Memang ada faktor cuaca seperti kemarau yang bisa menyulut kebakaran. Tapi lebih banyak karhutla disebabkan oleh faktor manusia  entah sengaja atau disengaja.Â
Mau nunggu sampai kapan sih agar pemerintah peduli terhadap nasib hutan di Indonesia? Atau mau nunggu hingga hutan habis lalu manusia dan makhluk lainnya  menjerit dan menangis?Â
Rasanya sedih dan pilu ketika melihat berita karhutla hadir. Melihat kucing sakit atau tanaman layu saja rasanya sedih, bagaimana ketika menyaksikan hewan dan tanaman mengerang ketika habitatnya dikelilingi api.Â
Menyaksikan anak kecil batuk jika rasanya ikut sengsara, lantas bagaimana melihat banyak warga, tua dan muda, sudah bernafas karena asap yang pekat?!Â
Sementara hutan adalah habitat dan penyedia makanan bagi orang adat dan juga kaum rimba. Hutan memberikan banyak hal kepada manusia, termasuk membantu mengatur cuaca, memberikan oksigen, dan juga menyediakan air.Â
Di Sumatera Selatan dari awal tahun hingga bulan Mei sudah ada 472 hektar lahan yang terbakar dilansir dari harian Merdeka. Kemarau masih panjang jadi kita juga perlu ekstra waspada. Jangan sampai ada lagi karhutla karena hutan adalah salah satu sumber kekayaan kita.Â
Aku yakin pemerintah sudah punya data tentang titik api. Tinggal dipantau dan disiapkan alat-alatnya agar jika terjadi kebakaran segera berhasil dipadamkan.Â
Sebentar lagi peringatan hari hutan Indonesia yang diadakan setiap 7 Agustus. Penetapan hari hutan mulai berlangsung sejak tahun 2020. Satu hari saja untuk mengingat pentingnya hutan dan mengajak segenap lapisan masyarakat untuk mencintai hutan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H