I look inside myself
And see my heart is black
I see my red door
I must have it painted black - The Rolling Stones, Paint It, Black
Ketika intro tembang Paint It, Black mulai berkumandang di salah satu adegan film Black Adam, aku langsung lebih fokus memandangi layar. Tembang ini bukan sembarangan, pasti sebentar lagi akan ada adegan yang epik.
Dan, untunglah seperti dugaanku. Adegan laga yang epik pun kemudian hadir di layar.
Aku tersenyum dan merasa senang, inilah adegan laga yang kutunggu-tunggu. Adegan tersebut kemudian memberikan perubahan besar, film Black Adam berubah menjadi lebih baik, setelah sebelumnya terasa biasa-biasa saja.
Tembang Paint It, Black merupakan salah satu masterpiece dari band The Rolling Stones.
Tembang ini dirilis tahun 1966 ketika di belahan dunia lain terjadi perang Vietnam.
Lagu yang masuk dalam album Aftermath ini tentang kondisi seseorang yang mengalami rasa kehilangan dan depresi sehingga suasana hatinya terasa gelap.
Lagu ini sampai sekarang menjadi salah satu tembang terbaik The Roling Stones, masuk di peringkat ke-213 dalam daftar 500 Greatest Songs of All Time, dan masih sering dipertunjukkan oleh Mick Jagger, Keith Richards dkk ketika melakukan tur. Selain lirik dan musiknya yang indah, lagu ini memang tak lekang tergerus jaman, tetap enak didengar hingga sekarang.
Intro yang indah, musik yang indah diperkaya dengan musik dari sitar yang dimainkan Bryan Jones, dan tentunya juga permainan gitar Keith Richards yang menawan. Aku jatuh cinta dengan lagu ini ketika menjadi theme song serial televisi Tour of Duty dan Full Metal Jacket. Keduanya bertemakan perang.
Alhasil ketika tembang ini digunakan dalam Black Adam, aku langsung tersentak. Tembang ini memang cocok mengiringi adegan pertarungan antara Teth-Adam melawan pasukan besar Intergang yang bersenjata modern.
Tentang Apa sih Black Adam?
Oke, sebelum membahas lebih jauh tentang film ini, tentang apa sih film Black Adam ini?
Sebenarnya film Black Adam adalah sempalan dari film Shazam! (2019). Oleh karena itu bagi yang sudah pernah menonton film Shazam! bakal familiar dengan keberadaan penyihir dan kekuatan Shazam! Elemen-elemen khas dalam film Shazam! ini dipertahankan di sini.
Namun, tidak ada sosok Shazam seperti di film tahun 2019. Hal ini dikarenakan tokoh, latar waktu, dan latar tempatnya berlainan. Latar tempat di film ini ada dua yakni 2600 SM dan masa sekarang di tempat yang didominasi gurun pasir bernama Kahndaq.
Pada 2600 SM, Kahndaq telah memiliki peradaban tinggi. Sayangnya raja tiran, Anh-Kot, menginginkan untuk membuat mahkota Sabbac untuk memperoleh kekuatan gelap yang dahsyat.
Untuk membuat mahkota tersebut, ia memperbudak rakyatnya untuk menemukan mineral yang diperlukan. Hingga seorang anak kecil menyerukan pemberontakan dan terpilih menjadi Shazam. Raja lalim tersebut kalah.
Pada masa sekarang rupanya Kahndaq kembali terjajah. Kali ini Kahndaq dikuasai Intergang. Ketika seorang arkeolog, Adrianna Tomaz (Sarah Shahi) dan kawan-kawannya hendak menemukan dan menyimpan mahkota Sabbac, ia diserang pasukan Intergang.Â
Saat nyawanya terancam ia tak sengaja membaca mantera yang membebaskan Teth-Adam (Dwayne Johnson). Teth-Adam yang terusik pun kemudian mengalahkan seluruh pasukan Intergang.
Kehadiran Teth-Adam dirasa membahayakan dunia. Oleh karenanya Amanda Waller meminta Justice Society yang dipimpin Hawkman (Aldis Hodge) untuk menangkapnya. Ketiga anggota Justice Society lainnya, Doctor Fate (Pierce Brosnan), Cyclone (Quintessa Swindell), dan Atom Smasher (Noah Centineo) kemudian ikut serta.
Cerita yang Biasa dengan Koreograf Pertarungan yang Memikat
Dari segi alur cerita sebenarnya ceritanya biasa-biasa saja dan menggunakan pakem yang standar digunakan. Diawali dari pengenalan latar dan tokoh Teth-Adam, kemudian konflik dan solusinya. Adanya kejutan menjelang akhir cerita juga kurang membantu.
Dalam film ini sutradara Jaume Collet-Serra (Orphan, The Commuter, Jungle Cruise) berupaya memberikan porsi yang cukup untuk pengenalan karakter Teth-Adam. Ia memberikan pondasi yang cukup untuk pengembangan karakter Teth-Adam. Namun sayangnya tidak untuk karakter lainnya.
Porsi pengenalan karakter tiap-tiap anggota Justice Society terasa kurang, dijelaskan sambil lalu di dialog, terutama, Cyclone dan Atom Smasher yang hanya seperti 'anggota sorak-sorai', pelengkap dan penghibur dalam tim.
Demikian juga karakter musuh utamanya. Tidak banyak dieksplorasi siapakah sebenarnya Sabbac, kekuatannya dan motivasinya.
Dua karakter dalam cerita, Adrianna dan anaknya malah terasa mengganggu dan kurang bisa menuai simpatik. Namun berkat mereka, cerita jadi bergerak.
Namun kekurangan tersebut tertutupi berkat poin plus film Black Adam.
Melihat nama Dwayne Johnson sebagai Black Adam, aku tak berani berekspektasi lebih. Apalagi belakangan ini film-film superhero terasa buruk.
Alhasil aku menonton tanpa ekspektasi. Dan, ternyata filmnya jauh di atas ekspektasiku. Dwayne juga cukup pas memerankan Black Adam/Teth-Adam.
Keunggulan pertama film ini adalah adegan laganya. Sejak awal, adegan pertarungannya langsung menyita perhatian. Brutal, terasa sekali energinya, namun tidak begitu berdarah-darah alias masih aman di mata.
Adegan laga ini mengingatkanku pada film Man of Steel, juga adegan dalam game Injustice dan animasi Dragon Ball. Pertarungan yang intens ini nampak menunjukkan betapa kuatnya masing-masing karakter dan dampak kehancuran dari energi mereka.
Poin plus kedua adalah eksplorasi kekuatan baik kekuatan Teth-Adam alias Black Adam maupun masing-masing anggota Justice Society of America. Keempat anggota Justice Society selama ini belum pernah muncul di layar bioskop sehingga penonton bisa mendapatkan informasi tentang kekuatan mereka.
Hawkman sebagai pemimpin digambarkan memandang dunia dengan hitam dan putih. Ia memiliki kemampuan terbang, tenaga yang kuat, dan senjata seperti gada.
Sedangkan Doctor Fate digambarkan memiliki kemampuan sihir berkat helm yang dimilikinya. Ia juga mampu membuat dirinya menjadi banyak. Doctor Fate juga mampu membuat ilusi dan melihat masa depan.
Sementara Atom Smasher bisa mengubah ukuran tubuhnya. Sedangkan Cyclone mampu mengontrol angin.
Di antara keempatnya, Doctor Fate, yang berhasil mencuri perhatian dan simpati penonton. Pierce Brosnan berhasil menampilkan sosok Doctor Fate yang bijaksana dan kharismatik. Kekuatan Doctor Fate juga yang paling unik.
Poin plus berikutnya, nuansa kelam khas DC dipertahankan. Adanya lelucon di beberapa dialog, kadarnya pas dan berhasil mencairkan suasana.
Jika diperhatikan gaya bertarung khas Snyder juga dipertahankan. Demikian juga dengan grading-nya. Film Black Adam sendiri memiliki benang merah dengan Shazam, The Suicide Squad, dan Justice League.
Dan poin plus yang terakhir adalah skoring dan tembang-tembang yang mengisi film ini. Selain Paint It, Black, skoring yang digarap oleh Lorne Balfe juga terasa megah. Ia telah sering membuat skoring untuk film perang dan laga, juga video games, termasuk Call of Duty. Coba dengarkan tembang tema Black Adam berikut ini.
Film Black Adam itu menyenangkan. Meski ceritanya relatif standar, adegan laganya memuaskan dan Doctor Fate berhasil mencuri perhatian. Skor: 7.8/10.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI