Apakah kalian pernah mendengar nama Ren Goscinny dan Jean-Jacques Semp? Jika belum atau lupa, keduanya dikenal sebagai komikus dan penulis cerita komik asal Prancis yang populer. Le Petit Nicolas, judulnya. Nah dalam acara World Cinema Week yang kusimak Sabtu, 29 November di CGV D'Mall film layar lebar Nicolas kecil ini diputar. Namun, fokusnya lebih ke behind the scene, Â proses lahirnya komik ini.
Komik-komik Eropa dulu pernah meraih puncak kejayaannya di Indonesia, sebelum kemudian agak tergeser oleh manga, novel grafis Amerika, dan manhwa. Meskipun tidak sejaya dulu, namun komik Eropa tetap punya tempat di hati pecinta komik.
Siapa sih yang tak kenal dengan komik-komik Eropa seperti Tintin Asterix, Lucky Luke, Tintin, Smurf, Spirou, Quick & Flupke, Johan & Pirlouit, Yo, Susi, dan Yoko, Iznogoud, dan masih banyak lagi? Aku yakin banyak yang mengenal komik-komik tersebut dan menyukainya. Aku juga sebagian besar mengoleksinya. Hanya memang aku belum pernah membaca sama sekali Le Petit Nicolas. Mungkin karena komik ini jarang ditemui di toko buku Indonesia. Entahlah.
Namun setelah melihat poster film tersebut, aku langsung jatuh cinta. Aku menyukai desain  karakter, desain latar, dan pewarnaannya. Seketika aku langsung memesan tiket film Le Petit Nicolas, tanpa mikir dua kali.Â
Tentang apakah film animasi yang dirilis tahun 2022 ini? Adalah dua sahabat, Â Ren Goscinny dan Jean-Jacques Semp yang melahirkan kisah si Nicolas kecil. Suatu ketika keduanya bertemu di sebuah kafe kecil. Saat Ren melihar-lihat gambar, ia langsung jatuh cinta terhadap gambar anak kecil yang dibuat Semp dan setuju untuk menjadi penulis ceritanya.
Semp yang memberi nama Nicolas. Terinspirasi dari tulisan di bus wisata yang kebetulan melintas di depannya.
Keduanya kemudian serius membidani lahirnya Nicolas. Mereka melakukan brainstorming menciptakan karakter Nicolas, latar keluarga, dan kawan-kawannya. Ren ingin Nicolas adalah anak kecil dari keluarga pada umumnya di Prancis. Anak yang lahir dan tumbuh di lingkungan sederhana.
Kisah Nicolas sebagian terinspirasi dengan kisah masa kecil Semp. Nicolas sendiri adalah anak yang penuh rasa ingin tahu. Ia punya sahabat bernama Alceste yang biasanya nampak sedang makan atau memikirkan makanan. Ia begitu sayang pada neneknya. Neneknya sendiri suka memanjakannya dan bertengkar dengan menantunya laki-lakinya.Â
Cerita di serial yang dibuat duo ini banyak dari sudut pandang anak kecil dalam memahami konflik sekitarnya dan dunia kaum dewasa. Nicolas di sini yang menjadi naratornya.Â
Ada beberapa cerita tentang Nicolas dalam film ini. Yang membuatku paling tergelak-gelas adalah kisah Nicolas dan kawan-kawannya yang mengikuti perkemahan musim panas. Mereka banyak berulah sehingga pembina pramuka kewalahan dan kelelahan. Saat Nicolas dan kawan-kawannya pulang dengan gembira, pembina pramukanya pulang dengan lesu dan tersedu-sedu.Â
Dalam film ini juga dikisahkan tentang latar sosok Ren Goscinny dan Jean-Jacques Semp. Ren dibesarkan di lingkungan keluarga berada. Pekerjaan ayahnya yang seorang insinyur membuat keluarganya merasai tinggal di Buenos Aires. Ia kemudian pernah tinggal di New York dan pernah bergabung di kesatuan Prancis pada tahun 1946.
Ren tertarik menulis buku dan dunia publikasi ketika ia berkenalan dengan Harvey Kurtzman dan bergabung dengan Kunen Publishers. Bersama Morris, ia kemudian menciptakan karakter Lucky Luke yang populer.
Namanya semakin terangkat ketika ia menciptakan kisah petualangan Asterix bersama kawan-kawannya dari Galia. Ren menggarap Asterix bersama Albert Uderzo. Ia juga yang menciptakan kisah Iznogoud, penasihat khalifah yang sangat bernafsu menjadi khalifah. Ia menciptakan kisah Iznogoud bersama Jean Tabary.Â
Berbeda dengan sahabatnya, Semp memiliki latar keluarga yang kekurangan. Ia bekerja apa saja untuk menyambung hidupnya. Hingga suatu ketika ia melihat kawan-kawannya menyukai ilustrasi buatannya.
Hidupnya mengalami pasang surut. Ilustrasinya sempat mengalami banyak penolakan hingga ia kemudian berjumpa dengan Ren yang menyemangatinya. Keduanya kemudian berkolaborasi menciptakan komik si kecil Nicolas dari tahun 1959 hingga tahun 1965.
Komik ini kemudian populer hingga dibuat versi bahasa Inggris dan bahasa Spanyol, serta dibuat versi serial animasinya. Di film ini uniknya nampak sosok Nicolas terkejut melihat  di teve ada acara bincang-bincang yang membahas komik tentangnya. Nicolas dalam film ini juga digambarkan kerap mengajak bercakap-cakap ilustrator dan pengarangnya.
Ilustrasi yang Menawan dan Cerita yang Mengharukan
Animasi Prancis yang dibesut Amandine Fredon dan  Benjamin Massoubre ini mengagumkan. Desain karakter dan warna-warnanya tetap menghormati elemen-elemen dan warna khas dari komik buatan Jean-Jacques Semp.
Karakternya di dunia Nicolas juga sama dengan versi komiknya. Oh iya jika kalian penggemar komik Eropa, pasti ngeh dan akrab dengan gambaran khas pria dewasa dengan kumis tebal. Ceritanya juga biasa ditemui di cerita anak-anak Eropa, kenakalan-kenakalan khas anak-anak, dan ulah badung mereka ke orang dewasa yang tak disengaja.Â
Gambarnya indah. Unik dan khas. Aku langsung jatuh cinta dengan konsep dan desain gambarnya. Gambar latar ceritanya itu detail namun bukan jenis gambar komik yang realistis. Warna-warnanya itu ringan, indah, Â dan nyaman di mata, seperti menggunakan cat air. Warna-warnanya cerah, dengan perpaduan warna yang selaras. Pas untuk cerita dengan tokoh anak-anak.
Ceritanya emosional dan sentimentil. Penonton jadi tahu bagaimana latar belakang Semp dan Ren. Alasan Semp mengagumi dan bersahabat dengan Ren. Dan, bagaimana Semp menghadapi guncangan hatinya ketika mendengar kabar kepergian sahabatnya.Â
Lagu-lagunya dalam film ini juga enak didengar, terutama tembang tema Le Petit Nicolas. Ada unsur musik khas Prancis, juga unsur keriangan khas anak-anak.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2HFilm animasi Le Petit Nicolas itu memiliki desain karakter dan konsep ilustrasi yang unik dan apik. Warna-warninya cerah dan nyaman di mata. Ceritanya memikat dan sentimentil. Skor: 8.5/10
