Basiyat atau wasiat dalam tradisi orang Madura itu wajib dan sakral dilaksanakan. Namun bagaimana jika wasiat itu berupa memandikan tubuh jenazah tersebut dengan arak/tuak? Â Benarkah harus dilaksanakan? Cerita unik ini disajikan dalam film pendek berjudul Basiyat: Bathe My Corpse With Wine.Â
Film pendek peraih nominasi FFI 2022 ini diangkat dari cerpen berjudul Mandikan Mayatku dengan Tuak karya M. Shoim. Fokusnya adalah perdebatan antara Kiai Kedikram dan Tawi seorang bajing (pengendali cikar) untuk melaksanakan basiyat Sarmadin, seorang seniman saronen.
Tawi bersikeras melaksanakan semua basiyat, dari mengiringi prosesi memandikan hingga memakamkan dengan musik dari kesenian saronen, menyembelih sape sono miliknya (sapi yang biasa ikut kontes kecantikan), dan memandikan jenazah dengan tuak.
Semua basiyat dipenuhi kecuali memandikan jenazah dengan tuak yang masih menuai perdebatan panjang. Lantas apakah jenazah Sarmadin akhirnya dimandikan dengan tuak?
Gagasan ceritanya menarik. Film ini mengangkat banyak hal seputar Madura yang multikultur. Kesenian saronen merupakan identitas dari Sumenep. Oleh karena kesenian ini dianggap memiliki nuansa tegas, polos , dan terbuka.
Musik ini terdiri dari sembilan instrumen musik dan biasanya digunakan untuk mengiringi tarian atau kontes sape sono. Oh iya untuk sape sono ini aku baru tahu. Rupanya sapi selain untuk karaban juga lazim ikut pertandingan kecantikan keanggunan dengan berlenggak lenggok diiringi musik saronen.
Oh iya satu lagi syuting film ini juga di rumah tradisional khas Madura yang disebut taneyan lanjhang, artinya rumah dengan halaman panjang. Biasanya rumah-rumah yang berdekatan itu masih ada ikatan keluarga.
Selain itu film produksi Sinemadura yang dibesut Ahmad Faiz ini menggunakan bahasa Madura dari awal hingga akhir. Sehingga nuansa Maduranya terasa begitu kental. Namun bagi non Madura bakal tetap paham ceritanya karena ada subtitle-nya.
Para pemeran dan kru juga dari Madura. Di antaranya ada Mahrus Guguk, Muis, Turmedzi Djaka, Hj. Maimunah, Musahram, dan Homaidah Emak Tapai.
Aku nonton film pendek ini di Jakarta Film Week 2022 versi daring di Vidio. Film ini juga tayang di versi luring.
Sebuah film pendek yang menarik kaya akan unsur budaya Madura. Film pendek ini sebelumnya juga meraih prestasi berupa film terbaik di ajang East Java Film Call 2021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H