Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Pesan Toleransi dalam Cahaya dari Timur: Beta Maluku

22 Agustus 2022   19:54 Diperbarui: 22 Agustus 2022   20:01 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sani melatih anak-anak Tulehu dengan sukarela dan fasilitas yang sangat terbatas (sumber gambar: Visinema dalam Liputan6) 

Hal menarik kedua adalah semangat anak-anak Tulehu. Mereka kebanyakan dari keluarga yang kekurangan. Mimpi menjadi pemain sepak bola dan kecintaan mereka terhadap bola membuat mereka memiliki harapan untuk mengubah nasib. Selama bertahun-tahun mereka berlatih, seringnya di pantai, dengan fasilitas yang sangat terbatas. Namun kemudian dedikasi dan semangat mereka terbayar.

Hal menarik berikutnya adalah semangat toleransi. Inilah pesan kuat dalam film ini. Meski ada banyak provokasi dan konflik coba dikaitkan dengan agama, namun masih banyak yang sadar akan pentingnya persatuan sebagai sesama Maluku. Tulehu kebanyakan adalah muslim dan Passo mayoritas adalah nasrani. Sani membantu menjembatani mereka lewat sepak bola. Ia bersedia ikut melatih anak-anak dari Passo dan kemudian menggabungkannya dengan tim dari Tulehu.

Sani dianggap sosok yang bisa menjembatani antara komunitas Islam dan Nasrani sehingga terpilih jadi pelatih (sumber gambar: Visinema/Indozone) 
Sani dianggap sosok yang bisa menjembatani antara komunitas Islam dan Nasrani sehingga terpilih jadi pelatih (sumber gambar: Visinema/Indozone) 


Memang ceritanya tak persis sama dengan kehidupan Sani. Ada beberapa yang didramatisir agar pesan utama dalam film ini lebih tersampaikan. Namun poin-poin utama dari film ini memang nyata. Anak-anak bimbingan Sani kemudian terbukti berhasil menjadi pemain sepak bola profesional.

Pesan yang kuat dan performa apik dari Chicco Jericho membawa film besutan Angga Dimas Sasongko ini meraih dua piala Citra, film terbaik dan pemeran utama pria terbaik.

Sebagian besar pemain memang berdarah Maluku. Menariknya lagi dialog dalam film ini kental dengan penggunaaan bahasa daerah setempat, sehingga sedikit-sedikit penonton bisa mengenal kosakata dan dialek Maluku.

Film semakin menawan dengan sinematografi yang memanjakan mata, juga lagu-lagu yang memiliki unsur Islami dan juga lagu Nasrani. Sebuah film yang membuatku bangga dan haru. Skor: 8/10.

Hingga saat ini Sani terus aktif membina sepak bola Maluku (sumber gambar: Bola.com) 
Hingga saat ini Sani terus aktif membina sepak bola Maluku (sumber gambar: Bola.com) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun