Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

The Fabelmans, Drama Keluarga yang Personal Terinspirasi dari Masa Kecil Steven Spielberg

25 November 2022   16:03 Diperbarui: 25 November 2022   19:35 1039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sammy kecil diajak nonton film oleh kedua orang tuanya dan langsung jatuh cinta (Sumber gambar: Universal Pictures via IMDb) 

Movies are dreams that you never forget - Mitzi Fabelman

Pengalaman menyaksikan film The Greatest Show on Earth ketika masih kecil, membuat Sammy Fabelman tahu hadiah apa yang diinginkannya pada Hanukkah. Satu set kereta api.

Ia penasaran dengan adegan tabrakan kereta api di film tersebut dan mencoba membuat simulasinya. Ia dibantu ibunya membuat set dan merekamnya dengan kamera ayahnya. 

Sejak itulah Sammy yakin ia jatuh cinta dengan sinema. Cerita tentang perjalanan Sammy membuat film ini tertuang dalam film Fabelmans yang tayang reguler sejak Rabu (23/11). 

Perjalanan Sammy (Gabrielle LaBelle) membuat film tidak selalu berjalan mulus. Ayahnya, Burt (Paul Dano) hanya menganggapnya sebagai hobi. Namun ibunya, Mitzi (Michelle Williams) yang seorang pianis mendukungnya. 

Konflik keluarga juga kemudian mengalihkan minat Sammy terhadap film. Ia mulai meragukan kecintaannya terhadap sinema. 

Sammy dan saudarinya melihat hasil kerja Sammy (sumber gambar: Allocine) 
Sammy dan saudarinya melihat hasil kerja Sammy (sumber gambar: Allocine) 

Sebuah Drama Keluarga yang Hangat dan Personal
The Fabelmans disebut-sebut terinspirasi dari kisah nyata masa kecil Steven Spielberg. Sammy adalah gambaran sosok Steven pada saat masih kecil dan remaja. Bagaimana awal Sammy mulai mencintai film dan bagaimana ia mulai dihadapkan dilema tak jauh berbeda dengan yang pernah dialami Steven. 

Oleh karenanya film besutan Steven Spielberg ini terasa intim dan personal. Ini seperti otobiografi si sutradara juga surat cinta yang hangat dan jujur untuk keluarganya. 

Sammy mirip dengan Steven Spielberg demikian juga dengan keluarga Sammy yang cerminan keluarga Steven (Sumber gambar: USA Today) 
Sammy mirip dengan Steven Spielberg demikian juga dengan keluarga Sammy yang cerminan keluarga Steven (Sumber gambar: USA Today) 

Cerita keluarga nampak mudah dibuat, namun sebenarnya pengemasannya susah. Bagaimana membuat penonton setia mengikutinya tanpa merasa jemu adalah salah satu kunci kesuksesannya. 

Dan, The Fabelmans berhasil melakukannya. Meskipun durasinya berkisar 150 menit dengan tempo cerita yang lambat, rasanya waktu berlalu begitu saja. Aku menikmati setiap adegannya, menyesap emosi di dalamnya dan tergelitik dengan beberapa dialognya.

Keluarga Fabelman mungkin sama seperti keluarga-keluarga lainnya. Ada anggota keluarga yang mendukung minat anaknya dan ada juga yang menentangnya dengan alasan demi kebaikannya. Bedanya, isi kepala tiap anggota keluarga bisa saja berbeda, tingkat konfliknya pun tak sama, demikian juga dengan reaksi si anak dan Sammy yang berbeda. 

Sammy punya ayah dan ibu yang sama-sama jenius. Ayahnya jenius di komputasi komputer dan ibunya jenius di musik. Ayahnya logis dan kalem, sedangkan ibunya imajinatif, penuh spirit, dan suka bertindak spontan. Hal ini membuat karakter sepasang suami isteri ini terasa kontradiksi, namun juga melengkapi. 

Peran suami istri ini dilakoni dengan baik oleh Paul Dano dan Michelle Williams. Paul Dano telah menjajal banyak peran, baik peran protagonis maupun antagonis. Aktingnya yang banyak dipuji di antaranya dalam film There Will Be Blood, Swiss Army Man, 12 Years a Slave, Love & Mercy, dan The Batman. 

Sebagai Burt Fabelmans, ia tampil sebagai ayah dan suami yang penyayang dan kalem, berbeda dengan peran sebelumnya sebagai sosok antagonis (The Riddler) di The Batman. 

Peran Michelle Williams di sini banyak dipuji (sumber gambar: The Vanity Fair) 
Peran Michelle Williams di sini banyak dipuji (sumber gambar: The Vanity Fair) 

Michelle Williams di sini paling mencuri perhatian. Ia tampil centil, eksentrik, dan seolah-olah selalu ingin menjadi pusat perhatian. Sebagai Mitzi Fabelman, ia dituntut untuk pandai bermain piano. 

Oleh karena ada beberapa adegan yang menunjukkan ia memamerkan keahlian jemarinya menari-nari di atas tuts piano. Beberapa kritikus film menduga ia berpeluang mendapatkan nominasi Oscar kelimanya lewat perannya ini. 

Sebagai Sammy, Gabrielle LaBelle, tampil cukup menyakinkan sebagai remaja yang mencintai film, namun ragu-ragu dengan pilihannya. Adegan-adegan ketika ia mengarahkan kawan-kawannya dan mengambil gambar itu terasa luwes dan enak dinikmati. 

Nama Gabrielle LaBelle memang belum sepopuler Paul Dano dan Michelle Williams. Perannya sebagai Sammy ini akan bisa mengangkat namanya. 

Jajaran pemeran lainnya dalam film ini adalah Seth Rogen sebagai Benny, Judd Hirsch sebagai kakek Boris, dan David Lynch sebagai John Ford. Kehadiran David Lynch sebagai John Ford ini mengejutkan karena ia lebih dikenal sebagai sutradara. 

David Lynch muncul sebagai John Ford (sumber gambar: The World of Reel) 
David Lynch muncul sebagai John Ford (sumber gambar: The World of Reel) 

Surat Cinta Bagi Penggemar Film
Bagi sinefil, film The Fabelmans ini ibarat surat cinta karena Steven Spielberg dengan jujur bercerita tentang perjalanannya mencintai film hingga bisa sampai di posisi saat ini. Steven Spielberg alias Sammy Fabelmans telah memiliki banyak karya ikonik. 

Karya bekennya dimulai dari Jaws (1975), Raiders of the Lost Ark (1981), E.T. the Extra-Terrestrial (1982), Indiana Jones and the Temple of Doom (1984), Empire of the Sun (1985), Indiana Jones and the Last Crusade (1989), Jurassic Park (1993), Schindler's List (1993), Saving Private Ryan (1998), Ready Player One (2018), dan West Side Story (2021). 

Wah banyak banget ya film bekennya. Tak sedikit filmnya yang meraih penghargaan. Tercatat ia meraih tiga Oscar dari 19 nominasi. 

Gaya merekam Sammy mirip dengan Steven (sumber gambar: Looper) 
Gaya merekam Sammy mirip dengan Steven (sumber gambar: Looper) 

Jika diperhatikan film-film Steven kebanyakan adalah film petualangan, film perang, dan film fantasi. Hal ini juga bisa disimak dari minat Sammy dalam film The Fabelmans yang gemar membuat film perang bersama kawan-kawannya. 

Ia membuat ceritanya kemudian membuat story board-nya agar memudahkannya mengarahkan di lapangan. Ini sama dengan gaya khas Steven yang suka membuat story board untuk menunjukkan rentetan cerita.

Pada masa itu, sekitar tahun 1950-1960an, teknologi kamera tak semaju seperti saat ini. Demikian juga dengan peralatan editing dan teknologi efek visual. Jikapun ada, harganya tentunya selangit.

Steven vs Sammy (sumber gambar: historyvshollywood.com) 
Steven vs Sammy (sumber gambar: historyvshollywood.com) 

Dengan kamera film analog dan alat editing sederhana yang dimilikinya, Sammy pun dengan tekun memutar satu per satu pita rekaman film. Mengulanginya lagi dan lagi. Memotongnya. Lalu melekatkannya dengan pita lainnya. Pekerjaan editing film ini tentunya memerlukan kejelian dan ketekunan. 

Untuk menciptakan efek khusus dalam filmnya, Sammy remaja juga bereksperimen. Dan, hasilnya ternyata lumayan mengejutkan para penontonnya.

Gaya khas Sammy merekam gambar juga khas seperti gaya Steven, di mana ia lebih suka memegang kamera dengan tangan lalu menggunakan angle atas atau bawah, daripada angle sejajar dengan mata.

Tak heran jika matanya bersinar ketika John Ford, sutradara terkenal (Two Rode Together, The Searchers, The Battle of Midway) berkata jika film dengan angle atas dan bawah itu menarik, angle sejajar itu membosankan. 

The Fabelmans memiliki visual yang teduh di mata dengan beberapa adegan close up untuk menangkap emosi pemainnya. Skoringnya yang enak dan berhasil men dramatisasi adegan, di bawah komando John Williams, yang langganan berkolaborasi dengan Steven Spielberg.

Rupanya proyek film ini dimulai sejak tahun 1999, namun beberapa kali tertunda karena kesibukan proyek film lainnya dan juga karena Steven khawatir melukai hati keluarganya lewat ceritanya yang jujur.

Film ini hanya dapat jatah layar sedikit di Jakarta (sumber gambar: thefabelmans.co.uk) 
Film ini hanya dapat jatah layar sedikit di Jakarta (sumber gambar: thefabelmans.co.uk) 

Film The Fabelmans meraih People's Choice Award di Toronto International Film Festival 2022 dan penghargaan buat Paul Dano di Miami International Film Festival 2022. 

Film ini juga dijagokan untuk masuk nominasi Oscar di kategori film terbaik, sutradara terbaik, dan pemeran pendukung wanita terbaik. Ehm kita tunggu saja kabarnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun