Jarum jam hampir menunjukkan pukul tiga waktu setempat. Sudah mulai sore tapi sinar matahari masih tak mau mengalah. Ia masih gagah menyilaukan. Sambil menunggu keberangkatan ke tujuan berikutnya, aku mengamati para satwa.
Mobil terparkir di dekat sungai kecil yang mengalir. Mungkin bukan sungai, tapi seperti selokan agak lebar, dengan air yang jernih. Ada beberapa dangau untuk sekadar duduk-duduk santai.
Suasana pedesaan. Begitu damai menenangkan. Angin sepoi-sepoi berupaya mengalahkan teriknya sang surya.
Ada beberapa satwa berkumpul di area ini. Mungkin karena ada makanan dan juga air. Â Atau pemiliknya tinggal di sekitar sini.
Ada banyak bebek dengan corak yang lucu-lucu. Mereka nampaknya akrab dengan manusia, sehingga dengan santainya melangkah.
Mereka juga dengan percaya diri melangkah meski ada anjing yang kepayahan. Hawa yang panas dengan angin semilir memang ampuh bikin terlelap. Si anjing cokelat matanya mulai  berat.
Tak hanya ada kawanan bebek dan beberapa ekor anjing, ada ayam jantan juga. Ia dengan gagah mendatangi area sampah, mencari sisa makanan. Meski di dekat sampah itu ada babi betina ditambatkan, ia tak takut dan terus melangkah.
Aku kasihan mengamati induk babi. Hewan-hewan yang lain bebas melangkah, hanya ia yang langkahnya terbatas. Ia hanya mampu melangkah beberapa langkah karena ada tapi mengekangnya.
Induk babi itu berwarna hitam dengan berat sedang. Sorot matanya nampak teduh menenangkan. Babi adalah ternak yang berharga, sehingga ia dijaga dengan sebaik-baiknya.