Padahal waktu aku masih kecil, bagiku sosok superhero itu adalah manusia pilihan. Mereka orang yang istimewa. Mungkin hanya ada satu atau  beberapa orang yang memiliki kemampuan spesial tersebut karena tugas menjadi superhero juga tak main-main.
Tetap Ikuti Film Layar Lebar Superhero
Meski aku mulai merasa jenuh dengan film superhero, aku tetap mencoba mengikuti film-filmnya, terutama yang tayang di layar lebar. Untuk serialnya aku berhenti total, kecuali ketika kemudian MCU merilis serialnya di Disney Plus.
Mungkin aku memang penasaran atau juga tak ingin ketinggalan info sehingga aku tetap mengikuti satu demi satu film superhero. Atau mungkin karena aku juga masih menyukai kisah superhero, namun berharap jalan ceritanya yang benar-benar bagus dan fresh.
Film- film blockbuster seperti "Avengers 2", franchise Thor, franchise Iron Man, Â franchise Guardians of Galaxy, "Green Lantern", "Shazam!", "Eternals", "Morbius", dan masih banyak lainnya terasa tipikal. Tak asyik di tonton kedua kalinya. Bagiku hanya film yang ditonton karena rasa penasaran dan agar bisa mengikuti jalan cerita ke depannya.
Namun film seperti "Deadpool 2", " Spider-Man: Into The Spider-verse", dan "The Suicide Squad" (2021) itu fresh. Jalan ceritanya terasa segar. Porsi jenaka dan muatan pesan yang ingin disampaikan itu pas. Film "Avengers: Endgame" juga masuk sebagai tontonan yang memberikan nuansa kompleks. Ia memberikan kejutan dan perasaan haru biru ketika menyaksikannya.
Untuk serialnya, menurutku film seperti "WandaVision", "Moon Knight, dan "What If" itu patut diapresiasi. Ceritanya menarik dan dieksekusi dengan baik. Ketika menyaksikan animasi "What If", aku merasakan kesan kagum dan tertegun, juga terharu seperti ketika menyaksikan film-film animasi superhero DC Comics.
Cerita Superhero Kompleks vs Sederhana
Mulai fase keempat, cerita superhero Marvel terasa makin kompleks. Mungkin sejak " Guardians of Galaxy" dan "Captain Marvel" tingkat kompleksnya mulai terasa dengan begitu banyaknya galaksi. Bumi mungkin ibarat partikel kecil di semesta.
Cerita superhero Marvel makin kompleks dengan konsep time travel, multiverse, dewa-dewa, dan makhluk lain seperti Eternals, Inhuman, Jin, dan lainnya. Juga isu LGBT yang makin kental. Entah kenapa aku merasa dengan kemunculan berbagai entitas, makin menciptakan lubang-lubang cerita. Atau mungkin sengaja lubang itu dibuat. Misalnya mengapa dewa-dewa tidak terlibat saat Thanos menginvansi bumi, apakah dewa-dewa itu mencakup semesta atau hanya dewa di bumi saja, dan lainnya.
Jika kubuka halaman buku-buku Marvel yang kupunya, ke depan bisa jadi ceritanya makin melebar. Ada underworld dengan makhluknya seperti Dracula, Frankenstein, dan monster lainnya. Adanya konsep multiverse juga membuat cerita bisa dikemas beragam. Dalam komik, Black Widow digambarkan punya hubungan spesial dengan Hawkeye, di cerita lain dengan Winter Soldier, dan lainnya. Demikian juga dengan Cyclops yang menikah dengan Jean Grey dan kemudian dikisahkan juga menikah dengan Madelyne Pryor, kloningan Jean.