Tapi sebenarnya aku datang bukan untuk mewakili KOMiK. Melainkan, relawan gerakan literasi yang bernama Generasi Literasi Batch V. Kami memang sedang menggalang donasi buku dan Taman Baca Melego adalah tujuan dari tim kami bersepuluh.
Sambil melepas lelah karena buku-buku yang kubawa begitu berat, kami pun mengobrol. Rupanya taman baca ini dikelola swadaya oleh anak-anak muda di sekitar lokasi.
Taman Baca Melego berdiri tahun 2019. Sebelumnya tempat tersebut adalah tanah kosong yang dipakai warga untuk pembuangan sampah. Banyak nyamuk dan bau.
Kemudian di antara anak muda di tempat tersebut mengusulkan mengubahnya sebagai taman baca. Halaman yang luas bisa dipakai anak-anak bermain. Di situ juga disediakan rak-rak buku dan tempat membaca yang nyaman.
Kulihat anak-anak memang nyaman bermain. Ada yang asyik tiduran di hammock, ada yang rajin menyapu dedaunan, ada pula yang sibuk bercanda. Kuperhatikan ada juga anak-anak yang memilih membaca buku.
Selain menjadi tempat bermain dan membaca buku bagi anak-anak, di taman baca ini juga kerap diadakan nonton bareng. Ada proyektor dan layar. Meski tempatnya sederhana, anak-anak dan pengunjung umum menyukainya. Di sini juga ada bank sampah yang diambil setiap minggu sekali.Â
Kata Ai, setelah lama mencari, pemilik tanah kosong itu pun ketemu. Oleh pemilik tanah, mereka dibebaskan menggunakannya sebagai taman baca.
Taman Baca Melego juga sedang ada program donasi untuk Indonesia Timur. Mereka berencana untuk menyumbang 10 ribu buku. Bukunya sendiri bebas, asal jangan buku LKS hahaha. Juga tentunya non SARA, tidak mengandung pornografi, dan lain-lainnya.
Jam pun berlalu cepat. Aku mengundurkan diri, berpamitan dengan anak-anak. "Dah, kakak!"