menulis tema lainnya. 

Ketika satu pintu tertutup, ada pintu lainnya yang terbuka. Pepatah itu memang benar adanya. 

Aku mulai mengikuti proyek-proyek antologi dengan tema yang bagiku menantang. Kucoba tantangan membuat fiksi horor dan puisi narasi. Ini sebuah tantangan baru yang asyik. Kucoba belajar membuat skenario film. Mungkin karena sesuatu yang baru, aku jadi termotivasi. 

Ada tantangan lainnya yang tak kalah asyik. Tantangan tersebut berupa menulis tiap hari dengan jumlah kata yang dibatasi ala micro blogging. Menulisnya pun di caption Instagram, sehingga juga harus pilih gambar-gambar yang kiranya menarik. 

Ini tantangan yang mengusik. Aku berharap bisa bikin buku dari ini sehingga kupikirkan matang-matang agar satu tema dan lainnya punya relasi. Akhirnya kupilih makanan, karena aku suka makanan dan fiksi. 

Jadilah belasan tulisan dengan benang merah makanan. Singkat-singkat, bentuknya puisi naratif ataupun cerita mini. 

Aku tak punya ekspektasi. Aku tak punya alur dan rencana sama sekali tentang ceritanya, kubiarkan saja mengalir. Hanya kukaitkan dengan gambar yang kubagi. Pokoknya tentang makanan itu saja, dan aku merasa termotivasi. 

Meski harus menulis setiap hari aku tak merasai beban sama sekali. Alhasil aku melakukan tantangan dan tak merasa sulit. 

Aku menulis artikel ini juga sesuka hati. Tak terbeban dan kubiarkan mengalir. Dan ternyata artikelnya jadi, bahkan 500-an kata lebih. 

Aku bukan guru menulis. Aku juga masih lemah menulis. Menulis dengan beban itu tak enak sama sekali. Jika sudah merasainya, istirahatlah sejenak, cobailah hal baru, tema baru, atau tantangan baru, agar kamu segar kembali. Setelah segar, kembalilah menulis. Awas jangan kelamaan kabur dari aktivitas menulis. 

Oh iya tips ini tak berlaku jika menulis itu pekerjaan sehari-hari. Atasanku dulu di media berkata tak ada istilah mood bagi jurnalis. Mood atau tidak mood bakal terus menulis. Dan lihatlah aku saat itu berkerut-kerut ketika menulis, sepuluh menit hingga lebih waktuku hilang hanya memikirkan judul dan paragraf awal berita terkini. Aku merasa mual membawa beban untuk menulis, lain halnya ketika aku mood menulis. 

Oleh karenanya aku angkat topi dan apresiasi tinggi bagi para jurnalis yang terus menulis apapun suasana hati. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun