Belum jam 12 siang, namun panas matahari terasa begitu menyengat. Agar tak dehidrasi aku pun rajin minum air, hingga aku pun merasakan panggilan alam. Wah aku harus bergegas.
Aku ingat melihat toilet ketika aku tadi berjalan ke pantai ini. Aku tinggal kembali menyusuri jalan yang tadi.
Kulihat anak-anak kecil menghampiriku. Aku tersenyum melihat mereka. Membiarkan mereka berjalan  bersamaku. Aku mengutarakan tujuanku ke mereka, hendak ke toilet
Mereka tak sama dengan anak-anak yang kujumpai sebelumnya di desa wisata atau di pantai. Mereka tak menawarkan barang atau meminta sesuatu. Mereka hanya suka bertanya, khas anak-anak pada umumnya.
"Kakak namanya siapa?"
"Kakak dari mana?"
Kutatap mata mereka, mereka nampaknya tulus bertanya. Kusebut namaku dan aku pun balik bertanya. "Kalau namamu siapa dan adik-adik ini siapa saja?"
Mereka tertawa cekikikan lalu menyebut namanya satu-persatu. Rupanya yang bertanya padaku adalah kakak tertua. Lainnya adalah adik-adiknya. Ada juga teman  sepermainan.
Mereka terus menemaniku. Bertanya ini itu. Lalu kulihat mereka tak mengenakan alas  kaki. Dalam hati aku merasa kasihan, apa nggak panas ya.
Temanku mengingatkan agar tak membagi uang ke mereka. Namun aku merasa menyesal tak membawa jajan untuk mereka. Mereka pasti suka.
Namun aku membawakan sesuatu yang istimewa buat mereka. Sengaja aku membawanya ketika membaca di sebuah artikel Ada banyak anak di Ratenggaro.